tag:blogger.com,1999:blog-59685390775824106162024-02-20T18:37:26.046-08:00Pondasi Seorang MuslimKumpulan Artikel Islam Berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai Pondasi seorang MuslimAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.comBlogger191125tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-74029088146358601312014-08-23T23:34:00.001-07:002014-08-23T23:34:28.267-07:00 SOLUSI UNTUK PASIEN YANG DI SUKAI OLEH JIN<div role="article" style="background-color: white; color: #37404e; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 10.909090995788574px; line-height: 12.799999237060547px;">
<div style="border: 0px; margin: 0px 0px 15px; padding: 0px; zoom: 1;">
<div style="display: table-cell; vertical-align: top; width: 10000px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiE-yo2BmBOF9k7swqU8q09Plf6QjOwzSCBz0emLmHnXEO05GdStl0l8s-kcDs3803pBXfPTJuTjlxEhgpDJ5inb3cryTKvzj_vtUbnV-aZMplOZsgMTQ9YIzIlFHxTHck_J8_7iZHQfXI/s1600/8a960a509f6861aabba64b23ee7b5b542bc72990.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt=" SOLUSI UNTUK PASIEN YANG DI SUKAI OLEH JIN" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiE-yo2BmBOF9k7swqU8q09Plf6QjOwzSCBz0emLmHnXEO05GdStl0l8s-kcDs3803pBXfPTJuTjlxEhgpDJ5inb3cryTKvzj_vtUbnV-aZMplOZsgMTQ9YIzIlFHxTHck_J8_7iZHQfXI/s1600/8a960a509f6861aabba64b23ee7b5b542bc72990.jpg" height="319" title=" SOLUSI UNTUK PASIEN YANG DI SUKAI OLEH JIN" width="320" /></a></div>
<h5 data-ft="{"tn":"C"}" style="color: #333333; font-size: 12px; font-weight: normal; line-height: 16px; margin: 4px 15px 1px 0px; padding: 0px;">
<span style="color: grey;"><span data-ft="{"tn":";"}" style="font-weight: bold;"> </span></span></h5>
<h5 data-ft="{"tn":"C"}" style="color: #333333; font-size: 12px; font-weight: normal; line-height: 16px; margin: 4px 15px 1px 0px; padding: 0px;">
<span style="color: grey;"><span data-ft="{"tn":";"}" style="font-weight: bold;"><a data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100002353592405&extragetparams=%7B%22hc_location%22%3A%22timeline%22%7D" href="https://www.facebook.com/mfaizar2?hc_location=timeline" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;">Muhammad Faizar</a></span></span></h5>
</div>
</div>
<div style="margin: 15px 0px; padding: 0px;">
<div>
<div style="font-size: 13px; line-height: 18px;">
Untuk kasus pasien yg disukai oleh bangsa jin berikut maklumat yg dihimbau utk slalu dijalankan di kesehariannya : <br /><br />1.Jgn banyak melihat diri di cermin, terutama melihat aurat diri.. <br /><br />2.Jaga adab masuk kamar mandi, terutama isti’adzah sblm memasukinya <br /><br />3. Usahakan lawan was2 di dalam hati dan jgn terlalu lama di dalamnya (jk tdk ada hajat) <br /><br />4.Jgn bertelanjang ketika sebelum atau sesudah memasuki kamar mandi (terutama laki2 yg kebiasaan bertelanjang dada atau cuma pke handuk saja) <br /><br />5.Bagi wanita jgn cukur alis <br /><br />6.Jgn pke parfum keluar rumah (bagi wanita) <br /><br />7.Biasakan potong kuku setiap minggu, mencabut rambut di ketiak dan mencukur rambut kemaluan secara rutin, krn rambut2 di daerah situ sangat berpotensi utk dijadikan tempat favorit setan bertengger… Bgitu juga dgn kuku… <br /><br />8.Utk perempuan, jaga slalu hijabnya <br /><br />9. Utk perempuan jgn tidur dgn menggunakan pakaian mini atau yg menyibakkan aurat (clana pendek, tank top, dll) krn hal tsb akan memancing jin laki2 menggerayangi tubuhmu ! <br /><br />10.Biasakan baca “Laa Ilaaha illallaahu wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulii syai-in qodiir” 100 X stiap hbs shubuh.. <br /><br />11.Baca basmalah setiap ganti baju <br /><br />12.Jaga mata <br /><br />13.Banyak berpuasa <br /><br />14. Kendalikan porsi makan <br /><br />15. M E N I K A H <br /><br />16. Hindari sentuhan setan yg menimbulkan rangsangan, lbh baik cari kenikmatan bersama suami atau istri tercinta… <br /><br />Untuk semantara hanya 16 poin yg baru bisa kami sampaikan, smoga bisa bermanfaat utk kita smua…</div>
</div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04199785852151737294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-4157267228764372362014-08-23T23:13:00.001-07:002014-08-23T23:13:30.332-07:00RUQYAH JIN MISIONARISOleh :<span class="fcg"><span class="fwb" data-ft="{"tn":";"}"><a data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=100003031287817&extragetparams=%7B%22hc_location%22%3A%22timeline%22%7D" href="https://www.facebook.com/eriabdulrohim?hc_location=timeline"> Eri Abdurrahim</a></span></span> <br />
<br />
Segala Puji bagi Allah, Tuhan Semesta 'Alam
Ya Allah, (sampaikanlah) shalawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam<br />
<br />
<div class="_1x1">
<div class="userContentWrapper">
<div class="_wk">
Ketika kami mengisi kajian di sebuah masjid perguruan tinggi di sabah Malaysia.<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_537fff4889f633991151565">
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}">
Selesai kajian, para mahasiswa membawa seorang laki-laki yang senantiasa kerasukan jin selama empat tahun terakhir.<br />
———<br />
Raut wajahnya pucat, matanya cekung, sangat tampak sekali tanda2 keberadaan jin di dalam tubuhnya.<br />
Sayapun menyuruh laki2 itu berwud<span class="text_exposed_show">hu, kemudian melakukan sholat sunnah dua rekaat dan berdo’a kepada Allah agar mendapat pertolongan.
Selepas sholat, saya dekati dia… Tampak ia sangat ketakutan dan tidak
berani menatap saya. Kemudian saya bacakan ayat ruqyah, ternyata baru
permulaan alfatiha saya baca, dia langsung menjerit dan lari ketakutan.<br />
Teman2nya menangkapnya, tenaganya yang kuat karena bantuan tenaga jin membuat belasan teman2 nya kewalahan.<br />
Saya dekati dia, kemudia saya belenggu tangannya, lehernya dan kakinya,
dengan ayat Allah. Dengan izin Allah diapun terbelenggu dan tidak dapat
bergerak kemana2…<br />
Setelah berdialog dengan pemimpin jin yang ada di dalam tubuhnya,
mereka mengaku bahwa mereka adalah segerombolan jin misionaris yang
datang untuk memurtadkan umat islam. Wallahu a’lam…<br />
Kemudian saya ancam pimpinan jin tersebut, kalau mereka tidak keluar maka akan saya bunuh dengan izin Allah.<br />
———–<br />
Alhamdulillah, laki2 itupun terbebas dari gangguan jin yang membelenggunya selama empat tahun ini…<br />
———–<br />
Ya Allah, lindungilah kami, berikanlah kekuatan kepada kami dan anak
keturunan kami untuk menundukkan musih-musuhmu dari kalangan jin dan
setan yang terkutuk, yang senantiasa mendzolomi manusia…<br />
———-<br />
INFO…<br />
Ikutilah pelatihan Ruqyah Syariyan di Medan bersama saya, insyaAllah
akan saya ajarkan bagaimana caranya membelenggu jin agar tidak bisa
bergerak kemana2…<br />
Di buka untuk umum, putra dan putri…GRATIS…!!<br />
Tunggu infonya…<br />
———–<br />
Bagi yang mau ikut pelatihan silahkan komen, krn peserta terbatas yang komen akan saya prioritaskan…</span></span></div>
</div>
</div>
</div>
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><br />
——————<br />
Ketika kami mengisi kajian di sebuah masjid perguruan tinggi di sabah Malaysia.<br />
Selesai kajian, para mahasiswa membawa seorang laki-laki yang senantiasa kerasukan jin selama empat tahun terakhir.<br />
———<br />
Raut wajahnya pucat, matanya cekung, sangat tampak sekali tanda2 keberadaan jin di dalam tubuhnya.<br />
Sayapun menyuruh laki2 itu berwud<span class="text_exposed_show">hu, kemudian melakukan sholat sunnah dua rekaat dan berdo’a kepada Allah agar mendapat pertolongan.</span></span><br />
Selepas sholat, saya dekati dia… Tampak ia sangat ketakutan dan tidak
berani menatap saya. Kemudian saya bacakan ayat ruqyah, ternyata baru
permulaan alfatiha saya baca, dia langsung menjerit dan lari ketakutan.<br />
Teman2nya menangkapnya, tenaganya yang kuat karena bantuan tenaga jin membuat belasan teman2 nya kewalahan.<br />
Saya dekati dia, kemudia saya belenggu tangannya, lehernya dan kakinya,
dengan ayat Allah. Dengan izin Allah diapun terbelenggu dan tidak dapat
bergerak kemana2…<br />
Setelah berdialog dengan pemimpin jin yang ada di dalam tubuhnya,
mereka mengaku bahwa mereka adalah segerombolan jin misionaris yang
datang untuk memurtadkan umat islam. Wallahu a’lam…<br />
Kemudian saya ancam pimpinan jin tersebut, kalau mereka tidak keluar maka akan saya bunuh dengan izin Allah.<br />
———–<br />
Alhamdulillah, laki2 itupun terbebas dari gangguan jin yang membelenggunya selama empat tahun ini…<br />
———–<br />
Ya Allah, lindungilah kami, berikanlah kekuatan kepada kami dan anak
keturunan kami untuk menundukkan musih-musuhmu dari kalangan jin dan
setan yang terkutuk, yang senantiasa mendzolomi manusia…Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04199785852151737294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-39475554519818759632014-04-10T19:53:00.000-07:002014-04-10T19:53:08.379-07:00Privacy Policy<br />
Privacy Policy for www.muslimonly.blogspot.com<br />
<br />
If you require any more information or have any questions about our privacy policy, please feel free to contact us by email at danish.alfatih@gmail.com.<br />
<br />
At www.muslimonly.blogspot.com, the privacy of our visitors is of extreme importance to us. This privacy policy document outlines the types of personal information is received and collected by www.muslimonly.blogspot.com and how it is used.<br />
<br />
Log Files<br />
Like many other Web sites, www.muslimonly.blogspot.com makes use of log files. The information inside the log files includes internet protocol ( IP ) addresses, type of browser, Internet Service Provider ( ISP ), date/time stamp, referring/exit pages, and number of clicks to analyze trends, administer the site, track user’s movement around the site, and gather demographic information. IP addresses, and other such information are not linked to any information that is personally identifiable.<br />
<br />
Cookies and Web Beacons<br />
www.muslimonly.blogspot.com does use cookies to store information about visitors preferences, record user-specific information on which pages the user access or visit, customize Web page content based on visitors browser type or other information that the visitor sends via their browser.<br />
<br />
DoubleClick DART Cookie<br />
.:: Google, as a third party vendor, uses cookies to serve ads on www.muslimonly.blogspot.com.<br />
.:: Google's use of the DART cookie enables it to serve ads to users based on their visit to www.muslimonly.blogspot.com and other sites on the Internet.<br />
.:: Users may opt out of the use of the DART cookie by visiting the Google ad and content network privacy policy at the following URL - http://www.google.com/privacy_ads.html<br />
<br />
Some of our advertising partners may use cookies and web beacons on our site. Our advertising partners include ....<br />
Google Adsense<br />
<br />
<br />
These third-party ad servers or ad networks use technology to the advertisements and links that appear on www.muslimonly.blogspot.com send directly to your browsers. They automatically receive your IP address when this occurs. Other technologies ( such as cookies, JavaScript, or Web Beacons ) may also be used by the third-party ad networks to measure the effectiveness of their advertisements and / or to personalize the advertising content that you see.<br />
<br />
www.muslimonly.blogspot.com has no access to or control over these cookies that are used by third-party advertisers.<br />
<br />
You should consult the respective privacy policies of these third-party ad servers for more detailed information on their practices as well as for instructions about how to opt-out of certain practices. www.muslimonly.blogspot.com's privacy policy does not apply to, and we cannot control the activities of, such other advertisers or web sites.<br />
<br />
If you wish to disable cookies, you may do so through your individual browser options. More detailed information about cookie management with specific web browsers can be found at the browsers' respective websites.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04199785852151737294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-11557138994301293222013-12-24T06:44:00.001-08:002013-12-24T06:44:27.051-08:00Download Mp3 Ruqyah Syar'iyyah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://suaraquran.com/wp-content/uploads/2010/07/ruqyah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://suaraquran.com/wp-content/uploads/2010/07/ruqyah.jpg" height="320" width="320" /></a></div>
<br />
Jika ada yang ingin mendownload audio MP3 ruqyah syar'iyyah silahkan mengklik link download dibawah ini.<br /> Saya menyarankan, instal dulu software Internet Download Manager untuk mempermudah download file audio MP3nya, link download ini juga bisa diunduh melalui handphone, gunakan software Opera Mini untuk mempermudah mengunduh filenya.<br /> <br /> Seluruh Audio Ruqyah adalah rekaman suara dari puluhan <a href="http://www.quranichealing.com/">Grand Master Quranic Healing Internasional</a> (para praktisi QH diseluruh dunia yang jumlahnya akan terus saya update) yang sudah mengerahkan kekuatan jiwa dan niat mereka disertai kepasrahan yang tinggi kepada Allah untuk secara khusus mendoakan siapapun juga yang mendengarkan bacaan ruqyah yang telah mereka lantunkan agar yang mendengarkan mendapatkan limpahan energi Ilahi untuk perlindungan, pembersihan dan penyembuhan dari serangan sihir, jin, setan , penyakit fisik, psikis, ataupun segala bentuk energi negatif. : <br />
<br />
<a href="https://draft.blogger.com/null" name="more"></a><br />
<b>NEW SOUND :</b><ul>
<li><a href="http://www.kalamullah.com/Quran/Ruqya_CD_-_Yahya_Hawaa.mp3">Ruqyah CD by Yahya Hawwa</a> </li>
<li><a href="http://www.kalamullah.com/Quran/Ruqyah/Sheikh_Ahmed_Bin_Ali_Al-Ajmy_Ruqya.mp3">Ruqyah CD by Ahmed Al-Ajmy</a> </li>
<li><a href="http://www.kalamullah.com/Quran/Ruqyah/Ruqya_Shar%27eyah_Sheikh_Muhammed_Jibril.mp3">Ruqyah CD by Muhammad Jibril</a> </li>
<li><a href="http://www.kalamullah.com/Quran/Ruqyah/Punishment_Ruqya.mp3">Ruqyah CD by Mishary Rashed Al-Efasy</a> </li>
<li><a href="http://www.kalamullah.com/Quran/Treat_yourself_by_yourself_from_Jinn.mp3">Treat Yourself By Yourself From Jinn</a> </li>
<li><a href="http://www.kalamullah.com/Quran/Treat_yourself_by_yourself_from_Magic.mp3">Treat Yourself By Yourself From Magic</a> </li>
</ul>
<br />
<b>LATEST VERSION:</b><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah%20Al%20Shariah%20Full%20by%20Sheikh%20Nasser%20Al-Qatami.mp3">Ruqyah Al Shariah Full by Sheikh Nasser Al-Qatami</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah_Fire-Aajmi.mp3">Ruqyah_Fire-Aajmi</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah_Fire-Hudaify.mp3">Ruqyah_Fire-Hudaify</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah_Fire-Sh.Khalid.mp3">Ruqyah_Fire-Sh.Khalid</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah_Fire-Swaalih.mp3">Ruqyah_Fire-Swaalih</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah_khalid_Al-Qahtani.mp3">Ruqyah_khalid_Al-Qahtani</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah_Nabeel_Al-Awadi.mp3">Ruqyah_Nabeel_Al-Awadi</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah_Punishment_Ruqya-Sheikh-Khalid.mp3">Ruqyah_Punishment_Ruqya-Sheikh-Khalid</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah_Shar%27eyah_Sheikh_Muhammed_Jibril.mp3">Ruqyah_Shar’eyah_Sheikh_Muhammed_Jibril</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah_Sheikh_Mishary_Rashed_Al-Efasy.mp3">Ruqyah_Sheikh_Mishary_Rashed_Al-Efasy</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-Aajmi.mp3">Ruqyah-Aajmi</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-AbuAaliya.mp3">Ruqyah-AbuAaliya</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-AbuAnas.mp3">Ruqyah-AbuAnas</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-AbuQassim.mp3">Ruqyah-AbuQassim</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-BandarZahrani.mp3">Ruqyah-BandarZahrani</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-Dawsiry.mp3">Ruqyah-Dawsiry</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-Ghamdi.mp3">Ruqyah-Ghamdi</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-MahmoodBanna.mp3">Ruqyah-Mahmood Al Banna</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-Manshawi.mp3">Ruqyah-Manshawi</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-MishariRashid.mp3">Ruqyah-Mishari Rashid</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-Sh.Khalid.mp3">Ruqyah-Sheikh Khalid</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-Sudais.mp3">Ruqyah-Sudais</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-YasirSalamah.mp3">Ruqyah-Yasir Salamah</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-Zahrani.mp3">Ruqyah-Zahrani</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ruqyah-Zamil.mp3">Ruqyah-Zamil</a><br />
<br />
<b>KUMPULAN FILE AUDIO SURAT AL-MU'AWWIDZATAYN DAN AYATUL QURSY</b><br />
<br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Abu-Bakr-Al-Shatri-Ayatul-kursi.mp3">Al-Mu’awwidhatayn by Ahmed ibn Ali al-Ajmy</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Al-Mu%27awwidhatayn%20-%20Ghamdi.mp3">Al-Mu’awwidhatayn by Sheikh Sa’ad al Ghamdi</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Al-Mu%27awwidhatayn%20-%20Ajmy.mp3">Al-Mu’awwidhatayn -- Ajmy</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Al-Mu%27awwidhatayn%20-%20Minshawi.mp3">Al-Mu’awwidhatayn -- Minshawi</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ayat%20ul%20Qursi%20-%20Ghamdi.mp3">Ayat ul Qursi -- Ghamdi</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ayat%20ul%20Qursi%20-%20Hudhaify.mp3">Ayat ul Qursi -- Hudhaify</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ayat%20ul%20Qursi%20-%20Minshawi.mp3">Ayat ul Qursi -- Minshawi</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Ayat%20ul%20Qursi%20-%20Mishary.mp3">Ayat ul Qursi -- Mishary</a><br />
Download File => <a href="http://www.quranichealing.com/blog/audio/Mohamed%20Lohaidan%20-%20Ayatul%20Kursi.mp3">Mohamed Lohaidan -- Ayatul Kursi</a><br />
<div class="akpc_pop">
</div>
<div class="akpc_pop">
<b>CARA TERAPI AUDIO MANDIRI</b><br /><br />Berikut ini prosedur pelaksanaannya :</div>
<div class="akpc_pop">
<b>A. Persiapan Tempat</b><br /><ol>
<li> Pastikan tempat anda melakukan terapi tidak ada gambar/patung makhluk bernyawa (jika ada turunkan dan simpan dahulu)</li>
<li>Pastikan lokasi tidak bising, tidak ada suara musik</li>
<li>Pastikan tempatnya bersih, rapi dan harum</li>
<li>Bentengi tempat anda melakukan terapi dengan membacakan Ayat Kursi
sebanyak 7 x dengan niat membentengi tempat dari semua energi negatif/
serangan jin/sihir.<br />
</li>
</ol>
<br />
<b>B. Persiapan lahir Bathin</b><br />
<ol>
<li>Mandi terlebih dahulu, pakailah pakaian yang bersih dan gunakan minyak wangi untuk pengharum badan</li>
<li>Shalat 2 rakaat, lalu lakukan dzikir yang biasa kita lakukan setelah
sholat, lalu bacalah shalawat nabi 3 kali lalu ta'awudz dan ucapkan
doa ( Jika anda sakit karena Gangguan Sihir/Jin) :<br /><br /><blockquote class="tr_bq">
"Ya hakiimu Ya ‘aliimu Ya ‘Aliyyu Ya ‘Azhiimu ! (3 x) ya Allah Ya Tuhanku, hambamu memohon untuk diberi pertolongan dan
kekuatan untuk membakar habis semua benda-benda sihir, semua ikatan
sihir, semua kotoran-kotoran sihir, semua makhluk-makhluk negatif
pembawa sihir, hingga tidak punya daya kekuatan lagi untuk menyakiti
hambamu ini dan lindungilah hambamu ini dari kembalinya sihir pada
diriku ini. Tiada daya upaya kecuali pertolongan Engkau Ya Allah Ya
Robbal’alamiin……." </blockquote>
</li>
<li>Jika anda sakit fisik ucapkan doa :<br /><br /><blockquote class="tr_bq">
"Ya hakiimu Ya ‘aliimu Ya ‘Aliyyu Ya ‘Azhiimu ! (3 x) Ya
Allah Ya Tuhanku, hambamu ini memohon untuk diberi pertolongan dan
kekuatan untuk menyembuhkan sakit ......(sebutkan
sakit apa), Sembuhkanlah secara sempurna ya Allah, kesembuhan tanpa
meninggalkan penyakit. Tiada daya upaya kecuali pertolongan Engkau Ya
Allah Ya Robbal’alamiin" </blockquote>
</li>
</ol>
<ol>
<li>Baca doa pembentengan diri, dengan membacakan 3 Qul
(Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas 3 x) di kedua telapak tangan lalu
usapkan keseluruh tubuh 3 kali)</li>
<li>Pastikan kondisi kejiwaan dalam keadaan stabil (tidak dalam keadaan marah, stress dll) </li>
<li style="color: black;">Terapi ini memerlukan kesadaran penuh,
konsentrasi dari pasien, maka jika ada pasien yang tidak dapat
mengontrol dirinya (tidak sadar/kesurupan) ketika mendengarkan lebih
baik tidak melakukan tekhnik ini dan harus diruqyah oleh praktisi ruqyah
yang berpengalaman</li>
</ol>
<b>C. PELAKSANAAN TERAPI </b><br />
<br /><ol>
<li>
Download File yang berisi audio Ruqyah</li>
<li>Sesudah mendownload lalu instal MP3 di HP atau VCD. jika didalam HP
kenakan headset dan jika di VCD Player dekatkan speaker di tubuh kita.</li>
<li>Berbaringlah secara nyaman, kepala dialasi bantal dengan tubuh
terlentang (tangan dan kaki luruskan) bacalah TA'AWUDZ dan doa:<br /><br />
<h2 style="text-align: right;">
حَسْبُنَااللهُ وَنِعْمَ الْوَ كِيْلُ،نِعْمَ الْمَوُلَىوَنِعْمَ النَّصِيْرُ</h2>
<i>“Cukuplah Allah bagi kami dan dia sebaik-baik pemimpin, sebaik-baik pelindung, sebaik penolong.”</i></li>
<li><b><span style="font-weight: normal;">Lemaskan seluruh tubuh,
tariklah nafas dalam-dalam lalu lepaskan pelan-pelan beberapa kali
sampai merasa tenang dan rileks, lalu putarkan audio ruqyah MP3,
dengarkan selama 15-30 menit.</span></b></li>
<li><b><span style="font-weight: normal;"></span></b><b><span style="font-weight: normal;">Dengarkan dengan khusyuk dan waspadai jika ada reaksi/sensasi pada tubuh kita</span></b></li>
</ol>
<br />
<b>D. JIKA ADA REAKSI/SENSASI <span style="font-weight: normal;"><br />
</span>1. Kasus Sihir/Gangguan Jin</b></div>
<div class="akpc_pop">
<br />
<b><span style="font-weight: normal;">Untuk kasus sihir yang berat
biasanya ada reaksi keras selama mendengarkan audio MP3 ruqyah ini,
dalam keadaan berbaring, pasien bisa bergetar</span></b><b><span style="font-weight: normal;">/kesemutan/kedutan/menusuk</span></b><b><span style="font-weight: normal;"> pada salah satu bagian tubuhnya. Ketika ada reaksi </span></b><b><span style="font-weight: normal;">bergetar/kesemutan/kedutan/menusuk
pada salah satu bagian tubuh maka dibagian tersebut sudah terkumpul
semua penyakit, energi negatif, benda-benda sihir, makhluk-makhluk
negatif (jin/setan).</span></b><br />
<br />
<b><span style="font-weight: normal;"> </span></b><b><span style="font-weight: normal;">Jika ada yang bergetar/kesemutan/kedutan/menusuk konsentrasikan fikiran kita untuk fokus pada bagian tubuh yang </span></b><b><span style="font-weight: normal;">bergetar/kesemutan/kedutan/menusuk</span></b><b><span style="font-weight: normal;"> itu dan niatkan agar energi ruqyah terfokus/terproyeksi ke bagian tubuh yang </span></b><b><span style="font-weight: normal;">bergetar/kesemutan/kedutan/menusuk</span></b><b><span style="font-weight: normal;">. </span></b><br />
<br />
<span style="font-weight: normal;">Contoh : </span><b><span style="font-weight: normal;"><br />Selama
mendengarkan tangan kiri kesemutan maka fokuskan fikiran kita ke
tangan kiri lalu niatkan agar energi ruqyah terproyeksi ketangan kiri
untuk membakar habis energi negatif yang ada ditangan kiri kita. terus
fokuskan fikiran sampai rasa </span></b><b><span style="font-weight: normal;">bergetar/kesemutan/kedutan/menusuk</span></b><b><span style="font-weight: normal;"> itu hilang. </span></b></div>
<div class="akpc_pop">
<br />
<b><span style="font-weight: normal;"></span></b></div>
<div class="akpc_pop">
<span style="font-weight: normal;"><b>2. Kasus Penyakit Fisik</b></span></div>
<div class="akpc_pop">
<span style="font-weight: normal;">Pusatkan
fikiran/fokus pada lokasi dimana anda menderita penyakit niatkan agar
getaran energi ruqyah membakar habis seluruh segala hal yang menjadi
penyebab sakit dan menyembuhkan seluruh tubuh fisik dan eterik kita.
WASPADAI JIKA ada sensasi kesemutan, kedutan, sakit menusuk dll jika
ada perkuat lagi konsentrasi kita pada bagian yang bereaksi tersebut.</span></div>
<div class="akpc_pop">
<span style="font-weight: normal;"><br />
</span></div>
<div class="akpc_pop">
<span style="font-weight: normal;">Contoh
: <br />Anda menderita kanker payudara, maka pusatkan titik konsentrasi pada
payudara kita. Gunanya memusatkan titik konsentrasi agar energi ruqyah
terfokus kekuatannya untuk mematikan semua sel kanker tersebut. Jika
payudara anda terasa panas, sakit menusuk itu proses penyembuhan tetap
fokus dan konsentrasi.<br /></span></div>
<span style="font-weight: normal;"> </span><b><span style="font-weight: normal;"></span>KESIMPULAN</b><br />
<b><span style="font-weight: normal;">Semua<span style="color: #cc0000;"> </span></span></b>memerlukan kesadaran penuh<b><span style="font-weight: normal;">
dari pasien sebab jika pasien lalai dan mengantuk, atau fikirannya
melayang-layang, tidak fokus/khusyuk maka hasilnya akan sia-sia, begitu
pula jika pasien langsung hilang kesadarannya seperti kesurupan maka
hasilnya tidak akan maksimal. Ada banyak kasus tidak berhasilnya terapi
ruqyah mandiri lewat audio ruqyah disebabkan karena hal diatas atau
tidak melakukan fokus konsentrasi dengan baik pada daerah yang bereaksi
keras.</span></b><br />
<b><span style="font-weight: normal;"></span></b><b><span style="font-weight: normal;"></span></b><br />
<b><span style="font-weight: normal;">Jika terasa perut mual dan mau
muntah duduklah dan siapkan plastik lalu fokuskan konsentrasi fikiran
pada wilayah perut dengan pinggang lurus tidak membungkuk, niatkan agar
seluruh penyakit keluar lewat muntahan.</span></b><br />
<b><span style="font-weight: normal;"> </span></b><br />
<b><span style="font-weight: normal;">Setelah melakukan tekhnik
penyembuhan dengan audio ruqyah, duduklah dan bacakan 3 qul ( A-Ikhlas,
Al-Falaq dan An-naas 3 x) ditelapak tangan lalu tiup. Setelah itu
lakukan tekhnik usapan/sapuan membuang penyakit untuk
membuang sisa-sisa pembakaran/penyembuhan penyakit agar keluar dari
tubuh fisik dan eterik. Sebab jika tidak dikeluarkan akan menjadi
penyakit bagi diri kita. </span></b><br />
<b><span style="font-weight: normal;"></span></b><br />
<b><span style="font-weight: normal;">Istiqamahlah melakukan tekhnik ini setiap hari sampai sakit anda sembuh.<br /><br /><b>Sumber : <br /><br />http://quranic-healing.blogspot.com</b></span></b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-13980875907360832282013-12-24T06:26:00.001-08:002013-12-24T06:26:28.042-08:00Akhiri Kencing Manis Dengan Manis<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.rumahsehatherbaholistic.com/images/pankreas.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://www.rumahsehatherbaholistic.com/images/pankreas.jpg" /></a></div>
<br /><br />Kencing Manis atau dalam bahasa medis disebut Diabetes Mellitus (DM) adalah sekumpulan dari gangguan metabolik yang ditandai oleh kondisi hiperglikemi (kadar glukosa puasa > 126 mg/dl atau postprandial > 200 mg/dl atau glukosa sewaktu > 200 mg/dl) dan abnormalitas metabolisme dari karbohidrat, lemak dan protein. Semua hal di atas merupakan hasil dari gangguan sekresi insulin, sensitifitas insulin atau keduanya. <br /><br />Tanda yang timbul biasanya disebut Tripoli, yaitu poliuri (banyak berkemih), polidipsi (banyak minum) dan polifagi (banyak makan). <br /><br />Diabetes mellitus sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu DM tipe 1 atau tipe DM yang bergantung pada insulin yang disuntikkan dari luar tubuh dan disebut juga IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Jumlah kasus DM tipe 1 berkisar antara 5%-10% dari total kasus diabetes mellitus. Sedang DM tipe 2 atau yang sering disebut NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dapat diartikan jenis diabetes yang tidak selalu dibutuhkan suntikan insulin dari luar tubuh. Jumlah kasus DM tipe 2 sendiri adalah 90% dari total kasus penderita diabetes mellitus. <br /><br />Penderita diabetes mellitus di Indonesia menempati urutan keempat terbesar di dunia. Semakin hari penderita diabetes mellitus semakin meningkat, hal ini dikarenakan obat-obatan yang ada pada saat ini berfungsi untuk mengontrol/mempertahankan kadar gula dalam darah, bukan menyembuhkan resistensi insulin. Dalam artian lain dunia medis belum menemukan obat yang dapat menyembuhkan DM atau kencing manis. Sungguh sebuah perjalanan dengan akhir yang pahit. <br /><br />Dahulu mungkin hanya orang yang usianya di atas 40 tahun ke atas yang banyak menderita DM tipe 2 atau kencing manis, namun saat ini rentang usia pun telah melampaui pada kisaran usia produktif. Hal ini disebabkan pola hidup masyarakat yang berubah drastis dengan kebiasaan buruk merokok, makan berlebihan, kurang olah raga dan stress yang berkepanjangan.<br /> Tidak hanya perubahan pola hidup tetapi juga stigma yang berkembang menjadi stempel di masyarakat bahwa penderita kencing manis dilarang makan manis, haram mengkonsumsi gula, jangan memakan buah yang manis dan sebagainya, sehingga mungkin saja ada yang berkata “kenapa saya kena kencing manis, padahal dari dulu saya tidak suka makanan dan minuman yang manis?.” <br /><br />Padahal Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Mu’minun : 19, artinya: “ Dengan itu Kami tumbuhkan bagimu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalamnya terdapat buah-buahan yang banyak untuk kamu dan dari buah-buahan itu sebagian kamu makan” . <br /><br />Allah SWT juga berfirman: “ Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari dalam perutnya keluarlah minuman yang bermacam-macam warnanya dan mengndung obat bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Q.S. An-Nahl : 69) <br /><br />Pada kenyataannya secara farmakologis glukosa oral merupakan stimulan paling kuat untuk sekresi insulin karena juga menyebabkan sekresi hormon saluran cerna dan stimulansi aktif vagal saat terjadi pencernaan glukosa atau makanan. Oleh sebab itu justru dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung glukosa seperti madu dan buah-buahan, maka akan memancing keluarnya insulin dengan proses yang sama seperti memancing keluarnya air pada pompa mekanik yang kempos. <br /><br />Penderita kencing manis juga seringkali dihadapkan pada posisi dilematis dimana pada beberapa kasus harus menggunakan insulin yang diperoleh dari porcine (babi), maka hal ini akan menjadi suatu hal yang subhat dalam pengobatan dikarenakan pendapat kedaruratan. <br /><br />Allah SWT telah menjelaskan: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kamu bangkai,darah, daging babi, dan (hewan) yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah.” (Q.S. Al Baqarah : 173). <br /><br />Dengan kondisi stress karena pengobatan yang mahal dan dilematis tanpa ada kejelasan kesembuhan serta penderitaan yang pahit dengan akhir sebuah kematian maka akan menjadi momok yang menakutkan bagi penderita Diabetes. Kadar insulin sangat dipengaruhi fungsi hepar, pancreas, adenohipofisis dan adrenal, oleh sebab itu apabila kondisi stress ataupun mental tertekan berlebihan karena permasalahan di atas maka dengan sendirinya akan menaikkan kadar glukosa darah yang ditimbulkan oleh reaksi persyarafan simpatis. Maka benarlah apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu A’laihi Wassallam, Abdullah bin Al-Harist Radliyallahu’anhu menuturkan, yang artinya,”Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah Shallahu A’laihi Wassallam .“ (Riwayat At-Tirmidzi). <br /><br />Sesungguhnya dengan Islam, penuntasan masalah kencing manis dengan akhir yang manis menjadi suatu keniscayaan. Kebenaran mutlak akan perintah memakan makanan yang halal dan baik (Q.S. An Nahl : 114) serta tidak berlebihan (Q.S. Al-A’raf : 31) dapat menjadi sebuah solusi. Akhirnya dengan solusi yang manis anda pun tidak perlu cemas dan mengkerutkan dahi. Anda dapat memilih senyuman manis, kesabaran dan ketaqwaan sebagai wasilah dalam memperoleh kesehatan sehingga tidak harus lagi mengakhiri kencing manis dengan akhir yang pahit. Wallahu A’lam Bisshawwab <br /><br />Oleh: Joko Rinanto <br /><br />Disari dari Tabloid Bekam Edisi III/I/2010Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-87379938939149709982013-12-17T17:39:00.002-08:002013-12-17T17:39:17.240-08:00KEDUNGUAN DAN KECELAKAAN PARA PEMAKAI JIMAT<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://metafisis.files.wordpress.com/2013/12/603673_571916572829003_566196236_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="603673_571916572829003_566196236_n" class="aligncenter wp-image-5450" height="219" src="http://metafisis.files.wordpress.com/2013/12/603673_571916572829003_566196236_n.jpg?w=311&h=219" width="311" /></a></div>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper">
<span class="messageBody"><span class="userContent"></span></span></h5>
<b><br />KEDUNGUANNYA ADALAH </b>: <br /> 1. Takut membuka jimat yang dibalut dengan rapat. <br /><br />Ini sama saja membeli kucing dalam karung, sama sekali ga tahu tulisan atau benda apa yang dibawa dan diyakininya punya kekuatan mengandung syirik atau tidak. <br /><br />2. Merepotkan diri sendiri.<br /> <br /> Setiap mau masuk kamar mandi selalu melepas jimatnya. Jika disimpan dalam dompet selalu dompetnya di keluarkan. Akhirnya dompetnya hilang karena lupa mengambilnya kembali. Juga tiap saat saat tertentu repot melakukan ritual khusus agar jimatnya tetap memiliki kekuatan mistik. <br /><br />3. Menjadi tidak percaya diri dan mudah was was. <br /><br />Ketika kelupaan pake jimat, langsung timbul was was takut hidupnya celaka, ga percaya diri menghadapi hidup sebab tumpuan hajadnya pada jimat. <br /><br />4. Bersikap boros.<br /> Jimat dijual dengan harga mahal, menjadi kolektor jimat harus siap uang puluhan juta. Coba jika digunakan unuk infaq dan shadakah ini lebih berkah. <br /><br />5. Dibodohi dukun. <br /><br />Mudah percaya dengan perkataan dukun bahwa jimat memiliki kekuatan misik, padahal dukunnya hanya bermain sugesti saja , kebanyakan jimat itu tidak punya kekuatan misik apapun hanya tipuan dukun. <br /><br />6. Menggadaikan akidah. <br /><br />Rasulullah melarang menggunakan jimat, para sahabat ga ada bawa jimat. Lhaaa ini umatnya Rasulullah malah menyalahi syari’at. <br /><br />7. Dibodohi dan diperdaya bahkan dirugikan oleh setan. <br /><br />Pemakai jimat yang berkhodam biasanya hidupnya tidak tenang, ibadah tidak khuyuk, punya penyakit aneh, bahkan terkadang dirinya juga keluarganya diganggu oleh setan yang minta lebih dihormati oleh manusia. <br /><br /><br /> <b>CELAKAANNYA ADALAH :</b><br /><br />1. SAKIT SAKITAN DAN TIDAK BERUNTUNG HIDUPNYA <br /><br />Dari ‘Imran bin Hushoin, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat pada lengan seseorang suatu gelang. Lalu si pengguna tersebut menampakkannya pada beliau lantas ia berkata,“Ini dari tembaga (yang bagus).” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, “Celaka engkau, apa tujuan engkau mengenakan ini?” Ia menjawab, “Ini untuk melindungiku dari sakit wahinah (suatu penyakit yang ada di tangan).” Beliau pun bersabda, “Jimat tersebut hanyalah menambah rasa sakit padamu. Lepaskanlah ia dari tanganmu. Karena jika engkau masih mengenakannya, engkau tidak akan beruntung selamanya.” (HR. Ahmad) <br /><br />2. BERGANTUNG PADA JIMAT BUKAN KEPADA ALLAH<br />“Barang siapa yang bergantung kepada sesuatu, maka Allah akan menyerahkan urusannya kepada sesuatu itu(HR. Tirmidzi dan Imam Ahmad dari Abdullah bin Akim) <br /><br />3. TIDAK AKAN DITOLONG ALLAH DAN AKAN GAGAL SETIAP USAHANYA <br /><br />Rasulullah bersabda : <br /><br /><span style="font-size: large;">مَنْ تَََََعَلَّقَ تَََمِيْمَةً فَلا أَتََمٌَ اللهُ لَهُ وَمَنْ تَعَلٌَقَ وَدَعَةً فَلا وَدَعَ اللهُ لَهُ</span><br />“Barang siapa yang menggantungkan jimat maka Allah tidak akan menolongnya dan barangsiapa yang menggantungkan pengasihan maka Allah akan menggagalkannya.” HR.Ahmad. <br /><br />4. BERBUAT SYIRIK <br /><br /> Rasul bersabda: <br /><span style="font-size: large;"><br /> مَنْ تََعَلّقَ تََََََمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ </span><br /><br />“Barangsiapa yang menggantungkan jimat maka dia telah berbuat syirik,”. HR.Ahmad. <br /><br />5. TIDAK SEMPURNA URUSAN DAN TIDAK AKAN TENTRAM HIDUPNYA <br /><br />Al-Imam Ahmad t meriwayatkan, demikian juga Abu Ya’la dan Al-Hakim serta ia menshahihkanya dari Uqbah bin Amir z bahwa Nabi n bersabda:<br />
<br /><span style="font-size: large;">مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيْمَةً فَلَا أَتَمَّ اللهُ لَهُ وَمَنْ تَعَلَّقَ وَدَعَةً فَلاَ وَدَعَ اللهُ لَهُ</span><br />“Barangsiapa menggantungkan tamimah, maka Allah tidak akan menyempurnakan baginya (urusan)nya dan barangsiapa menggantungkan wad’ah maka Allah tidak akan menentramkannya.”Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-91593092384371376662013-12-03T17:44:00.002-08:002013-12-03T17:44:56.642-08:00Antara Dzikir dan Godaan Setan<div>
Oleh <a href="https://www.facebook.com/mfaizar2?fref=ts" target="_blank">Muhammad Faizar Hidayatullah</a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Saat dzikir lisan, pikiran, dan hati menyatu pada diri seorang hamba maka sessungguhnya tipu daya dan godaan setan akan menjauh... </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setan terus menunggu orang yg berdzikir dan terus berusaha utk membelokkan konsentrasi dan pikirannya dan menghadapkannya dgn masalah2 yg ada di sekitarnya, kadang setan mengganggu dgn menggerakkan orang2 di sekitar hamba yg berzikir utk membuatnya kesal dan marah, atau membuatnya sedih, gundah, atau ketakutan... </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Entah itu anak yang merengek, istri yang ngomel2, bos yang menyuruh ini itu, preman yg ganggu, penipu yg membuat harta habis, dst..dst...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Masalah2 tersebut biasanya datang bersamaan disaat kita mulai berdzikir maupun tidak... </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Intinya, dikerahkan segala cara untuk membuat konsentrasi dan perhatian orang yg ingin menyempurnakan dzikir itu teralihkan... </div>
<div>
Nah di saat ia teralihkan dari dzikir, maka setan akan terus mengendalikannya hingga ia masuk ke dalam kesesatan...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
di dalam Al-Qur’an surat Zukhruf ayat 36 Allah berfirman:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
ومن يعش عن ذكر الرحمن نقيض له شيطنا فهو له قرين</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingat Allah yg Maha Pengasih, Kami akan jadikan setan sbg TEMAN SETIAnya..."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Maka perlu utk kita ketahui apa aja sih tanda2 atau ciri2 ketika setan mulai mendekat di sekitar kita, atau bahkan mereka didekatkan oleh Allah krn lalainya kita kpada-NYA...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tanda-tanda setan telah mendekat pada kita adalah:</div>
<div>
1. Nafsu makan tinggi</div>
<div>
<br /></div>
<div>
2. Fisik yg melemah (timbulnya penyakit)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
3. Kemalasan yg tinggi</div>
<div>
<br /></div>
<div>
4. Syahwat yg bergejolak</div>
<div>
<br /></div>
<div>
5. Semangat bergunjing</div>
<div>
<br /></div>
<div>
6. Semangat becanda dan bicara sia-sia</div>
<div>
<br /></div>
<div>
7. Mudah pusing, sakit mata, sariawan, demam, masuk angin, gangguan pendengaran, kedutan dan sejenisnya, pada tingkat yg lebih parah setan akan menyebabkan penyakit2 yg lebih berat yg mengakibatkan tdk bsa berdzikir (spt dibuat linglung atau gila), susah sholat (dibuat lumpuh atau stroke), dsb...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
8. Mencaci, mengkafirkan saudara seaqidah</div>
<div>
<br /></div>
<div>
9. Hati gelisah, GALAU, sensi, mudah tersinggung, mudah marah</div>
<div>
<br /></div>
<div>
10. Mendendam, suka menyakiti, iri, hasad, dengki yang melampaui kewajaran, apalagi terhadap saudara sesama muslim</div>
<div>
<br /></div>
<div>
11. Merasa PALING BENAR.. </div>
<div>
Ini adalah perasaan yang bahkan Nabi pun sangat takut... Karena sungguh beliau hanya menyampaikan wahyu dan membenarkan, sedang kebenaran BUKAN datang dari beliau namun dari Allah... Sampai-sampai Nabi mendapat teguran saat mensholati jasad seorang munafik, karena takutnya beliau dalam menghakimi keislaman seseorang, hingga turun wahyu yang melarangnya...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
12. Hilangnya nikmat dzikir.. </div>
<div>
Godaan paling berat buat seorang mukmin adalah bisikan2 yg menyebabkan hilangnya konsentrasi dan nikmat berdzikir.. </div>
<div>
Kdang di telinga kita dibisiki, "lihat engkau sudah banyak berzikir dan berdoa namun tidak menyebabkan beban hidupmu berkurang !!!" </div>
<div>
"Lihatlah masalahmu yang menggunung, bila Dia memang mengabulkan doamu maka tentu engkau tidak mendapat masalah sebesar hari ini !!!"</div>
<div>
Bisikan2 ini seakan-akan benar pada saat kita diuji, untuk melewati masa2 sulit ini, kesabaran super tinggi mutlak diperlukan...</div>
<div>
Pada titik ini banyak orang yang terjatuh dalam prasangka buruk kepada Allah sehingga merekapun meninggalkan dzikir dan doa...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jadi gampang sekali melihat orang yang dikuasai setan... </div>
<div>
Meskipun dalam pengajian, dan dalam rangka taushiyah, sama sekali tidak teraba ketenangan, yang ada hanya rasa marah, membenci sesama kaum muslimin, merasa dirinya dan kelompoknya yg paling benar...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Smoga Allah slalu melindungi kita dari tipu daya setan yg terkutuk...</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-46214429027948295362013-12-03T17:41:00.001-08:002013-12-03T17:41:37.577-08:00Remehkan Dosa Timbulkan Penyakit<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-SmGTobmH41E/T9INRloax4I/AAAAAAAAABI/hLb-Q-aiKpQ/s1600/penyakit+hati.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-SmGTobmH41E/T9INRloax4I/AAAAAAAAABI/hLb-Q-aiKpQ/s1600/penyakit+hati.jpg" height="294" width="320" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Oleh Ustadz <a href="https://www.facebook.com/mfaizar2?fref=ts" target="_blank">Muhammad Faizar Hidayatullah</a></div>
<div>
Sokaraja, 4 November 2013</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Berikut adalah percakapan saya dengan pasien :</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pasien X : "Nak ustadz saya dadanya sering banget sesek, jantunge deg2an gak karuan, ini lg deg2an sekarang.. kira2 kenapa ya apa saya diganggu jin ?"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
-FZR : "Mmm... Gk msti karena jin bu...perlu diketahui bahwa Qalb (jantung) itu pangkal kesehatan ruhani yg saling bersangkutan juga dgn kesehatan jasmani, sbagaimana yg disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam "Fa in sholahat sholaha jasadu kulluh wa in fasadat fasada jasadu kulluhu ala wa hiyal Qolbu" ~Apabila baik maka baik sluruh tubuh dan apabila ia buruk maka akan buruklah smuanya, ketahuilah sungguh yg dimaksud itu adalah QOLBU (jantung)..~</div>
<div>
Nah sbelumnya saya mohon maaf apa ada salah satu syariat Allah yg suka ibu remehkan atau bahkan tdk disukai dan dihina ???"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
-Pasien X : "Selama ini saya gk pernah menyepelekan syariat Allah, bahkan saya rajin ibadah.."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
-FZR : "ooh ngoten.. Alhamdulillah nggih..</div>
<div>
Lalu gmn pandangan njenengan saat melihat saudara kita yg berusaha mengamalkan sunnah dgn memanjangkan jenggot, celana di atas mata kaki, ada juga yg bercadar dan berjilbab lebar ?"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
-Pasien X : "jujur nggih, saya suka risih, memandang sinis terhadap mereka, dan menganggap bahwa mereka salah satu dari anggota teroris makannya saya tuh lumayan anti sama orang2 spt itu..."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
-FZR : "Hihihihi... Lah niku sing tek maksud.."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
-Pasien X : "Lah kados pripun sih ? (Lah gmn sih) ??"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
-FZR : "Alangkah baiknya kita koreksi diri sendiri dulu jgn2 penyakit yg slama ini kita derita adalah bersumber dari dosa yg kita remehkan dan dosa yg gk dianggap dosa oleh kita...</div>
<div>
Menganggap sinis dan anti kpd saudara2 kita yg sdang berusaha menjalankan sunnah berjenggot dan saudari yg ingin lebih menjaga dirinya dgn bercadar dan melebarkan jilbab adalah salah satu dari ke-anti-an terhadap apa yg disyariatkan Allah, </div>
<div>
Maka mari kita perhatikan firman Allah "Faman yuridillaahu an YAHDIYAHU yasyroh shodrohu lil-islaam, WA MAN YURID AN YUDHILLAHU YAJ'AL SHODROHU DHOYYIQON HAROJAN KA-ANNAMA YASHO'ADU FIS-SAMAA' !!!</div>
<div>
~Maka barangsiapa yg Allah kehendaki utk diberi HIDAYAH maka Allah akan melapangkan hatinya utk menerima ISLAM, dan barangsiapa yg dikehendaki kesesatannya maka Allah akan MENJADIKAN DADANYA SEMPIT,SESAK (terengah-engah) seakan-akan ia mendaki ke langit.." (Al-An'aam : 125)</div>
<div>
Imam Qotadah pernah mengatakan bahwasannya dalam al-Qur'an itu ada petunjuk ttg penyakit dan obat kita, penyakit kita adalah dosa, sdangkan obatnya adalah istighfar..</div>
<div>
Maka skrng mari ibu beristighfar, mohon ampun pada Allah mudah2an dgn ampunan-NYA, Allah menghilangkan kesempitan di hati ibu dan melapangkannya..."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
-Pasien X : "Astaghfullahal'adzhiim.. </div>
<div>
Nak ustadz dada saya kok lega banget deneng ya rasanya ?"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
-FZR : "Lah kulo mboten ngertos lho... Hehe.. Matur nopo bu nek sampun mantun ?"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pasien X : "Alhamdulillaaah..."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu kemudian saya berikan Ajwa Sidr utk membantu proses pemulihan jantungnya pada beliau...</div>
<div>
Alhamdulillah hingga kini kondisinya telah membaik dan slalu melaporkan perkembangannya pada saya...</div>
<div>
Smoga Allah menyempurnakan kesembuhan bagi beliau...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ditulis ulang di : Minyyat Samanud ad-Daqahliyyah, Egypt, 3 Desember 2013</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-23396158339948885792013-12-03T17:24:00.002-08:002013-12-03T17:24:41.337-08:00Kedermawanan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuoDK56N8K_wFbi__17kEcZqh6HNWQPa7IPPVImssxJvZ4a4Lz0qDm3QkkCFPcf7mVXwqd-zO5N2g3X3MVNPzV2OCwFcxqG-qpzk2knTgeSgVcQOAo3KjwwQpPNZ7MZymneOb01sWpR1LS/s400/Muhammad+Biru.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kedermawanan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuoDK56N8K_wFbi__17kEcZqh6HNWQPa7IPPVImssxJvZ4a4Lz0qDm3QkkCFPcf7mVXwqd-zO5N2g3X3MVNPzV2OCwFcxqG-qpzk2knTgeSgVcQOAo3KjwwQpPNZ7MZymneOb01sWpR1LS/s400/Muhammad+Biru.png" height="320" title="Kedermawanan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam" width="307" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<b>Pucat Karena Belum Sedekah</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
'Uqbah bin Al-Harits berkata: "Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e mengimami kami shalat Ashar. Seusai shalat, beliau segera memasuki rumah, tidak lama kemudian beliau keluar kembali. Aku bertanya kepada beliau, atau ada yang bertanya kepada beliau tentang perbuatan beliau itu. Beliau menjawab: "Aku tadi meninggalkan sebatang emas dari harta sedekah di rumah. Aku tidak ingin emas itu berada di tanganku sampai malam nanti. Karena itulah aku segera membagikannya." (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Pucat Karna Belum Sedekah 2</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Ummu Salamah, dia berkata,”Nabi memasuki tempat tinggalku dengan rona muka yang muram. Karena khawatir beliau sakit, aku bertanya,”Wahai Rasulullah, mengapa muka engkau tampak muram?” Beliau menjawab,”Gara-gara 7 dinar yang kemarin kita terima, tapi hingga sore hari uang itu masih berada di bawah kasur.” Dalam riwayat lain disebutkan,”Dan kita belum menginfakkannya.” (HR. Ahmad dan Abu Ya’la)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Menyerahkan Sedekah Dengan Tangan Sendiri</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aisyah berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah menyerahkan pemberiannya melalui orang lain, beliau sendirilah yang menyerahkan pemberiannya itu kepada orang yang membutuhkannya” (HR. Ibnu Majah)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Tidak Pernah Menolak Jika Diminta</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jabir radliallahu 'anhu berkata;Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah dimintai sesuatu lalu beliau berkata; "Tidak." (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>7 Dirham Yang Menyusahkan</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aisyah berkata, suatu hari, ketika sakit, Rasulullah menyuruhku bersedekah dengan uang tujuh dinar yang disimpannya di rumah. Setelah menyuruhku bersedekah, beliau lalu pingsan. Ketika sudah siuman, Rasulullah bertanya kembali, “Uang itu sudah kau sedekahkan?” “Belum, karena aku kemarin sangat sibuk,” jawabku Rasulullah bersabda, “Mengapa bisa begitu, ambil uang itu!”. Begitu uang itu sudah di hadapannya, Rasulullah lalu bersabda, “Bagaimana menurutmu seandainya aku tiba-tiba meninggal, sementara aku mempunyai uang yang belum kusedekahkan? Uang ini tidak akan menyelamatkan Muhammad seandainya ia meninggal sekarang, sementara ia mempunyai uang yang belum disedekahkan,”. (HR Ahmad).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Seandainya Memiliki Emas Sebesar Uhud</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"Sekiranya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, maka aku tidak suka jika ia masih berada disisiku selama tiga hari, dan sekiranya aku memiliki sedikit saja dari itu, niscaya aku telah membayarkan untuk hutang." (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Aku Bukan Orang Bakhil</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam baru kembali dari peperangan Hunain, beberapa orang Arab badui mengikuti beliau, mereka meminta bagian kepada beliau. Mereka terus meminta sampai-sampai beliau terdesak ke sebuah pohon, sehingga jatuhlah selendang beliau, ketika itu beliau berada di atas tunggangan. Beliau lantas berkata: "Kembalikanlah selendang itu kepadaku, Apakah kamu khawatir aku akan berlaku bakhil? Demi Allah, seadainya aku memiliki unta-unta yang merah sebanyak pohon 'Udhah ini, niscaya akan aku bagikan kepadamu, kemudian kalian pasti tidak akan mendapatiku sebagai seorang yang bakhil, penakut lagi pendusta."(HR. Al-Baghawi)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam Tidak Takut Miskin</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Anas RA, bahwasanya seorang laki-laki pernah meminta seekor kambing dari Rasulullah di antara dua gunung. Kemudian tanpa ragu-ragu, Rasulullah pun memberikan kambingnya itu kepada laki-laki tersebut. Setelah memperoleh kambing, laki-laki tersebut pergi mendatangi kaumnya seraya berkata, "Hai kaumku, masuklah kalian ke dalam agama Islam! Demi Allah, sesungguhnya Muhammad memberikan sesuatu tanpa takut miskin." Anas berkata, "Jika seseorang masuk islam karena harta dunia semata, maka dia belum dikatakan beriman sampai islam menjadi yang lebih dia cintai dari pada dunia dan seisinya." (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Sahabat Meminta Baju Untuk Kain Kafan</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Sahal bin Sa'ad Radhiallaahu anhu ia berkata: "Seorang wanita datang menemui Rasulullah dengan membawa kain bersulam (berhias). Ia berkata: "Aku menenun dan menyulamnya sendiri dengan tanganku supaya engkau mengenakannya." Rasulullah pun mengambilnya, tam-paknya beliau sangat membutuhkan. Kemudian beliau keluar menemui kami dengan mengenakan kain itu sebagai sarung. Ada yang berkata: "Alangkah indahnya kain itu, hadiahkanlah kain itu kepadaku!" "Boleh!" jawab beliau. Lalu Rasulullah duduk di dalam majlis kemudian kembali. Beliau segera melipat kain itu dan mengirimkannya kepada orang tersebut. Orang-orang berkata: "Alangkah bagusnya engkau ini, Rasulullah lebih membutuhkan kain itu tetapi engkau malah memin-tanya, padahal engkau tahu bahwa Rasulullah tidak pernah menolak permintaan!" orang itu menjawab: "Demi Allah, sesungguhnya aku meminta kain itu kepada beliau bukan untuk kukenakan, akan tetapi aku ingin menja-dikannya sebagai kain kafan." Sahal berkata: "Dengan kain itulah ia dikafani." (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Nasihat Kepada Peminta-Minta</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Hakim bin Hizam Radhiallaahu anhu menuturkan: "Aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah , beliau lantas memberikannya. Kemudian aku meminta lagi, beliau pun memberikanya. Kemudian aku meminta lagi, beliau pun memberikannya seraya berkata: "Wahai Hakim, sesung-guhnya harta ini manis dan indah. Barang siapa yang mengambilnya dengan kemurahan hati, ia akan mendapat keberkatan padanya. Barangsiapa yang mengambilnya dengan ketamakan, ia tidak akan mendapat keberkatan padanya. Bagaikan orang yang makan tapi tidak pernah kenyang. Dan tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah." (Muttafaq 'alaih)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Seandainya Punya Banyak Mantel</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jubair bin Muth’im bertutur, ketika ia berjalan bersama Rasulullah, tiba-tiba orang-orang mencegat beliau dan meminta dengan setengah memaksa sampai-sampai beliau disudutkan ke sebuah pohon berduri. Kemudian salah seorang dari mereka mengambil mantelnya. Rasulullah berhenti sejenak dan berseru, ”Berikan mantelku itu! Itu untuk menutup auratku. Seandainya aku mempunyai mantel banyak lebih dari satu, tentu akan kubagikan pada kalian (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Penuhilah Untanya</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Hurairah bertutur,suatu hari kami duduk bersama Rasulullah di masjid. Ketika beliau berdiri, lalu kami pun bediri. Ketika beliau sampai ke pertengahan masjid, tiba-tiba seorang laki-laki menarik mantel Rasulullah dengan keras, padahal mantelnya itu terbuat dari bahan yang kasar. Saking kerasnya, leher Rasulullah pun tampak memerah. Laki-laki berkata, ”Wahai Muhammad, isikan kedua untaku dengan apa saja, karena kau tidak pernah membawa harta, baik dengan hartamu sendiri maupun dari harta bapakmu.” Rasulullah menjawab, ”Tidak, dan aku memohon ampun kepada Allah. Aku tidak akan memenuhi kedua untamu sehingga kau terlebih dahulu melepaskan tarikanmu dari leherku”. Laki-laki dusun itu berkata kembali: “Tidak, demi Allah, aku tidak akan melepaskannya sebelum kau memenuhi permintaanku.” Rasulullah salallahu alaihi wassalam lalu mengulang perkataannya tadi tiga kali. Namun, laki-laki itu tetap tidak mau melepaskan tarikannya. Begitu mendengar jawaban laki-laki dusun tadi, kami para sahabat segera bermaksud menghampiri laki-laki tersebut, namun Rasulullah segera berpaling dan menahan para sahabat. Rasulullah lalu berkata kepada seorang sahabat, “Wahai fulan, penuhi unta laki-laki tadi dengan gandum, dan untanya yang satu lagi dengan kurma.” Setelah dipenuhi, Rasulullah bersabda, “Ayo bubarlah kalian.” (HR. Abu Daud)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Membagikan 80000 Dirham</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Humaid bin Hilal, dari Abu Burdah, dari Abu Musa Al Asy’ary, bahwa Al Alla bin Hadhramy pernah mengirimkan 80.000 dirham kepada Rasulullah dari Bahrain. Sementara beliau tidak pernah menerima kiriman sebanyak itu sebelum maupun sesudahnya. Beliau memerintahkan agar uang itu digelar di atas tikar lalu beliau mendirikan shalat. Seusai shalat beliau menghampiri tumpukan uang itu, berdiri di sisinya lalu membagi-bagikan uang itu kepada orang-orang yang menemui beliau. Semua uang habis dan hanya menyisa sekitar satu genggaman telapak tangan. Al Abbas datang sambil berkata,”Wahai Rasulullah, uangku sudah habis karena kugunakan untuk menebus diriku sendiri dan diri Aqil sewaktu perang Badar, karena memang dia tidak mempunyai harta lagi. Maka berilah aku sebagian dari harta itu.” “Ambillah,” sabda beliau. Al Abbas mengisi kantongnya hingga penuh sesak. Ketika hendak mengangkatnya, dia tidak kuat. Sambil mendongakkan kepala ke arah beliau, dia berkata,”Wahai Rasulullah, bantulah aku mengangkat kantong ini.” Beliau menyunggingkan senyuman lalu bersabda,”Tidaklah Allah berjanji melainkan Dia memenuhinya bagiku, dan aku tidak mengetahui yang lain.” Lalu beliau membaca ayat, “Katakanlah,’Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu’.” (QS. Al Anfal:79. Beliau bersabda lagi,”Ini lebih baik dari apa yang pernah diambil dariku, dan aku tidak tahu ampunan yang akan diberikan-Nya.” (HR. Hakim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Membantu Kemiskinan Keluarga Paman Abu Thalb</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tuhan telah mengajarkan Nabi bersembahyang, maka iapun bersembahyang, begitu juga Khadijah ikut pula sembahyang. Selain puteri-puterinya, tinggal bersama keluarga itu Ali bin Abi Talib sebagai anak muda yang belum balig. Pada waktu itu suku Quraisy sedang mengalami suatu krisis yang luarbiasa. Abu Talib adalah keluarga yang banyak anaknya. Muhammad sekali berkata kepada Abbas, pamannya - yang pada masa itu adalah yang paling mampu di antara Keluarga Hasyim: "Abu Talib saudaramu anaknya banyak. Seperti kaulihat, banyak orang yang mengalami krisis. Baiklah kita ringankan dia dari anak-anaknya itu. Aku akan mengambilnya seorang kaupun seorang untuk kemudian kita asuh."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Karena itu Abbas lalu mengasuh Ja'far dan Muhammad mengasuh Ali, yang tetap tinggal bersama sampai pada masa kerasulannya. (Siroh Muhammad Husain Haikal)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Memberikan Apa Yang Punya</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari seseorang dari bani Asad, sesungguhnya dia berkata, "Aku dan keluargaku telah mampir di Baqi' Al Gharqad, maka keluargaku berkata kepadaku, 'Pergilah kamu (menemui) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, maka mintalah kepadanya sesuatu yang dapat kami makan, maka mereka mulai menyebutkan kebutuhan-kebutuhan mereka, aku pergi menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, dan aku dapatkan di sisi beliau ada seorang yang sedang meminta kepada beliau.' "Rasulullah berkata (kepada orang itu), "Aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat aku berikan kepadamu, " maka orang itu pergi meninggalkannya dengan kondisi marah seraya berkata, 'Aku bersumpah, sesungguhnya kamu dapat memberikan siapa yang kamu kehendaki, " maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berkata, "la marah karena aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat aku berikan kepadanya, barangsiapa yang telah meminta, maka ia mendapat satu "uqiyah " (seper dua belas dari timbangan yang ada di negeri Mesir) atau sebanding dengannya; ia telah meminta dengan cara mendesak. " Al Asadi berkata, "Aku berkata, 'Unta betina yang banyak susunya lebih baik dari pada satu Uqiyah, dan satu Uqiyah itu harganya empat puluh dirham,'" ia (seorang dari bani Asad) berkata, "Aku kembali, dan aku belum meminta kepada beliau, maka datang setelah itu gandum dan kismis, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam membagi kepada kami dari (gandum dan kismis) itu, -atau sebagaimana yang beliau sabdakan- sehingga Allah SWT mencukupkan kami. " (HR. Abu Daud)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Melunasi Hutang Sahabat</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Jabir, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak mau menshalati orang yang mati dalam keadaan masih mempunyai hutang. Pernah di datangkan kepadanya mayat. Rasulullah bertanya, "Apakah dia masih punya hutang? " Para sahabat menjawab, "Ya, dia masih punya hutang dua Dinar." Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda,"Shalatilah teman kalian ini!" Lalu Abu Qatadah Al Anshari berkata, "Dua dinar itu aku yang menanggungnya wahai Rasul?" Jabir berkata: Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menyalati mayat tersebut. Tatkala Allah membukakan (hati) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, beliau bersabda, "Aku lebih berhak atas setiap mukmin daripada dirinya sediri. Maka siapa yang meninggalkan hutang, akulah yang wajib membayarnya dan siapa yang meninggalkan harta maka harta itu untuk ahli warisnya. " (HR. Bukhari dan Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Kambing Satu Lembah Untuk Shafwan</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ketika Rasulullah berjalan di dekat harta rampasan yang melimpah ruah banyaknya, beliau hanya memandangi harta rampasan itu, yang disamping beliau ada Shafwan bin Umayyah, yang saat itu dia belum masuk islam. Pandangan mata Shafwan tak pernah lekang dari sekumpulan domba dan ternak-ternak lainnya.Sementara Rasulullah melihat apa yang dilakukan Shafwan itu. Maka beliau bertanya,”Wahai Abu Wahb, apakah engkau heran melihat hewan-hewan sebanyak itu?” Shafwan menjawab,”Ya.” “Semua hewan itu menjadi milikmu,”Sabda beliau. “Tidak ada orang yang sebaik ini kecuali seorang nabi. Maka aku bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan rasul Allah” (HR. Ibnu Asakir)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>300 Kambing Untuk Shafwan</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Ibnu Syihab, dia berkata, "Pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berangkat ke medan pertempuran dalam penaklukan kota Makkah. Setelah itu, beliau keluar bersama kaum muslimin ke medan perang Hunain hingga Allah Subhanahu wa Ta'ala memenangkan Islam dan kaum muslimin. Setelah perang berakhir, Rasulullah pun memberikan seratus hadiah kepada Shafwan bin Umayyah. Setelah itu, beliau pun menambahnya seratus lagi dan menambahnya seratus lagi." Ibnu Syihab berkata, "Said bin Musayyab pernah memberitahukan kepada saya bahwasanya Shafwan telah berkata, 'Demi Allah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam telah memberiku hadiah yang banyak sekali. Sebenarnya dahulu, Rasulullah adalah orang yang paling saya benci. Tetapi, karena beliau selalu memberi hadiah kepada saya, sehingga beliau kini adalah orang yang paling saya cintai." (HR. Muslim) </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Membalas Pemberian</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Ketika kaum Muhajirin datang dari kota Makkah menuju kota Madinah, mereka tidak memiliki sesuatu apapun. Sementara itu orang-orang Anshar mempunyai banyak tanah dan pekarangan. Kemudian orang-orang Anshar membagikan tanah dan pekarangan mereka kepada saudara-saudara mereka kaum Muhajirin, sedangkan mereka memperoleh imbalannya separuh dari hasil tanah tersebut setiap tahunnya. Pekerjaan dan biaya penggarapannya juga telah mereka cukupi." Ibu Anas bin Malik, atau yang biasa dipanggil Ummu Sulaim, dan ibu Abdullah bin Abu Thalhah adalah saudara Anas yang satu ibu. Ibu Anas bin Malik pernah memberikan pohon kurmanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Setelah itu Rasulullah memberikan pohon tersebut kepada Ummu Aiman, budak perempuannya, yaitu ibunya Usamah bin Zaid. Ibnu Syihab berkata, "Anas bin Malik pernah menginformasikan kepada saya bahwa setelah melakukan pertempuran dengan penduduk Khaibar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam kembali ke Madinah. Pada saat itu beliau melihat kaum Muhajirin mengembalikan semua pemberian yang pernah mereka terima dari kaum Anshar. Rasulullah akhirnya juga mengembalikan apa yang pernah diberikan oleh ibu Anas kepada beliau." Ummu Aiman, yaitu ibu dari Usamah bin Zaid, adalah seorang budak milik Abdullah bin Abdul Muthallib, ayah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Ummu Aiman adalah wanita berkebangsaan (Habasyah) Ethiopia. Ketika Aminah melahirkan Nabi Muhammad, setelah ditinggal wafat ayahnya, maka Ummu Aiman lah yang memeliharanya hingga dewasa. Setelah dimerdekakan, Rasulullah menikahkan wanita yang pernah mengasuhnya tersebut dengan Zaid bin Haritsah. Lima bulan setelah Rasulullah meninggal dunia, wanita itu pun menyusulnya. (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Saling Memberi Hadiah</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
'Aisyah Radhiallaahu anhu menuturkan: "Rasulullah biasa menerima bingkisan hadiah dan membalas bingkisan itu." (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Rasulullah Ditarik Paksa</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Anas bin Malik, dia berkata,”Suatu hari Rasulullah memasuki masjid sambil mengenakan mantel model najran yang kainnyan cukup tebal. Dari arah belakang muncul seorang Araby, yang kemudian menarik ujung kain mantel beliau. Karena kerasnya tarikan, hingga menimbulkan bekas guratan di kulit leher beliau. Lalu dia berkata dengan suara kasar,”Hai Muhammad, berikan kepadaku sebagian dari harta Allah yang ada padamu.” Rasulullah menengok ke arahnya sambil tersenyum, lalu bersabda kepada orang-orang muslim di sekitarnya,”Berikan apa yang diminta orang ini!” (HR. Ibnu Jarir)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Sekali Lagi, Beliau Ditarik Paksa</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
'Aisyah radhiyallahu 'anha mengisahkan: "Suatu kali aku berjalan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau mengenakan kain najran yang tebal pinggirannya. Kebetulan beliau berpapasan dengan seorang Arab badui, tiba-tiba si Arab badui tadi menarik dengan keras kain beliau itu, sehingga aku dapat melihat bekas tarikan itu pada leher beliau. ternyata tarikan tadi begitu keras sehingga ujung kain yang tebal itu membekas di leher beliau. Si Arab badui itu berkata: "Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku sebagian yang kamu miliki dari harta Allah!" Beliau lantas menoleh kepadanya sambil tersenyum lalu mengabulkan permin-taannya." (Muttafaq 'alaih)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-38811751077928075112013-11-18T02:01:00.002-08:002013-11-18T02:01:38.926-08:00Sifat Makan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKhanIvEVonJmgaLEqXmOpJ_YtAM2NO1q619GvgSoAuc8C2B_3bnTZicMJpYqLsohUHdLipniLLldzpE_oYY9foUskueYDmmgmEJDnOZvIsSfxzRAzvtSyfVdaNPL34VyfRmaDBZuuqQDA/s1600/sunnah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Sifat Makan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKhanIvEVonJmgaLEqXmOpJ_YtAM2NO1q619GvgSoAuc8C2B_3bnTZicMJpYqLsohUHdLipniLLldzpE_oYY9foUskueYDmmgmEJDnOZvIsSfxzRAzvtSyfVdaNPL34VyfRmaDBZuuqQDA/s1600/sunnah.jpg" title="Sifat Makan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam" /></a></div>
<h3 align="center">
<br /></h3>
<div>
<strong>Makanan Keluarga Rasulullah</strong><br />
<strong><br /></strong>
Dari Urwah, dari Aisyah RA, dia berkata, "Demi Allah, hai kemenakanku, kami pernah menghitung awal tanggal sampai awal tanggal berikutnya. Sampai awal tanggal berikutnya, yaitu tiga kali awal tanggal, selama dua bulan berturut-turut, tidak ada sesuatu yang dapat dimasak di dapur Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam." Urwah bertanya, "Wahai bibi, kalau begitu kalian semua makan apa saat itu?" Aisyah RA menjawab, "Kurma dan air, hanya kebetulan Rasulullah bertetangga dengan orang-orang Anshar dan mereka mendapatkan rezeki yang banyak hingga mereka sering mengirimkan sebagian air susu hewan mereka kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan kami menghidangkannya kepada beliau." (HR. Muslim)<br />
<br />
<strong>Beliau Tidak Pernah Kenyang</strong><br />
Walaupun beliau dermawan dan suka bersedekah, akan tetapi keadaan beliau sendiri sangat patut kita renungkan. Anas bin Malik berkata, "Tidak pernah Rasulullah duduk menghadapi meja makan yang penuh hidangan, sampai beliau wafat. Dan tidak pernah beliau makan roti enak dan lembut sampai wafat" (HR. Bukhari)<br />
Aisyiah ra berkata, “Rasulullah tidak pernah kenyang sepanjang tiga hari berturut-turut. Kalau seandainya kami mau pasti kami kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri” (HR. Baihaqi)<br />
Abu Hurairah RA berkata, “Rasulullah salallahu alaihi wassalam keluar dari dunia (wafat) dan beliau belum pernah kenyang dari roti gandum” (HR. Bukhari dan Tirmidzi)<br />
<br />
<strong>Hanya Makan Kurma Dan Air</strong><br />
Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Urwah dari Aisyah ra. dia berkata: Demi Allah, hai anak saudaraku (Urwah anak Asma, saudara perempuan Aisyah), kami senantiasa memandang kepada anak bulan, bulan demi bulan, padahal di rumah-rumah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak pernah berasap. Berkata Urwah: Wahai bibiku, jadi apalah makanan kamu? Jawab Aisyah: Korma dan air sajalah, melainkan jika ada tetangga-tetangga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dari kaum Anshar yang membawakan buat kami makanan. Dan memanglah kadang-kadang mereka membawakan kami susu, maka kami minum susu itu sebagai makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:155)<br />
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Aisyah ra. katanya: sering kali kita duduk sampai empat puluh hari, sedang di rumah kami tidak pernah punya lampu atau dapur kami berasap. Maka orang yang mendengar bertanya: Jadi apa makanan kamu untuk hidup? Jawab Aisyah: Korma dan air saja, itu pun jika dapat. (Kanzul Ummal 4:38)<br />
<br />
<strong>2 Bulan Hanya Kurma Dan Air</strong><br />
Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e dan keluarganya pernah selama sebulan atau dua bulan hanya memakan Aswadaan, yaitu kurma dan air. (HR. Bukhari & Muslim)<br />
<br />
<strong>Tidak kenyang roti dua hari berturut</strong><br />
Tarmidzi memberitakan dari Masruq, katanya: Aku pernah datang menziarahi Aisyah ra. lalu dia minta dibawakan untukku makanan, kemudian dia mengeluh: Aku mengenangkan masa lamaku dahulu. Aku tidak pernah kenyang dan bila aku ingin menangis, aku menangis sepuas-puasnya! Tanya Masruq: Mengapa begitu, wahai Ummul Mukminin?! Aisyah menjawab: Aku teringat keadaan di mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam telah meninggalkan dunia ini! Demi Allah, tidak pernah beliau kenyang dari roti, atau daging dua kali sehari. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148)<br />
<br />
Dalam riwayat Ibnu Jarir lagi tersebut: Tidak pernah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam kenyang dari roti gandum tiga hari berturut-turut sejak beliau datang di Madinah sehingga beliau meninggal dunia. Di lain lain versi: Tidak pernah kenyang keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dari roti syair dua hari berturut-turut sehingga beliau wafat. Dalam versi lain lagi: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam telah meninggal dunia, dan beliau tidak pernah kenyang dari korma dan air. (Kanzul Ummal 4:38)<br />
<br />
<strong>Tidak Makan Roti 2 Hari Berturut</strong><br />
'Aisyahradhiyallahu 'anhamengungkapkan: "Keluarga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e tidak pernah makan roti gandum sampai kenyang dua hari berturut-turut hingga beliau wafat." (HR. Muslim)<br />
Dalam riwayat lain disebutkan: "Keluarga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah makan roti gandum sampai kenyang tiga hari berturut-turut semenjak tiba di kota Madinah sampai beliau wafat." (Muttafaq 'alaih)<br />
<br />
<strong>Tidak kenyang tiga hari berturut</strong><br />
Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Baihaqi telah berkata Aisyah ra.: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak pernah kenyang tiga hari berturut-turut, dan sebenarnya jika kita mau kita bisa kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain yang lapar dari dirinya sendiri. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)<br />
Ibnu Abid-Dunia memberitakan dari Al-Hasan ra. secara mursal, katanya: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam selalu membantu orang dengan tangannya sendiri, beliau menampal bajunya pun dengan tangannya sendiri, dan tidak pernah makan siang dan malam secara teratur selama tiga hari berturut-turut, sehingga beliau kembali ke rahmatullah. Bukhari meriwayatkan dari Anas ra. katanya: Tidak pernah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam makan di atas piring, tidak pernah memakan roti yang halus hingga beliau meninggal dunia. Dalam riwayat lain: Tidak pernah melihat daging yang sedang dipanggang (maksudnya tidak pernah puas makan daging panggang). (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)<br />
<br />
<strong>Tidak kenyang roti syair</strong><br />
Tarmidzi memberitakan dari Ibnu Abbas ra. katanya: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sering tidur malam demi malam sedang keluarganya berbalik-balik di atas tempat tidur karena kelaparan, karena tidak makan malam. Dan makanan mereka biasanya dari roti syair yang kasar. Bukhari pula meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. katanya: Pernah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mendatangi suatu kaum yang sedang makan daging bakar, mereka mengajak beliau makan sama, tetapi beliau menolak dan tidak makan. Dan Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam meninggal dunia, dan beliau belum pernah kenyang dari roti syair yang kasar keras itu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148 dan 151)<br />
<br />
<strong>Fatimah membawakan roti kepada nabi</strong><br />
Pernah Fathimah binti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam membawa sepotong roti syair yang kasar untuk dimakannya. Maka ujar beliau kepada Fathimah ra: Inilah makanan pertama yang dimakan ayahmu sejak tiga hari yang lalu! Dalam periwayatan Thabarani ada tambahan ini, yaitu: Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pun bertanya kepada Fathimah: Apa itu yang engkau bawa, wahai Fathimah?! Fathimah menjawab: Aku membakar roti tadi, dan rasanya tidak termakan roti itu, sehingga aku bawakan untukmu satu potong darinya agar engkau memakannya dulu! (Majma’uz Zawa’id 10:312)<br />
<br />
<strong>Mengisi perut dengan roti panas</strong><br />
Ibnu Majah dan Baihaqi meriwayatkan pula dari Abu Hurairah ra. katanya: Sekali peristiwa ada orang yang membawa makanan panas kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam maka beliau pun memakannya. Selesai makan, beliau mengucapkan: Alhamdulillah! Inilah makanan panas yang pertama memasuki perutku sejak beberapa hari yang lalu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)<br />
<br />
<strong>Cara Rasul membuat roti</strong><br />
Bukhari meriwayatkan dari Sahel bin Sa’ad ra. dia berkata: Tidak pernah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam melihat roti yang halus dari sejak beliau dibangkitkan menjadi Utusan Allah hingga beliau meninggal dunia. Ada orang bertanya: Apakah tidak ada pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam ayak yang dapat mengayak tepung? Jawabnya: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak pernah melihat ayak tepung dari sejak beliau diutus menjadi Rasul sehingga beliau wafat. Tanya orang itu lagi: Jadi, bagaimana kamu memakan roti syair yang tidak diayak terlebih dahulu? Jawabnya: Mula-mula kami menumbuk gandum itu, kemudian kami meniupnya sehingga keluar kulit-kulitnya, dan yang mana tinggal itulah yang kami campurkan dengan air, lalu kami mengulinya. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)<br />
<br />
<strong>Tidak Makan Dengan Daging Dan Roti</strong><br />
Anas bin Malik mengungkapkan kepada kita sebagai berikut: "Rasulullah tidak pernah makan siang dan makan malam dengan daging beserta roti kecuali bila menjamu para tamu." (HR. At-Tirmidzi)<br />
<br />
<strong>Jika ada minyak lebih baik untuk dimakan</strong><br />
Ahmad meriwayatkan dari Aisyah ra. dia berkata: Sekali peristiwa keluarga Abu Bakar ra. (yakni ayahnya) mengirim (sop) kaki kambing kepada kami malam hari, lalu aku tidak makan, tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam memakannya – ataupun katanya, beliau yang tidak makan, tetapi Aisyah makan, lalu Aisyah ra. berkata kepada orang yang berbicara dengannya: Ini karena tidak punya lampu. Dalam riwayat Thabarani dengan tambahan ini: Lalu orang bertanya: Hai Ummul Mukminin! Apakah ketika itu ada lampu? Jawab Aisyah: Jika kami ada minyak ketika itu, tentu kami utamakan untuk dimakan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:155; Kanzul Ummal 5:155)<br />
<br />
Abu Ya’la memberitakan pula dari Abu Hurairah ra. katanya: Ada kalanya sampai berbulan-bulan berlalu, namun di rumah-rumah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak ada satu hari pun yang berlampu, dan dapurnya pun tidak berasap. Jika ada minyak dipakainya untuk dijadikan makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:154; Majma’uz Zawatid 10:325)<br />
<br />
<strong>Tidak Makan Roti Gandum</strong><br />
Anas bin Malik menuturkannya kepada kita. Ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah makan hidangan di meja makan hingga beliau wafat, beliau juga tidak pernah makan roti yang terbuat dari gandum halus hingga beliau wafat." (HR. Al-Bukhari)<br />
<br />
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, <em>bahwa suatu ketika ia melewati suatu kaum yang dihadapan mereka terdapat seekor kambing yang telah terpanggang. </em><em>Lalu mereka pun mengundangnya, namun ia enggan untuk memakan daging kambing tersebut. Dan Abu Hurairah pun berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggalkan dunia ini, namun beliau belum pernah kenyang memakan roti yang terbuat dari gandum lembut." (HR. Bukhari)</em><br />
<em><br /></em>
<strong>Tidak Mendapatkan Kurma Yang Buruk Sekalipun</strong><br />
Dari Simak bin Harb, dia berkata, "Saya pernah mendengar Nu'man bin Basyir RA berpidato, ia berkata, 'Umar pernah menyebutkan harta yang pernah diraih oleh kaum muslimin dan setelah itu ia berkata, 'Pada suatu hari, saya pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam lesu karena beliau tidak mendapatkan sebutir kurma yang buruk sekalipun untuk mengisi perutnya.'" (HR. Muslim)<br />
<br />
<strong>Puasa Jika Tidak Ada Makan</strong><br />
'Aisyahradhiyallahu 'anhamengisahkan: "Pada suatu hari, Rasu-lullah datang menemuiku. Beliau bertanya: "Apakah kamu masih menyimpan makanan?" 'Aisyahradhiyallahu 'anhamenjawab: "Tidak ada!" Beliau berkata: "Kalau begitu aku berpuasa." (HR. Muslim) </div>
<div>
Sifat Lapar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam<br />
<br /></div>
<div>
<strong>Tidur Dalam Keadaan Lapar</strong><br />
Ibnu Abbas menuturkan sebagai berikut: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan keluarga beliau tidur dalam keadaan lapar selama beberapa malam berturut-turut. Mereka tidak mendapatkan hidangan untuk makan malam. Sedangkan jenis makanan yang sering mereka makan adalah roti yang terbuat dari gandum." (HR. At-Tirmidzi)<br />
<br />
<strong>Sama-Sama Kelaparan</strong><br />
Dari Ibnu Abbas, bahwa dia pernah mendengar Umar bin Khattab berkata, Rasulullah keluar dari rumah pada waktu tengah hari yang panas dan mendapatkan Abu Bakar berada di masjid. “Apa yang membuatmu keluar pada saat-saat seperti ini?” tanya beliau. Abu Bakar menjawab,”Alasanku sama dengan alasan anda ya Rasulullah, yaitu karena lapar.” Tak lama kemudian muncul Umar bin Khattab. Beliau seperti itu pula kepadanya. Umar menjawab, ”Alasanku sama dengan alasan anda ya Rasulullah, yaitu karena lapar.” Setelah berbincang-bincang dengan keduanya, beliau bertanya,”Apakah kalian berdua masih kuat pergi ke kebun kurma untuk mencari makanan, minuman dan tempat berteduh?”Namun kemudian beliau bersabda lagi,”Marilah kita ke rumah Abul Haitsam bin At Taihan Al Anshary” (HR. Al Bazzar dan Abu Ya’la)<br />
<br />
<strong>Rasulullah shalat dengan duduk</strong><br />
Suatu riwayat yang diberitakan oleh Abu Nu’aim, Khatib, Ibnu Asakir dan Ibnun-Najjar dari Abu Hurairah ra. dia berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam ketika dia sedang bersembahyang duduk, maka aku pun bertanya kepadanya: Ya Rasulullah! Mengapa aku melihatmu bersembahyang duduk, apakah engkau sakit? jawab beliau: Aku lapar, wahai Abu Hurairah! Mendengar jawaban beliau itu, aku terus menangis sedih melihatkan keadaan beliau itu. Beliau merasa kasihan melihat aku menangis, lalu berkata: Wahai Abu Hurairah! jangan menangis, karena beratnya penghisaban nanti di hari kiamat tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia. (Kanzul Ummal 4:41)<br />
<br />
<strong>Rasulullah mengganjal perut dengan batu</strong><br />
Tarmidzi memberitakan daiipada Abu Talhah ra. katanya: Sekali peristiwa kami datang mengadukan kelaparan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam lalu kami mengangkat kain kami, di mana padanya terikat batu demi batu pada perut kami. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pun mengangkat kainnya, lalu kami lihat pada perutnya terikat dua batu demi dua batu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:156)<br />
Ibnu Abid Dunia memberitakan dari Ibnu Bujair ra. dan dia ini dari para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam Ibnu Bujair berkata: Pernah Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam merasa terlalu lapar pada suatu hari, lalu beliau mengambil batu dan diikatkannya pada perutnya. Kemudian beliau bersabda: Betapa banyak orang yang memilih makanan yang halus-halus di dunia ini kelak dia akan menjadi lapar dan telanjang di hari kiamat! Dan betapa banyak lagi orang yang memuliakan dirinya di sini, kelak dia akan dihinakan di akhirat. Dan betapa banyak orang yang menghinakan dirinya di sini, kelak dia akan dimuliakan di akhirat.’<br />
<br />
<strong>Kelaparan Ketika Menggali Parit</strong><br />
Dari Anas ia berkata,”Rasulullah pergi menuu parit dan beliau dapati kaum Muhajirin dan Anshar sedang menggali parit di pagi hari yang dingin, karena mereka tidak mempunyai hamba sahaya yang bisa mereka pekerjakan untuk itu. Ketika Rasulullah menyaksikan keadaan mereka yang keletihan dan lapar, beliau bersenandung, “Ya Allah,sesungguhnya kehidupan yang kekal adalah kampung akhirat, maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin.”Merekapun menjawab,”Kamilah yang telah berjanji setia kepada Muhammad, untuk berjihad selama hayat masih dikandung badan.” (HR.Bukhari)<br />
<br /></div>
<div>
<b>Sikap Wara Dalam Makan</b><br />
<b><br /></b></div>
<strong>Berhati-Hati Dengan Kurma Sedekah</strong><br />
Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa suatu malam Rasulullah mendapakan sebutir kurma di bawah lambungnya. Lalu beliau memakan kurma itu. Namun akibatnya semalam suntuk beliau tidak bisa tidur. Keesokannya sebagian di antara istri beliau bertanya,”Apakah semalam engkau berjaga?” Beliau menjawab,”Tadi malam aku mendapatkan sebutir kurma di bawah lambungku, lalu aku memakanya.padahal di rumah kita saat ini ada sebagian kurma dari pengumpulan shadaqah. Maka aku khawatir, jangan-jangan kurma itu termasuk sedekah.” (HR. Ahmad)<br />
<br />
<strong>Wara’ dalam makanan</strong><br />
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bila dibawakan makanan, maka beliau menanyakannya terlebih dahulu. Apabila makanan itu adalah hadiah, maka beliau akan memakannya dan apabila zakat, maka beliau tidak memakannya." (HR. Muslim)<br />
<br />
<strong>Rasulullah Memakan Hadiah</strong><br />
Dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwadia berkehendak membeli Barirah untuk dimerdekakan namun tuannya mengajukan syarat agar dia ('Aisyah radliallahu 'anha) menjad tuan dari sahaya yang dibebaskannya itu. Maka ('Aisyah radliallahu 'anha) menceritaklan hal itu kepada Nabi Shallallahu'alaihiwasallam, maka Nabi Shallallahu'alaihiwasallam berkata, kepadanya: "Belilah, dan wala' dari sahaya adalah siapa yang membebaskannya". ('Aisyah radliallahu 'anha) berkata,: Kepada Nabi Shallallahu'alaihiwasallam pernah diberikan sepotong daging lalu aku katakan bahwa daging ini dari zakat yang diterima Barirah. Maka Beliau Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Baginya ini zakat tapi bagi kita ini hadiah". (HR. Bukhari)<br />
<br />
<strong>Makan Dengan Basmalah</strong><br />
Dari Khudzaifah, dia berkata: Jika kami menghadiri jamuan makan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, maka tidak seorang pun dari kami yang berani meletakkan tangannya (makan lebih dulu) sebelum Rasulullah memulainya. Ketika kami sedang menghidangkan makanan, tiba-tiba datang seorang Arab Badui yang ingin meletakkan tangannya pada makanan itu, kemudian Rasulullah menyingkirkan tangan Badui tersebut. Lalu datang seorang budak perempuan yang ingin meletakkan tangannya pada makanan tersebut, Rasul pun menyingkirkan tangan budak perempuan tersebut. Beliau lalu bersabda, "Sesungguhnya syetan akan menempati makanan yang pemiliknya tidak menyebut nama Allah ketika hendak makan. Sesungguhnya syetan tadi telah datang dengan menempel pada si Badui ini, maka aku singkirkan tangannya. Dia juga datang melalui budak perempuan ini, maka aku singkirkan tangannya. Demi Allah yang jiwaku berada dalam tangan-Nya, sesungguhnya tangan syetan itu berada dalam tanganku seperti ia ada di dalam tangan keduanya (Badui dan budak wanita tersebut). (HR. Muslim)<br />
<br />
<strong>Tidak Mencela Makanan</strong><br />
Dari Abu Hurairah radhiallaahu anhu ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Beliau akan memakannya bila suka, bila tidak, beliau akan membiarkannya." (Muttafaq 'alaih)<br />
<br />
<strong>Bencana Pertama Setelah Rasul Wafat</strong><br />
Bukhari dan Ibnu Abid Dunia meriwayatkan dari Aisyah ra. dia berkata: Bala yang pertama-tama sekali berlaku kepada ummat ini sesudah kepergian Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam ialah kekenyangan perut! Sebab apabila sesuatu kaum kenyang perutnya, gemuk badannya, lalu akan lemahlah hatinya dan akan merajalelalah syahwatnya! (At-Targhib Wat-Tarhib 3:420).<br />
<br />
<strong>Makan Dengan Sederhana</strong><br />
Dari Jabir, dia berkata,”Ketika aku sedang duduk-duduk di dalam rumahku, tiba-tiba Nabi lewat di hadapanku. Beliau memberi isyarat dengan tangan agar aku mendekat. Maka aku bangkit dan mendekat ke arah beliau. Beliau memegang tanganku lalu kami beranjak pergi, sehingga kami tiba di salah satu rumah istri beliau. Setelah masuk ke dalam rumah lebih dahulu, beliau mengizinkan aku masuk. Maka aku pun masuk. Beliau bertanya,”Adakah makan siang?” “Ada,”jawab para penghuni rumah itu. Beliau meminta 3 potong roti yang diletakkan di atas talam yang ada daun kurmanya. Beliau mengambil 1 potong dan diletakkan di tangan beliau, lalu beliau mengambil sepotong roti lalu diletakkan di atas tanganku, lalu mengambil potongan yang ketiga, memotongnya menjadi 2 bagian, satu bagian diletakkan di atas tangan beliau dan sepotong lagi di atas tanganku. “apakah ada kuah?”tanya beliau. Mereka menjawab,”Tidak ada. Yang ada hanya cuka.” “Ambil cuka itu dan bawa ke sini, karena kuah yang paling nikmat adalah cuka.” (HR. Muslim)<br />
<br />
<strong>Makan Di Atas Daun Kurma</strong><br />
Dari Anas bin Malik ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah makan di atas meja dan tidak pula dengan piring. Dan beliau tidak pernah dibuatkan roti empuk." Aku bertanya kepada Qatadah, "Lalu di atas hamparan apa beliau makan?" ia menjawab, "Di atas daun kurma." (HR. Bukhari)<br />
<br />
<strong>Makan Minum Dengan Satu Usus</strong><br />
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah menjamu tamu seorang kafir. Lalu beliau menyuruh pembantunya untuk memerah susu kambing. Lalu tamu kafir itu meminumnya. Kemudian disuguhkannya lagi susu yang lain, lalu ia pun meminumnya. Disuguhkannya lagi, ia pun masih tetap meminumnya, hingga ia sanggup meminum susu perahan tujuh ekor kambing. Beberapa waktu kemudian, lelaki itu pun masuk Islam. Pada suatu ketika, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menyuguhkan susu kambing untuknya. Lalu lelaki itu meminum susu hasil perahan tersebut. Akan tetapi, ketika disuguhkan lagi susu yang lain, ternyata ia tidak sanggup untuk menghabiskannya. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, "Orang mukmin itu minum dalam satu usus, sedangkan orang kafir itu minum dalam tujuh usus." (HR. Muslim)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-13559791844417366872013-11-18T01:06:00.002-08:002013-11-18T01:06:35.094-08:00Kesederhanaan Rasulullah Shaallahu 'alaihi wasallam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivUKICefahdWRw-q07eFcApoEkHD0ShonE_4t3iceUqsyYaQnz4go3C7kQWmXANr-zoN1-VwWHxBHmpOvE2gZ4dsWoRMxCqgjrZYad29FM8p-9htdkG5ubK-KhuNNajbq9blmIV_egUko6/s1600/sederhana.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kesederhanaan Rasulullah Shaallahu 'alaihi wasallam" border="0" height="190" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivUKICefahdWRw-q07eFcApoEkHD0ShonE_4t3iceUqsyYaQnz4go3C7kQWmXANr-zoN1-VwWHxBHmpOvE2gZ4dsWoRMxCqgjrZYad29FM8p-9htdkG5ubK-KhuNNajbq9blmIV_egUko6/s320/sederhana.jpg" title="Kesederhanaan Rasulullah Shaallahu 'alaihi wasallam" width="320" /></a></div>
<h3 align="center">
</h3>
<div>
<strong>Rasulullah Melayani Dirinya Sendiri</strong><br />
Aisyah radhiyallahu 'anha pernah ditanya: "Apakah yang dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di dalam rumah?" Ia radhiyallahu 'anha menjawab: "Beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau sendiri." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)<br />
<br />
<strong>Rasulullah Membantu Keluarga</strong><br />
Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: "Aku pernah bertanya kepada 'Aisyahradhiyallahu 'anha: 'Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di rumah?' 'Aisyah radhiyallahu 'anha menjawab: "Beliau biasa membantu keluarga, apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar (untuk menunaikan shalat)." (HR. Muslim)<br />
<br />
<strong>Umar Menangis Melihat Kondisi Rasulullah</strong><br />
Dari Umar bin Khatthab RA, ia berkata, "Aku menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan beliau sedang berada di atas tikar." Umar berkata, "Lalu aku duduk, maka tiba-tiba (aku dapatkan) beliau hanya mengenakan sebuah kain, dan tidak ada kain lain selain itu, dan tikar itu telah membuat bekas pada pipinya. Aku juga (melihat) segenggam gandum sekitar satu sha', dan daun pohon untuk menyamak yang terletak di suatu sisi kamar, serta kulit yang tergantung. Maka kedua mataku pun mengucurkan air mata. Beliau bertanya, 'Apa yang membuatmu menangis, wahai Ibnu Khatthab?' Aku menjawab, 'Wahai Nabi Allah. Bagaimana aku tidak menangis, sementara tikar ini membekas di pipimu. Dan ini, lemarimu yang tidak kulihat di dalamnya kecuali apa yang aku lihat. Sedangkan Kisra (Persia) dan Kaisar (Romawi) dipenuhi buah-buahan dan sungai-sungai. Engkau adalah Nabi Allah dan pilihan-Nya, dan ini adalah lemarimu!' Beliau menjawab,'Wahai Ibnu Khatthab, tidakkah kamu ridha kita mendapatkan Akhirat dan mereka mendapatkan dunia?'Aku menjawab, Tentu'."(HR. Bukhari dan Muslim)<br />
<br />
<strong>Rasulullah Menggadaikan Baju Besi</strong><br />
Al A'masy berkata; Kami membicarakan tentang gadai dalam jual beli kredit (Salam) di hadapan Ibrahim maka dia berkata, telah menceritakan kepada saya Al Aswad dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa<em>Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah membeli makanan dari orang Yahudi yang akan dibayar Beliau pada waktu tertentu di kemudian hari dan Beliau menjaminkannya (gadai) dengan baju besi. (HR. Bukhari)</em><br />
<em><br /></em>
Dari Anas radliallahu 'anhu bahwa dia pernah di sore hari bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan hidangan rati terbuat dari gandum dan sayur yang sudah basi. Sungguh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah menggadaikan baju besi Beliau kepada seorang Yahudi untuk mendapatkan makanan di Madinah lalu dengan itu Beliau mendapatkan gandum untuk keluarga Beliau. Dan sungguh aku mendengar Beliau bersabda: "Tidaklah ada satu malampun yang berlalu pada keluarga Muhammad dimana ada satu sha' dari gandum atau satu sha' rati". Padahal Beliau memelilki sembilan isteri. <em>(HR. Bukhari)</em><br />
<em><br /></em></div>
<strong>Nafkah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam</strong><br />
Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi, diceritakan bahwa Abu Amir Abdullah Al Hawazini bertemu Bilal yang menjadi muadzin Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Abu Amir lalu bertanya kepada Bilal; “Wahai Bilal, beritahukan kepada saya bagaimana Rasulullah memberi nafkah?”<br />
Bilal menjawab; “Rasulullah itu, tidak memiliki sesuatu kecuali sayalah yang memberinya semenjak Allah mengangkat beliau menjadi Utusan-Nya hingga hari ini. Kalau ada orang muslim yang tak punya pakaian mendatangi beliau, beliau lantas menyuruh saya untuk meminjam sesuatu dan membeli pakaian. Lalu saya berikan pakaian tersebut kepada orang yang membutuhkannya, juga memberinya makanan”<br />
Hingga pada suatu saat, ada seorang dari kalangan musyrikin datang kepada saya. Ia berkata, “Wahai Bilal, aku bisa memberimu pinjaman. Karena itu pinjam saja padaku, tak usah kamu pinjam kepada orang lain.” Maka saya lakukan apa yang dia pinta.<br />
<br />
Pada suatu hari saya berwudhu lalu bergegas untuk mengumandangkan adzan, sementara orang musyrik itu sedang berdiri di tengah kerumunan pedagang. Ketika melihat saya, ia lantas berseru, “Wahai Orang Habsyi!” Saya menjawab, “Ya, ada apa?” Lalu ia berbicara dengan nada yang agak keras, “Tahukah kamu, berapa jarak antara kamu dan bulan depan?!” Saya menjawab, “Sudah dekat.” Ia balik berkata lagi, “Sesungguhnya jarak antara kamu dan bulan depan adalah empat malam lagi. Pada saat itu aku akan menagih uang yang aku pinjamkan kepadamu. Karena sesungguhnya aku tidak pernah memberikan kamu sesuatu dikarenakan kemuliaanmu atau kemuliaan sahabatmu itu. Kalau kamu tak bisa membayar hutangmu itu, kamu harus menjadi budakku!”<br />
<br />
Lantas ia memperlakukan saya sama seperti yang ia lakukan kepada orang lain. Saya lalu mengumandangkan adzan shalat. Ketika saya shalat agak malam dan Nabi kembali ke rumahnya, saya meminta izin untuk bertemu beliau. Setelah diizinkan, saya berkata, “Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku aku rela jadi penebusnya, sesungguhnya orang musyrik yang telah saya ceritakan kepada engkau, menjadikan saya jaminan dari pinjaman yang diberikannya. Dia berkata begini dan begitu. Sementara engkau dan saya tidak memiliki sesuatu yang dapat membebaskan saya darinya, karena dia sangat tidak beradab. Oleh karena itu, izinkan saya mencari beberapa orang Islam untuk mencari pinjaman, sampai Allah menganugerahkan rizki kepada Rasul-Nya untuk menebus saya.”<br />
<br />
Kemudian saya pulang. Setelah itu saya berkeliling, membawa pedang, panah dan sandal di kepala saya. Saya terus menelusuri jalan-jalan. Tatkala saya tertidur, saya terkejut. Ketika malam tiba, saya tidur sampai tiba waktu subuh pertama. Pada saat saya mau berangkat, ada orang menghampiri saya, “Wahai Bilal, kamu dipanggil Rasulullah.”<br />
<br />
Saya lalu bergegas ke rumah beliau. Ternyata beliau memiliki empat ekor unta tunggangan penuh dengan barang bawaannya. Lantas beliau berkata kepada saya, “Aku beritahukan padamu, sesungguhnya Allah telah memberikan segalanya untuk membebaskan kamu.” Maka saya bersyukur kepada Allah.<br />
Beliau berkata lagi, “Maukah kamu membawa empat unta tersebut?”<br />
<br />
Saya menjawab, “Tentu saja saya mau.”<br />
<br />
Beliau berkata lagi, “Kamu berhak atas binatang tersebut beserta semua barang bawaannya. Dan untuk kamu ketahui, bahwa barang yang dibawa olehnya adalah pakaian dan makanan. Semuanya saya berikan kepadamu. Sekarang pergilah dan bayarlah hutangmu.”<br />
<br />
Lalu saya bawa binatang tersebut. Saya pisahkan sebagian bebannya, lalu saya ikat. Setelah itu saya bergegas untuk mengumandangkan adzan subuh. Setelah shalat, saya pergi menjual barang-barang itu dan membayar hutang-hutang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sampai tidak ada lagi hutang beliau yang tersisa. Sedang uang di tangan saya masih tersisa dua dinar lagi.<br />
<br />
Kemudian saya bergegas ke masjid saat matahari telah condong. Pada saat itu, Rasulullah tengah duduk sendirian di masjid. Saya lalu mengucap salam dan menghadap beliau. Beliau berkata kepadaku sambil tersenyum, “Apa yang telah kamu lakukan?”<br />
Saya menjawab, “Allah telah melunasi semua hutang Rasulullah sehingga tiada hutang lagi.”<br />
Beliau bertanya, “Adakah yang tersisa?”<br />
Saya menjawab, “Ada wahai Rasulullah, yaitu dua dinar.”<br />
Beliau berkata lagi, “Secepatnya kamu bebaskan saya dari kedua dinar tersebut. Saya tidak ingin pulang sebelum kamu membebaskan saya dari kedua dinar tersebut.”<br />
Kami menunggu, tetapi tidak ada orang yang datang ke masjid. Lantas kami menunggu sampai menjelang waktu subuh. Kami terus berdiam di masjid sampai hari kedua. Ketika menjelang sore, ada dua orang pengendara kuda datang. Lalu saya pergi menemuinya dan memberikan pakaian serta makanan. Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam selesai shalat, beliau memanggilku, “Apa yang telah kamu lakukan?”<br />
Saya menjawab, “Allah telah membebaskan engkau dari barang-barang tersebut.”<br />
<br />
Lantas beliau bertakbir mengagungkan Allah dan memuji-Nya. Beliau sangat sedih jika meninggal dunia, sementara barang-barang tersebut masih ada. Kemudian saya mengikuti beliau sampai istri-istri beliau datang dan mengucapkan salam kepada mereka satu-persatu secara bergiliran.<br />
Demikianlah cerita yang kamu tanyakan kepadaku,” tutur Bilal. (HR. Abu Daud)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-18637705959326583042013-11-17T23:38:00.000-08:002013-11-17T23:38:57.587-08:00Sifat Tawadhu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikzobpZseQ2FmaoBdkJLjx7UKTVFZ5UFZIlrgD7yGWt1KByCsy1LDxX2jboOoMRZP_C1tCdmRminF1PG_ytJhnJ3XKFW4qhmCzU4IBDKebk2fwGjo8j6HlrQn6QLDTLKwWsBluU5T4zw-5/s1600/seperti_padi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikzobpZseQ2FmaoBdkJLjx7UKTVFZ5UFZIlrgD7yGWt1KByCsy1LDxX2jboOoMRZP_C1tCdmRminF1PG_ytJhnJ3XKFW4qhmCzU4IBDKebk2fwGjo8j6HlrQn6QLDTLKwWsBluU5T4zw-5/s320/seperti_padi.jpg" width="320" /></a></div>
<h3 align="center">
<br /></h3>
<strong>Ketawadhu’an Rasulullah Dalam Penyebutan</strong><br />
<strong>Aku Hanyalah Manusia Biasa</strong><br />
Dari Umar bin Kaththab Radhiallaahu anhu ia berkata: Rasulullah pernah bersabda: "Janganlah kamu sanjung aku (secara berlebihan) sebagaimana kaum Nasrani menyanjung 'Isa bin Maryam alaihisSalam secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba Allah, maka panggillah aku dengan sebutan: hamba Allah dan Rasul-Nya." (HR. Abu Daud)<br />
<br /><strong>Tenangkanlah Dirimu!</strong><br />
Ibnu Mas’ud ramenceritakan,seorang laki-laki datang menemui Rasulullah. Beliau mengajak laki-laki itu berbicara sehingga membuatnya menggigil ketakutan. Rasulullah berkata kepadanya, “Tenangkanlah dirimu! Sesungguhnya aku bukanlah seorang raja. Aku hanyalah putra seorang wanita yang biasa memakan dendeng.” (HR. Ibnu Majah)<br />
<br />
<strong>Sederhana Dalam Penyebutan</strong><br />
‘Abdulloh bin asy- Syikhkhir berkata, “Ketika aku pergi bersama delegasi Bani ‘Amir untuk menemui Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam, kami berkata kepada beliau, “Engkau adalah sayyid (penguasa) kami!” Seketika Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab, “Assayyidulloohu tabaaroka wa ta’ala”, Sayyid (penguasa) kita adalah Allah Tabaaroka Wa Ta’ala!”<br />
Lalu kami berkata, “Dan engkau adalah orang yang paling utama dan paling agung kebaikannya”. Serta merta beliau mengatakan, “Katakanlah sesuai dengan sewajarnya, atau seperti sebagian ucapan kalian dan janganlah sampai kalian terseret oleh Syaithan.”(HR. Abu Dawud)<br />
<br />
<strong>Jangan Mengatakan Begitu</strong><br />
Dari ar-Robi' binti Mu'awwidz berkata;Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang menemuiku pada pagi hari dan membangunkan aku. Lalu beliau duduk di atas tikarku seperti posisi dudukmu di hadapanku ini. Saat itu, ada dua budak wanita sedang menabuh gendang sambil bersenandung mencela orang-orang yang terbunuh dari kalangan orangtua mereka pada perang Badar. Hingga berkata salah seorang dari budak itu; "Bersama kami ada Nabi yang mengetahui apa yang bakal terjadi besok". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam segera berkata: "Janganlah kamu mengatakan begitu. Tapi cukup katakan apa yang kamu katakan sebelumnya".(HR. Bukhari)<br />
<br />
<strong>Tidak Ingin Dipuji Berlebihan</strong><br />
Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata:"Ada beberapa orang memanggil Rasulullah sambil berkata: "Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik dan anak orang yang terbaik di antara kami, wahai junjungan kami dan anak dari junjungan kami." Rasulullah segera menyanggah seraya berkata: "Wahai sekalian manusia, katakanlah sewajarnya saja! Jangan sampai kamu digelincirkan setan. Aku adalah Muhammad hamba Allah dan rasul-Nya. Aku tidak sudi kamu angkat di atas kedudukan yang dianugrahkan Allah kepadaku." (HR. An-Nasai)<br />
<br />
<strong>Tidak Ingin Disambut Berdiri</strong><br />
Anas bin Malik Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Tidak ada seorangpun yang lebih mereka cintai daripada Rasulullah . Walaupun begitu, apabila mereka melihat beliau, mereka tidak berdiri untuk menyambut beliau. karena mereka mengetahui bahwa beliau tidak menyukai cara seperti itu." (HR. Ahmad)<br />
<br />
<strong>Hamba dan Rasul</strong><br />
Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah dan tidak lama kemudian datang lagi malaikat. Malaikat Jibril berkata, “Inilah seorang malaikat, di mana sejak dia diciptakan oleh Allah belum pernah turun ke bumi”. Kemudian malaikat tersebut berkata, “Wahai Muhammad, Tuhanmu telah mengutus kepadaku untuk menyampaikan suatu tawaran kepadamu, apakah engkau ingin dijadikan raja ataukah hanya sebagai seorang hamba dan Rasul-Nya”.<br />
Maka mendengar hal itu beliau dengan lantang dan kerendahan hati menjawab, “Aku memilih menjadi seorang hamba dan rasul-Nya saja.Dimana suatu hari aku kenyang dan di hari yang lain aku lapar. Di mana bila kenyang aku akan bersyukur dan bila aku lapar, maka aku akan bersabar". (HR. Ibnu Hibban)<br />
<br />
<strong>Hamba Dan Rasul</strong><br />
Dari Abu Hurairah dia berkata,”Jibril duduk di dekat Rasulullah. Ketika memandang ke arah langit, ada seorang malaikat yang sedang turun. Jibril berkata,”Itu ada seorang malaikat yang tidak pernah turun semenjak dia diciptakan dan sebelum datangnya hari kiamat.” Ketika malaikat itu benar-benar sudah turun, dia berkata,”Wahai Muhammad, Rabbmu mengutusku untuk menemuimu dan menawarkan pilihan kepadamu, apakah aku akan menjadikan dirimu sebagai raja dan sekaligus nabi, ataukah hamba dan rasul?” Jibril memberikan isyarat,”Tawadhu’lah kepada Rabbmu wahai Muhammad.” Maka beliau bersabda,”Aku memilih menjadi hamba dan rasul.”(HR. Ahmad)<br />
<br />
<strong>Tidak Membedakan Nabi Dengan Yang Lain</strong><br />
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Pada suatu ketika ada seorang Yahudi yang menawarkan barang dagangannya, tetapi ia mendapat penawaran yang tidak disepakatinya {Abdul Aziz merasa ragu; atau yang tidak disukainya}, hingga ia berkata, 'Demi Dzat yang telah mengutamakan Musa dari semua manusia, tidak boleh kalau penawarannya seperti itu.' Abu Hurairah berkata, "Ternyata ucapan orang Yahudi itu didengar oleh seorang sahabat Anshar. Maka tanpa banyak komentar, ditamparnya muka orang Yahudi tersebut." "Mengapa kamu berani berkata, 'Hujat sahabat Anshar itu, "Demi Dzat yang telah mengutamakan Musa dari semua manusia, sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam masih berada di antara kami?" Abu Hurairah berkata, "Akhirnya orang Yahudi itu datang menemui Rasulullah dan berkata, 'Wahai Abu Qasim, saya ini adalah orang kafir dzimmi yang dilindungi dan mempunyai hak, sebagaimana kaum muslimin lainnya. Ketahuilah bahwasanya si fulan telah menampar muka saya.' Lalu Rasulullah memanggil sahabat Anshar itu dan bertanya, "Hai sahabat Anshar, mengapa kamu tampar muka orang Yahudi ini?" Sahabat Anshar pun menjawab, "Ya Rasulullah, saya menampar muka orang Yahudi ini lantaran ia berkata, 'Demi Dzat yang telah mengutamakan Musa dari semua manusia.' Mendengar penjelasan sahabat Anshar itu, maka marahlah Rasulullah dan kemarahannya itu tampak pada raut wajahnya hingga beliau berkata, "Janganlah kamu mengutamakan seorang nabi daripada nabi yang lain. Sesungguhnya, ketika sangkakala mulai ditiup, maka pada saat itu pula semua makhluk yang ada di langit dan di muka bumi akan mati, kecuali makhluk yang dikehendaki Allah untuk tidak mati terlebih dahulu. Setelah itu, sangkakala pun ditiup kembali. Maka aku adalah orang yang pertama kali dibangkitkan {atau: aku termasuk salah seorang makhluk Allah yang pertama kali dibangkitkan} dan ternyata Musa telah tibadi arsy. Sebenarnya saya juga tidak tahu apakah pingsannya Musa pada peristiwa gunung Thur itu sudah dianggap sebagai kematianya ataukah ia dibangkitkan lebih dahulu dariku. Aku sendiri tidak berani mengatakan bahwa ada seorang manusia yang lebih utama dan mulia dari pada Yunus bin Matta As." (HR. Muslim)<br />
<br />
<strong>Ketawadhu’an Rasulullah Dalam Pergaulan</strong><br />
<strong><br /></strong>
<strong>Menggembala kambing</strong><br />
“Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali telah menggembalakan kambing”. Lalu para sahabat beliau bertanya: “Demikian juga engkau?” Beliau menjawab: “Ya, Aku dahulu menggembalakan kambing milik seorang penduduk Mekkah dengan imbalan beberapa qiraath.” (HR. Bukhari-Muslim)<br />
<br />
<strong>Mengangkat Bata Membangun Masjid</strong><br />
Dari Abu Hurairah, bahwa orang-orang yang membawa batu bata untuk membangun masjid, dan Rasulullah juga tampak di tengah-tengah mereka. Dia berkata,”Aku menghadap Rasulullah yang pada perut beliau ada sebongkah batu. Kupikir batu bata itu telah merepotkan beliau. Maka aku berkata,”Serahkanlah batu bata itu wahai Rasulullah.” Beliau menjawab,”Ambillah yang lain saja wahai Abu Hurairah. Sesungguhnya tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat.” (HR. Ahmad)<br />
<br />
<strong>Ikut Bekerja Menggali Parit</strong><br />
Dari Al Barra` radliallahu 'anhu dia berkata,"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ikut mengangkuti tanah pada perang Khandaq, hingga perutnya penuh debu -atau perutnya berdebu-, beliau bersabda: 'Ya Allah, seandainya bukan karena-Mu, maka kami tidak akan mendapatkan petunjuk, tidak akan bersedekah dan tidak akan melakukan shalat, maka turunkanlah ketenangan kepada kami, serta kokohkan kaki-kaki kami apabila bertemu dengan musuh. Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berlaku semena-mena kepada kami, apabila mereka menghendaki fitnah, maka kami menolaknya.' Beliau menyenandungkan itu sambil mengeraskan suaranya." (HR. Bukhari)<br />
<br />
<strong>Tidak menolak undangan</strong><br />
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Rasulullah beliau bersabda:<br />"Andaikata aku diundang makan paha atau kaki binatang, niscaya aku kabulkan undangannya. Andaikata kepadaku hanya dihadiahkan kaki atau paha binatang, tentu akan aku terima hadiah itu." (HR. Al-Bukhari)<br />
Dari Anas ra, ia berkata, “Nabi salallahu alaihi wassalam tidak menolak undangan siapapun, meskipun yang dihidangkan kepada beliau itu hanya berupa roti bulgur yang dibumbui dengan minyak atau lemak yang beku”(HR. At Tirmidzi)<br />
Dari Anas, bahwa Rasulullah salallahu alaihi wassalam bersabda, “Seandainya aku diberi oleh seseorang (meski hanya) sebuah kaki kambing, aku akan menerimanya atau aku diundang untuk memakannya, maka aku tidak akan menolaknya” (HR. Imam Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Hibban)<br />
<br />
<strong>Menghadiri Walimah Pelayan</strong><br />
Dari Sahl bin Sa’d bahwa Abu Usair as Sa’dy mengundang Nabi untuk menghadiri acara pernikahannya. Istrinya adalah seorang pelayan. Selagi masih dalam suasana pengantin itu, istrinya berkata kepada orang-orang di sekitarnya,”Tahukah kalian apa yang kuhidangkan kepada Rasulullah? Aku menghidangkan buah-buahan yang sudah kurendam selama semalam.” (HR. Ahmad)<br />
<br />
<strong>Menyambut Ja’far</strong><br />
Menjadi kebiasaan para sahabat apabila ada seseorang yang baru datang dari perjalanan (Safar) atau sudah lama tidak bertemu. Para Ulama dalam masalah ini berdalil dengan riwayat bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mencium kening Ja‘far bin Abu Thalib dan merangkulnya ketika ia baru datang dari Habasyah. Riwayat tersebut dikeluarkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang shahih. Bahkan Turmidzi meriwayatkan dari Aisyah ra ia berkata :“Ketika Zaid bin Haritsa datang ke Madinah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam ada di rumahku, kemudian ia datang kepada beliau dan mengetuk pintu. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam berdiri menyambutnya seraya menarik pakaiannya kemudian merangkulnya dan menciumnya.“ (Siroh Al Buthy)<br />
<br />
<strong>Menyambut Orang</strong><br />
Anas bin Malik Radhiallaahu anhu yang pernah menjadi pelayan Rasulullah telah mengungkapkan kepada kita beberapa sifat yang agung pada diri beliau. Yang sulit ditemukan pada diri seseorang, bahkan pada diri orang banyak. Rasulullah adalah seorang yang sangat lembut, beliau pasti memperhatikan setiap orang yang bertanya kepadanya, beliau tidak akan berpaling sehingga sipenanyalah yang berpaling. Beliau pasti menyambut setiap orang yang mengulurkan tangannya kepada beliau, beliau tidak akan melepas jabatan tangannya sehingga orang itulah yang melepaskan." (HR. Abu Nu'aim dalam kitab Dalaail)<br />
<br />
<strong>Menghormati Tamu</strong><br />
Dari Ibnu Umar, bahwa dia pernah masuk ke rumah Nabi. Beliau menyodorkan bantal kepadaku agar aku duduk di atasnya. Tapi aku enggan, sehingga bantal itu tetap teronggok di antara aku dan beliau. (HR. Ahmad)<br />
<br />
<strong>Membalas Kebaikan Dengan Menyambut Tamu</strong><br />
Tatkala ada sebuah delegasi dari pihak Najasi datang, dia sendiri yang melayani mereka, sehingga sahabat-sahabat menegurnya:<br />
"Sudah cukup ada yang lain," kata sahabat-sahabatnya itu.<br />
"Mereka sangat menghormati sahabat-sahabat kita," katanya. "Saya ingin membalas sendiri kebaikan mereka. (Siroh Muhammad Husain Haikal)<br /><br /><strong>Rasulullah Di Rumah Abu Ayyub</strong><br />
Abu Bakar bin Abi Syaibah, Ibnu Ishaq dan Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan dari beberapa sanad dengan lafadzh yang hampir bersamaan, bahwa Abu Ayyub ra berkata ,“ Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tinggal di rumahku, beliau menempati bagian bawah rumah, sementara aku dan Ummu Ayyub di bagian atas. Kemudian aku katakan kepadanya,“ Wahai Nabi Allah, aku tidak suka dan merasa berat tinggal di atas engkau , sementara engkau berada di bawahku. „ Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab,“ Wahai Abu Ayyub, biarkan kami tinggal di bawah, agar orang yang bersama kami dan orang yang ingin berkunjung kepada kami tidak perlu susah payah.“<br />
Selanjutnya Abu Ayyub menceritakan : Demikianlah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tinggal di bagian bawah sementara kami tinggal di bagian atas. Pada suatu hari , gentong kami yang berisi air pecah, maka segeralah aku dan Ummu Ayyub membersihkan air itu dengan selimut kami yang satu-satunya itu, agar air tidak menetes ke bawah yang dapt mengganggu beliau . Setelah itu aku turun kepadanya meminta agar beliau sudi pindah ke atas , sehingga beliau bersedia pindah ke atas.<br />
Pada kesempatan lain Abu Ayyub menceritakan : Kami biasa membuatkan makanan malam untuk Nabis aw . Setelah siap makanan itu, kami kirimkan kepada beliau. Jika sisa makanan itu dikembalikan kepada kami, maka aku dan ummu Ayyub berebut pada bekas tangan beliau, dan kami makan bersma sisa makanan itu untuk mendapatkanberkat beliau. Pada suatu malam kami mengantarkan makanan malam yang kami campuri dengan bawang merah dan bawang putih kepada beliau, tetapi ketika makanan itu dikembalikan oelh Rasulullah sw kepada kami, aku tidak melihat adanya bekas tangan yang menyentuhnya. Kemudian dengan rasa cemas aku datang menanyatakan,“Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam , engkau kembalikan makanan malammu , tetapi aku tidak melhat adanya bekas tanganmu. Padahal , setiap kali engkau mengembalikan makanan, aku dan ummu Ayyub selalu berebut pada bekas tanganmu, karena ingin mendapatkan berkat.“ Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab,“ Aku temui pada makananmu itu bau bawang, padahal aku senantiasa bermunajat kepada Allah. Tetapi untuk kalian makan sajalah.“ Abu Ayyub berkata : Lalu kami memakannya. Setelah itu kami tidak pernah lagi menaruh bawang merah atau bawang putih pada makanan beliau. (Siroh Al Buthy)<br />
<br />
<strong>Membersihkan Ludah Dengan Pelepah Kurma</strong><br />
Jabir bin Abdullah berkata kami pernah didatangi oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam di masjid kami ini dengan membawa pelepah kurma di tangannya. Setelah itu, beliau melihat ludah di kiblat masjid. Lalu beliau membersihkan ludah itu dengan pelepah kurma yang beliau bawa. Kemudian beliau menghadap kepada kami dan bertanya, 'Siapakah di antara kalian yang senang apabila Allah berpaling darinya?''Kami semua terdiam dan tidak berkata sepatah kata pun. Beliau bertanya lagi, 'Siapakah di antara kalian yang senang apabila Allah berpaling darinya?''Kami semua terdiam dan tidak berkata sepatah kata pun. Beliau bertanya lagi, 'Siapakah di antara kalian yang senang apabila Allah berpaling darinya?''Akhirnya kami pun menjawab, Tidak ada seorang pun di antara kami yang senang ya Rasulullah.' Lalu beliau melanjutkan perkataannya, 'Sesungguhnya apabila ada seseorang di antara kamu yang sedang berdiri melaksanakan shalat, maka sebenarnya Allah Subhanahu wa ta'ala berada di hadapannya. Oleh karena itu, janganlah ada seseorang yang sedang shalat itu meludah ke arah depan ataupun ke arah kanan, tetapi meludahlah ke arah kiri di bawah kaki kirinya. Apabila ia terpaksa, karena tergesa-gesa, maka hendaknya meludah dipakaiannya seperti ini {kemudian beliau melipat pakaiannya}.'Rasulullah berkata,"Bawakanlah wangi-wangian untukku"Kemudian seorang pemuda segera berangkat pulang ke rumah dan kembali dengan membawa wewangian. Lalu wangi-wangian tersebut diterima oleh Rasulullah dan diletakkan di ujung pelepah kurma. Setelah itu, beliau oleskan wangi-wangian itu pada bekas ludahnya.Jabir berkata, "Atas dasar itu, maka letakkanlah wangi-wangian di masjid kalian!" (HR. Muslim)<br />
<br />
<strong>Aku yang mencari kayu bakar</strong><br />
Dalam suatu perjalanan, Nabi memerintahkan untuk menyembelih seekor kambing, salah satu diantara mereka berkata, “Aku yang menyembelihnya,” yang lain berkata, “Aku yang mengulitinya,”<br />yang lain lagi berkata, “Aku yang memasaknya.”<br />
Kemudian Rasulullah berkata, “Aku yang mengumpulkan kayu bakarnya.” Mereka berkata, “Cukuplah kami saja yang mengerjakannya.”<br />
Beliau berkata, “Aku tahu, bahwa kalian saja sudah cukup untuk mengerjakannya, akan tetapi aku tidak suka untuk diistimewakan dari kalian semua, karena sesungguhnya Allah tidak suka melihat hambanya diistimewakan dari teman-temannya.” Kemudian beliau berdiri dan mengumpulkan kayu bakar. (Siroh al-Mubarakfuri)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-67331895084474734132013-11-17T23:12:00.001-08:002013-11-17T23:12:41.076-08:00Sifat Pemalu Rasulullah Shalallahu 'Alalihi Wasallam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT6TMOOEQdLzQcmvyqBJEqPIxQEt1Ne3EPV0TVnWWKfMMU2NG2-tkfO7bcjwfD3oMdQVGXyLR2l7DdBsH9FPLOcMi2VeZXggHyskevXZxnHSuxFNVCO5NxZdS6bFp5yOGyshuFQaTOE08T/s1600/rasul.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT6TMOOEQdLzQcmvyqBJEqPIxQEt1Ne3EPV0TVnWWKfMMU2NG2-tkfO7bcjwfD3oMdQVGXyLR2l7DdBsH9FPLOcMi2VeZXggHyskevXZxnHSuxFNVCO5NxZdS6bFp5yOGyshuFQaTOE08T/s1600/rasul.jpg" /></a></div>
<strong><br /></strong>
<strong><br /></strong>
<strong>Rasulullah Sangat Pemalu</strong><br />
<strong><br /></strong>
Dari Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu berkata;"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang lebih pemalu dari pada anak gadis perawan yang dipingit di kamarnya". Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Basysyar telah bercerita kepada kami Yahya dan Ibnu Mahdiy keduanya berkata telah bercerita kepada kami Syu'bah seperti hadits ini;"Dan apabila beliau tidak menyukai sesuatu maka dapat dikenali dari wajah beliau". (HR. Bukhari)<br />
Dari Abu Said Al Khudri RA, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sangat pemalu melebihi seorang perawan dalam pingitannya. Apabila beliau tidak menyukai sesuatu, maka kami dapat mengetahui dari raut wajah beliau." (HR. Muslim)<br /><br /><strong>Malu karena aurat terbuka</strong><br />
<strong><br /></strong>
Dari Jabir bin ‘Abdullah, dia berkata: “ketika Ka’bah direnovasi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan ‘Abbas bekerja mengangkut bebatuan, lalu ‘Abbas berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam :’tarik kainmu hingga sebatas lututmu agar kamu tidak terluka oleh bebatuan, namun beliau tetap tersungkur ke tanah dalam posisi terlentang sedangkan kedua mata beliau mengarah ke langit, tak berapa lama kemudian beliau baru tersadar, sembari berkata: ‘mana kainku! mana kainku!’. Lalu beliau mengikat kembali kain tersebut dengan kencang. Dan dalam riwayat yang lain:’maka setelah itu, tidak pernah lagi ‘aurat beliau kelihatan’. (HR. Bukhari)<br />
<br />
<strong>Menutupi Rasa Malu Orang Yang Bersalah</strong><br />
<strong><br /></strong>
'Aisyahradhiyallahu 'anhamenuturkan: "Setiap kali disampaikan kepada beliau sesuatu yang kurang berkenan dari seeorang, beliau tidak mengatakan: "Apa maunya si 'Fulan' berkata demikian!" Namun beliau mengatakan: "Apa maunya 'mereka' berkata demikian!" (HR. At-Tirmidzi)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-13962140561333993642013-11-13T23:26:00.002-08:002013-11-13T23:26:54.517-08:00Kejujuran Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJByNTDgdXFDRPVfjmQ7c1CrQFNLeUixGkZ_05eNRc_XtiRg5-1ScleRM9u_-Q-q4yHdVu78XYndpOkqMFaDCGt1sB1YN7Zap6LTMFRzrwo2fwSsTV09HS4DiCm-y5B5CAWT47KZlNq0M/s1600/kejujuran-rasulullah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kejujuran Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam" border="0" height="216" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJByNTDgdXFDRPVfjmQ7c1CrQFNLeUixGkZ_05eNRc_XtiRg5-1ScleRM9u_-Q-q4yHdVu78XYndpOkqMFaDCGt1sB1YN7Zap6LTMFRzrwo2fwSsTV09HS4DiCm-y5B5CAWT47KZlNq0M/s320/kejujuran-rasulullah.jpg" title="Kejujuran Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam" width="320" /></a></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<b>Rasulullah Menyampaikan Apa Yang Beliau Terima</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Masruq dia berkata; Aku bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anhawahai Ibu, Apakah benar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah melihat Rabbnya? Aisyah menjawab; Sungguh rambutku berdiri (karena kaget) atas apa yang kamu katakan. Tiga perkara yang barang siapa mengatakannya kepadamu, maka sungguh ia telah berdusta. Barang siapa mengatakan kepadamu bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pernah melihat Rabbnya, maka ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (Al An'am: 103). Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir. (As Syura: 51). Dan barang siapa yang mengatakan kepadamu bahwa beliau mengetahui apa yang akan terjadi pada hari esok maka ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. (Luqman: 34). Dan barang siapa yang mengatakan kepadamu bahwa beliau menyembunyikan sesuatu, maka ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. (Al Maidah; 67). Hanya saja beliau pernah melihat bentuk Jibril dua kali. (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Jujur Dalam Jual Beli</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah berjalan melewati onggokan makanan yang akan dijual. Lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam onggokan itu, maka tanpa diduga sebelumnya, jari-jari tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah. Kemudian beliau keluarkan jari-jarinya yang basah itu seraya bertanya, "Ada apa di dalamnya ini?" Orang yang mempunyai makanan tersebut menjawab, "Mungkin basah karena kehujanan ya Rasulullah?" Lalu Rasulullah pun bertanya lagi kepadanya,"Mengapa tidak kamu letakkan yang basah itu di atas agar supaya dapat diketahui orang lain? Barang siapa yang menipu, maka ia bukan termasuk umatku" (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Kejujuran Dalam Berdagang</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ketika hendak berangkat ke Madinah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengangkat seorang dari Anshar, Shallallahu ‘alaihi Wasallamwab bin Ghazayyah dari suku Adi, sebagai wakilnya di Khaibar. Kemudian Shallallahu ‘alaihi Wasallamwad membawa buah korma yang paling baik (janib) dan diberikannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya :“Apakah semua korma Khaibar seperti ini ? Ia menjawab : „Tidak wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam . Kami tukarkan dua atau tiga gantang korma yang agak jelek (jam) dengan satu gantang korma yang bagus ini. Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :“Jangan kamu lakukan (cara itu). Juallah korma ynag agak jelek itu terlebih dahulu kemudian dengan uang itu belilah korma ynag bagus. (Siroh Al Buthy)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Bisnis Dengan Kejujuran</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Muhammad mampu benar memperdagangkan barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih banyak menguntungkan daripada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Demikian juga dengan karakter yang manis dan perasaannya yang luhur ia dapat menarik kecintaan dan penghormatan Maisara kepadanya. Setelah tiba waktunya mereka akan kembali, mereka membeli segala barang dagangan dari Syam yang kira-kira akan disukai oleh Khadijah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dalam perjalanan kembali kafilah itu singgah di Marr'-z-Zahran. Ketika itu Maisara berkata: "Muhammad, cepat-cepatlah kau menemui Khadijah dan ceritakan pengalamanmu. Dia akan mengerti hal itu." (Siroh Muhammad Husain Haikal)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Kejujuran Dalam Bercanda</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Subhanallah, sifat jujur Rasulullah tidak hanyatampak dalam kondisi seriusnamun juga saatbercanda.Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, bahwa datang seorang wanita yang sudah lansia menemui Rasulullah dan memohon agar didoakan masuk surga. Lantas Rasulullah menjawab, "Ya umma fulan, innal jannata la tadkhullah 'ajuzun, Wahai ibu, sungguh surga itu tidak akan dimasuki wanita tua". Kontan, wanita tua itu menangis. Kemudian Rasulullah berkata kembali,"Aku mendapat kabar bahwa tidak akan masuk surga wanita yang sudah tua, karena Allah mengatakan, "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta dan sebaya umurmya."(Qs. Al-Waaqi'ah [56]: 35-37). Seketika itu juga wanita yang menangis tadi pun tersenyum, dan mengetauhi bahwa di dalam surga tidak ada lagi yang tua, semuanya dijadikan muda. (HR. Tirmidzi)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menepati janji</b></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<b>Rasulullah Menunggu 3 Hari</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Rasulullah dikenal sebagai seorang Al Amin. Orang terpercaya yangselalu menepati janji dan melaksanakannya dengan baik. Abdullah bin Abi Khansa berkata, “Aku melakukan transaksi jual-beli dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. sebelum beliau diutus, dan ada sisa barang yang belum aku berikan padanya, lalu aku menjanjikan padanya untuk memberikannya di tempatnya itu. Di hari yang telah ditentukan itu dan hari setelahnya ternyata aku lupa mendatanginya, aku datang pada hari yang ketiga, aku dapati beliaumasihberada di tempat itu. Beliau berkata, “Wahai Pemuda, kau telah menyusahkan aku, aku telah berada di sini selama tiga hari menunggumu”. ( HR.Abu Dawud )</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Mengembalikan barang temuan</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad berkata, Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin 'Amru Al 'Aqadi berkata, Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal Al Madini dari Rabi'ah bin Abu Abdurrahman dari Yazid mantan budak Al Munba'its, dari Zaid bin Khalid Al Juhani bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya oleh seseorang tentang barang temuan, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kenalilah tali pengikatnya, atau Beliau berkata; kantong dan tutupnya, kemudian umumkan selama satu tahun, setelah itu pergunakanlah. Jika datang pemiliknya maka berikanlah kepadanya". Orang itu bertanya: "Bagaimana dengan orang yang menemukan unta?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam marah hingga nampak merah mukanya, lalu berkata: "apa urusanmu dengan unta itu, sedang dia selalu membawa air di perutnya, bersepatu sehingga dapat hilir mudik mencari minum dan makan rerumputan, maka biarkanlah dia hingga pemiliknya datang mengambilnya". Orang itu bertanya lagi tentang menemukan kambing, maka Beliau menjawab: "Itu untuk kamu atau saudaramu atau serigala".(HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Gadai rasulullah</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Umayyah bin shafwan bin umayyah, dari ayahnya, bahwa waktu perang Hunain, Rasulullah meminjam beberapa buah baju perang yang terbuat dari besi. Dia bertanya,”Apakah barang-barang ini engkau ambil begitu saja?”beliau menjawab,”Itu merupakan pinjaman yang tentu saja ada jaminanannya.” Lalu sebagian baju perang itu ada yang hilang. Melihat hal ini beliau menegaskan tentang jaminannnya dan tetap akan diganti. Saat itulah Shafwan berkata,”Hari ini aku telah masuk Islam dan aku merasa senang” (HR. Ahmad)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dalam persiapan menghadapi peperangan Hunain, disebutkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bahwa Sofwan bin Umaiyah punya sejumlah baju bersi dan senjata. Kemudian Rasulullahs aw mengutus utusan kepadanya, waktu itu Sofwan bin Umaiyah masih musyrik, untuk meminta baju-baju besi dan senjata tersebut. Lalu Sofwan bertanya :“Apakah dengan cara gasap wahai Rasulullah ?“ Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab :“Bahkan sebagai barang pinjaman. Ia terjamin hingga kami menunaikannya kepada kamu.“ Akhirnya Sofwan meminjamkannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Shallallahu ‘alaihi Wasallam seratus baju besi dan sejumlah senjata. (Siroh Al Buthy)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Rasulullah Membeli Tanah Bani Najjar</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bukhari di dalam sanadnya meriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bahwa ketika masuk wkatu shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam melaksanakan shalat di tempat penambatan kambing. Setelah itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan pembangunan masjid. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memanggil para tokoh Bani Najjar dan berkata kepada mereka,“Wahai Bani Najjar, berapakah harga tanah kalian ini ? Mereka menjawab,“ Demi Allah kami tidak menghendaki harganya kecuali dari Allah swt.“ Selanjutnya Anas bin Malik mengatkaan,“Di tanah itu terdapat beberapa kuburan kaum Musyrikin, puing-puing bangunan tua dan beberapa pohon kurma. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan agar kuburan tersebut dipindahkan , pohon-pohonnya ditebang dan puing-puingnya diratakan.“. Anas bin Malik melanjutkan,“ Kemudian mereka menata batang-batang kurma itu sebagai kiblat masjid“. Dan sambil merampungkan pembangunan masjid bersama mereka , Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengucapkan do‘a : „Allahumma, ya Allah! Tidak ada kebaikan kecuali kebaikan Akhirat, maka tolonglah kaum Anshar dan Muhajirin.“(Siroh Al Buthy)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Menepati Perjanjian Mengenai Abu Jandal </b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pada mulanya kaum Muslimin merasa keberatan menyetujui Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam menerima syarat yang diajukan oleh Suhail bin Amer : „Jika ada seorang dari Quraisy datang kepada Muhammad tanpa ijin walinya maka dia (Muhammad) harus mengembalikan kepada mereka dan barang siapa di antara pengikut Muhammad datang kepada Quraisy maka dia tidak akan dikembalikan.“ Mereka semakin merasa keberatan ketika Abu Jandal (anak Suhail bin Amer) datang melarikan diri dari kaum Musyrikin dalam keadaan terborgol rantai besi, kemudian bapaknya beridri menangkapnya seraya berkata :“Wahai Muhammad , permasalahan sudah kita sepakati sebelum anak ini datang.“ Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menyerahkan Abu Jandal kepada Quraisy, kendatipun Abu Jandal berteriak-teriak dengan suara keras :“Wahai kaum Muslimin ! Apakah aku diserahkan kembali kepada kaum Musyrikin yang akan merongrong agamaku?“</div>
<div>
<br /></div>
<div>
</div>
<div>
Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda kepada Abu Jandal : „Wahai Abu Jandal, bersabarlah dan berserah dirilah (Kepada Allah)! Sesungguhnya Allah pasti memberikan jalan keluar kepada kamu dan orang-orang ynag tertindas. Kita telah membuat perjanjian dengan mereka dan kita tidak boleh mengkhianati mereka.“(Siroh Al Buthy)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Pengakuan Kejujuran Rasul</b></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<b>Kredibilitas Muhammad diakui 2x lipat</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tatkala Abu Talib mengetahui, bahwa Khadijah sedang menyiapkan perdagangan yang akan dibawa dengan kafilah ke Syam, ia memanggil kemenakannya - yang ketika itu sudah berumur duapuluh lima tahun.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Anakku," kata Abu Talib, "aku bukan orang berpunya. Keadaan makin menekan kita juga. Aku mendengar, bahwa Khadijah mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi aku tidak setuju kalau akan mendapat upah semacam itu juga. Setujukah kau kalau hal ini kubicarakan dengan dia?"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Terserah paman," jawab Muhammad.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Talibpun pergi mengunjungi Khadijah: "Khadijah, setujukah kau mengupah Muhammad?" tanya Abu Talib. "Aku mendengar engkau mengupah orang dengan dua ekor anak unta Tapi buat Muhammad aku tidak setuju kurang dari empat ekor."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Kalau permintaanmu itu buat orang yang jauh dan tidak kusukai, akan kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai." Demikian jawab Khadijah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kembalilah sang paman kepada kemenakannya dengan menceritakan peristiwa itu. "Ini adalah rejeki yang dilimpahkan Tuhan kepadamu," katanya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah mendapat nasehat paman-pamannya Muhammad pergi dengan Maisara, budak Khadijah. Dengan mengambil jalan padang pasir kafilah itupun berangkat menuju Syam, dengan melalui Wadi'l-Qura, Madyan dan Diar Thamud serta daerah-daerah yang dulu pernah dilalui Muhammad dengan pamannya Abu Talib tatkala umurnya baru duabelas tahun. (Siroh Muhammad Husain Haikal)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ibnu Ishaq berkata,”Khadiah binti Khuwailid adalah seorang saudagar wanita keturunan bangShallallahu ‘alaihi Wasallaman dan kaya raya. Dia mempekerjakan tenaga laki-laki dan melakukan sistem bagi hasil terhadap harta (modal) tersebut sebagai keuntungan untuk mereka nantinya. Kabilah Quraisy dikenal sebagai kaum pedagang handal. Tatkala sampai ke telinga Khadijah perihal kejujuran bicara, amanah dan akhlak Rasulullah yang mulia, dia mengutus seseorang untuk menemuinya dan menawarkan kepadanya untuk memperdagangkan harta miliknya tersebut ke negeri Syam dengan imbalan paling istimewa yang tidak pernah diberikan kepada para pedagang lainnya, dengan didampingi seorang budak laki-laki milik khadijah bernama Maisarah. Beliau menerima tawaran tersebut dan berangkat dengan barang-barang dagangan Khadijah bersama budak tersebut hingga sampai di negeri Syam.” (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Pengakuan Abu Jahal</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Jahal pernah berkata,”Wahai Muhammad! Sesungguhnya kami tidak pernah mendustakanmu akan tetapi kami mendustakan apa yang engkau bawa.” Lalu turunlah ayat,”Sebenarnya mereka bukan mendustakanmu, tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.”(QS. Al An’am:33) (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Pengakuan Abdullah bin Salam</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pada tahun 622 Muhammad s.a.w meninggalkan Mekkah menuju Yastrib. Ketika sampai di Yastrib dan berhenti di Quba, Seseorang dengan tergesa-gesa memasuki kota, berseru mengabarkan kedatangan Muhammad s.a.w. Saat itu saya sedang mengerjakan sesuatu diatas pohon kurma. Bibi saya Khalidah binti al-Harith sedang duduk dibawah pohon. Begitu mendengar kabar itu, saya berteriak:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Allahu Akbar! Allahu Akbar!" waktu bibi saya mendengar teriakan takbir saya itu, dia mengecam "Semoga Tuhan menyusahkan kamu. Demi Tuhan kalau seandainya yang kamu dengar itu berita kedatangan Musa pasti kamu tidak akan sesenang itu".</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Bibi, Dia itu sungguh utusan Tuhan. Saudara Musa dan mengikuti agamanya, dia diutus untuk misi yang sama dengan Musa". Dia terdiam lama kemudian berkata "Apakah dia itu nabi yang pernah kamu katakan pada kami yang akan membenarkan kebenaran dakwah para nabi terdahulu? dan menggenapi firman Tuhan?", Jawab saya "Ya". Tanpa ragu-ragu atau menunda saya pergi untuk menemui nabi. Saya melihat kerumunan orang banyak di pintu rumahnya, saya lewati kerumunan itu hingga berada didekatnya. Ucapan pertama yang saya dengar darinya:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Wahai saudara-saudara sekalian, Tebarkan salam, Beri makan mereka yang kelaparan, Dirikanlah salat malam hari saat orang terlelap, maka kalian akan masuk surga dalam damai". Saya menghampiri dia, dari dekat mengamati dirinya dengan seksama dan diyakinkan oleh wajahnya bukanlah seorang pendusta, lalu saya mendekatinya dan menyatakan keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah. Nabi menatap saya dan bertanya: "Siapa namamu?" jawab saya: "Al Husayn ibn Sailam",</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Sekarang namamu diganti jadi Abdullah bin Salam" katanya, memberikan nama baru buat saya. "Ya saya setuju, Abdullah bin Salam (memang seharusnya begitu). Demi Dia yang telah mengutus engkau dalam kebenaran, saya tidak berniat memiliki nama lain setelah hari ini". Saya pulang kerumah dan memperkenalkan Islam kepada istri, anak-anak dan semua orang di rumah termasuk bibi Khalidah yang sudah lanjut usia tapi saya meminta mereka menyembunyikan ke-Islaman kami dari orang-orang Yahudi sampai saya mengizinkan dan mereka setuju.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Kesaksian Utbah Ketika Menemui Sahabat sahabatnya.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
lbnu Ishaq berkata, “Setelah itu, Utbah pulang menemui sahabat-sahabatnya. Sebagian di antara mereka berkata kepada sebagian yang lain, Kami bersumpah dengan‘asma Allah,sungguh, Abu Al-Walid datang ke tempat kalian dengan wajah yang berbeda dengan wajah ketika ia berangkat.’</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ketika Utbah telah duduk, mereka berkata kepadanya, ‘Apa yang ada dibelakangmu, wahai Abu Al-Walid?’</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Utbah menjawab, ‘Demi Allah,sungguh aku baru saja mendengar perkataan yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Demi Allah,perkataan tersebut bukan syair. Bukan sihir. Bukan dukun; Hai orang-orang Quraisy, taatlah kepadaku, serahkan persoalan Quraisy kepadaku, dan biarkan orang tersebut (Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam) dan apa yang ia bawa, dan tinggalkan dia! Demi Allah, ucapannya yang aku dengar tadi pada suatu saat akan menjadi berita besar. Jika saja ucapannya tersebut dimiliki orang-orang Arab, sungguh mereka sudah merasa cukup dengannya tanpa kalian. Jika ia berhasil mengalahkan semua orang-orang Arab, maka kekuasaannya ialah kekuasaan kalian,dan kejayaannya adalah kejayaan kalian, kemudian kalian menjadi manusia yang paling berbahagia dengannya.’</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka berkata, ‘Demi Allah, dia telah menyihirmu dengan mulutnya.’</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Utbah berkata, ‘Ini pendapatku tentang dia. Oleh karena itu, kerjakan apa saja yang kalian inginkan!”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Muhammad tidak akan berdusta</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak pernah punya niat untuk berdusta kepada manusia dan Allah :</div>
<div>
“Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pedang dia pada tangan kanannya. Kemudian sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu.“ QS al-Haaqqah : 44-47 (Sirah Al Buthy)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Pengakuan 3 tokoh quraisy</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Suatu ketika, tiga orang tokoh Quraisy berkumpul. Masing-masing dari mereka ternyata telah mendengarkan al-Qur’an secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh dua temannya yang lain, namun kemudian rahasia itu tersingkap. Salah seorang dari mereka bertanya kepada Abu Jahal –yang merupakan salah seorang dari ketiga orang tersebut- :</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Bagaimana pendapatmu mengenai apa yang engkau dengar dari Muhammad tersebut?”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Apa yang telah aku dengar? Memang kami telah berselisih dengan Bani ‘Abdi Manaf dalam persoalan derajat sosial; manakala mereka makan, kamipun makan; mereka menanggung sesuatu, kamipun ikut menanggungnya; mereka memberi, kamipun memberi hingga akhirnya kami sejajar diatas tunggangan yang sama (setara derajatnya-red). Kami ibarat dua kuda perang yang sedang bertaruh. Lalu tiba-tiba mereka berkata: ‘kami memiliki nabi yang membawa wahyu dari langit!’. Kapan kami mengetahui hal ini? Demi Allah! kami tidak akan beriman sama sekali kepadanya dan tidak akan membenarkannya”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Jahal pernah berkata: “wahai Muhammad! sesungguhnya kami tidak pernah memdustakanmu akan tetapi kami mendustakan apa yang engkau bawa”. Lalu turunlah ayat: “Sebenarnya mereka bukan mendustakanmu, tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah”. (Q,.s.al-An’âm: 33).(Sirah Al Mubarakfury)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Musyawarah Quraisy Untuk Menjuluki Muhammad</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Melihat hal ini, kaum Quraisy merasa gerah dan pemandangan semacam ini amat menyakitkan mereka. Sidang Majlis membahas upaya menghalangi Jemaah Haji agar tidak mendengarkan Dakwah Muhammad. Sepanjang hari-hari tersebut, ada hal lain yang membuat kaum Quraisy gundah gulana; yaitu bahwa belum beberapa hari atau bulan saja dakwah jahriyyah tersebut berlangsung hingga (tak terasa) mendekati musim haji. Dalam hal ini, kaum Quraisy mengetahui bahwa delegasi Arab akan datang ke negeri mereka. Oleh karena itu, mereka melihat perlunya merangkai satu pernyataan yang nantinya (secara sepakat) mereka sampaikan kepada delegasi tersebut perihal Muhammad agar dakwah yang disiarkannya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jiwa-jiwa mereka (delegasi Arab tersebut). Maka berkumpullah mereka di rumah al-Walid bin al-Mughirah untuk membicarakan satu pernyataan yang tepat dan disepakati bersama tersebut. Lalu al-Walid berkata:” Bersepakatlah mengenai perihalnya (Muhammad) dalam satu pendapat dan janganlah berselisih sehingga membuat sebagian kalian mendustakan pendapat sebagian yang lain dan sebagian lagi menolak pendapat sebagian yang lain”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka berkata kepadanya: “Katakan kepada kami pendapatmu yang akan kami jadikan acuan!”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu dia berkata: “justru kalian yang harus mengemukakan pendapat kalian biar aku dengar dulu”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka berkata: “(kita katakan) dia (Muhammad) adalah seorang dukun”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia menjawab: “Tidak! Demi Allah dia bukanlah seorang dukun. Kita telah melihat bagaimana kondisi para dukun sedangkan yang dikatakannya bukan seperti komat-kamit ataupun sajak (mantera-mantera) para dukun”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka berkata lagi: “kita katakan saja; dia seorang yang gila”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia menjawab: “Tidak! Demi Allah! dia bukan seorang yang gila. Kita telah mengetahui esensi gila dan telah mengenalnya sedangkan yang dikatakannya bukan dalam kategori ketercekikan, kerasukan ataupun was-was sebagaimana kondisi kegilaan tersebut”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka berkata lagi: “kalau begitu kita katakan saja; dia adalah seorang Penya’ir’ “.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia menjawab: “Dia bukan seorang Penya’ir. Kita telah mengenal semua bentuk sya’ir; rajaz, hazaj, qaridh, maqbudh dan mabsuth-nya sedangkan yang dikatakannya bukanlah sya’ir”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka berkata lagi: “Kalau begitu; dia adalah Tukang sihir”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia menjawab: “Dia bukanlah seorang Tukang sihir. Kita telah melihat para tukang sihir dan jenis-jenis sihir mereka sedangkan yang dikatakannya bukanlah jenis nafts (hembusan) ataupun ‘uqad (buhul-buhul) mereka”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka kemudian berkata: “kalau begitu, apa yang harus kita katakan?”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia menjawab: “Demi Allah! sesungguhnya ucapan yang dikatakannya itu amatlah manis dan mengandung sihir (saking indahnya). Akarnya ibarat tandan anggur dan cabangnya ibarat pohon yang rindang. Tidaklah kalian merangkai sesuatupun sepertinya melainkan akan diketahui kebathilannya. Sesungguhnya, pendapat yang lebih dekat mengenai dirinya adalah dengan mengatakan bahwa dia seorang Tukang sihir yang mengarang suatu ucapan berupa sihir yang mampu memisahkan antara seseorang dengan bapaknya, saudaranya dan isterinya. Mereka semua menjadi terpisah lantaran hal itu”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sebagian riwayat menyebutkan bahwa tatkala al-Walid menolak semua pendapat yang mereka kemukakan kepadanya; mereka berkata kepadanya: “kemukakan kepada kami pendapatmu yang tidak ada celanya!”. Lalu dia berkata kepada mereka: “beri aku kesempatan barang sejenak untuk memikirkan hal itu!”. Lantas al-Walid berfikir dan menguras fikirannya hingga dia dapat menyampaikan kepada mereka pendapatnya tersebut sebagaimana yang disinggung diatas.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dan mengenai al-Walid ini, Allah Ta’ala menurunkan enam belas ayat dari surat al-Muddatstsir, yaitu dari ayat 11 hingga ayat 26; dipertengahan ayat-ayat tersebut terdapat gambaran bagaimana dia berfikir keras, Dia Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya) [18]. maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan,[19]. kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan, [20]. kemudian dia memikirkan, [21]. sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, [22]. kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, [23]. lalu dia berkata:”(al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), [24]. ini tidak lain hanyalah perkataan manusia”. [25].</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah majlis menyepakati keputusan tersebut, mereka mulai melaksanakannya; duduk-duduk di jalan-jalan yang dilalui orang hingga delegasi Arab datang pada musim haji. Setiap ada orang yang lewat, mereka peringatkan dan singgung kepadanya perihal Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam .</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sedangkan yang dilakukan oleh Rasululllah Shallallâhu ‘alaihi wasallam manakala sudah datang musimnya adalah mengikuti dan membuntuti orang-orang sampai ke rumah-rumah mereka, di pasar ‘Ukazh, Majinnah dan Dzul Majaz. Beliau mengajak mereka ke jalan Allah namun Abu Lahab yang selalu membuntuti di belakang beliau memotong setiap ajakan beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam dengan berbalik mengatakan kepada mereka: “jangan kalian ta’ati dia karena sesungguhnya dia adalah seorang Shabi’ (orang yang mengikuti syari’at nabi-nabi zaman dahulu atau orang yang menyembah bintang atau menyembah dewa-dewa) lagi Pendusta”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Akhir yang terjadi, justru dari musim itu delegasi Arab banyak mengetahui perihal Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sehingga namanya menjadi buah bibir orang di seantero negeri Arab. (Sirah Al Mubarakfury)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04199785852151737294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-79518156804498731412013-11-12T23:13:00.000-08:002013-11-17T23:33:42.932-08:00Adab Shalat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ3pk5FjxOjr248ZxNh6ERb9ll5vr7V7yT4BoY1YtRGD8soJmj2fcgFZhmEBuqZ_IZP5LfqX_F5wPtHUiE4FqpXr08qQGJyWNnOOvy4sQk5xbh7xPMq4ASWgMCWbLsbNa2Bp4HKajAX4u-/s1600/adab+shalat+tahajud.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ3pk5FjxOjr248ZxNh6ERb9ll5vr7V7yT4BoY1YtRGD8soJmj2fcgFZhmEBuqZ_IZP5LfqX_F5wPtHUiE4FqpXr08qQGJyWNnOOvy4sQk5xbh7xPMq4ASWgMCWbLsbNa2Bp4HKajAX4u-/s1600/adab+shalat+tahajud.jpg" /></a></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<b>Menunggu <a href="http://muslimonly.blogspot.com/2012/11/tata-cara-dan-bacaan-sholat-sesuai.html" target="_blank">shalat</a>.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Seseorang di antara engkau semua itu masih tetap dianggap dalam shalat, selama shalat itu menyebabkan ia tertahan. jadi tidak ada yang menghalang-halangi ia untuk kembali ketempat keluarga itu melainkan karena menantikan shalat." (Muttafaq 'alaih)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b><a href="http://muslimonly.blogspot.com/2012/11/tata-cara-dan-bacaan-sholat-sesuai.html" target="_blank">Shalat</a> di awal waktu.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw, “Perbuatan apa yang paling utama?”. Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya”. “Lalu?”, tanyaku lagi. Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua”. “Lalu?”, tanya selanjutnya. Beliau menjawab, “Berjuang di jalan Allah”. (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Menjauhi tempat dan pakaian bergambar ketika shalat.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aisyah berkata bahwa Nabi saw pada baju yang ada bajunya ada gambar-gambar. Beliau bersabda, “Gambar-gambar ini menggangguku. Bawalah dia pada Abu Jahm dan bawakan kepadaku bantal-bantal” (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Tidak menjuntaikan pakaian ke lantai.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ibnu Mas’ud berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang menjuntaikan sarungnya (celananya) dalam shalat dalam keadaan sombong maka Allah Ta’ala tidak memperhatikan kebaikan dan kejelekennya” (HR. Abu Dawud)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Meletakkan satrah (pembatas).</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Musa bin Thalhah meHR.kan dari ayahnya bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jika kalian sudah meletakkan di depan kalian pembatas sepanjang panjangnya hewan maka laksanakanlah shalat dan jangan diperhatikan siapa yang lewat di belakang pembatas itu” (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b> <a href="http://muslimonly.blogspot.com/2012/11/tata-cara-dan-bacaan-sholat-sesuai.html" target="_blank">Shalat</a> dengan berdiri.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Imran bin Hushain bertanya kepada Nabi saw mengenai shalat seseorang yang shalat dengan duduk. Beliau menjawab, “Shalatnya dia dalam keadaan berdiri lebih baik daripada shalatnya dengan duduk. Shalatnya dengan duduk pahalanya separuh dari shalatnya dengan berdiri dan shalatnya dengan berbaring pahalanya separuh dari shalatnya dengan duduk” (HR. Abu Dawud)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Ringan namun sempurna.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Anas berkata bahwa Nabi saw melaksanakan <a href="http://muslimonly.blogspot.com/2012/11/tata-cara-dan-bacaan-sholat-sesuai.html" target="_blank">shalat</a> dengan ringan tapi sempurna” (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Membaca Surat Al Fatihah dan Al Qur’an dengan tenang.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ummu salamah berkata, “Rasulullah saw memotong bacaan setiap ayat, dimana saat membaca bismillahirrahmannirrahiim beliau berhenti sebentar lalu membaca alhamdulillahirabbil’alamiin kemudian berhenti sebentar lalu membaca arrahmannirrahiim kemudian berhenti sebentar lalu membaca maaliki yaumid diin” (HR. Abu Dawud)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Mengeraskan bacaan Amin.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Wail bin Hujr berkata, “Jika membaca Waladdhallin, Rasulullah saw mengucapkan Amin sambil mengangkat suaranya” (HR. Abu Dawud)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Shalat dengan Tumakninah.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Hurairah berkata bahwa suatu kali saat Rasulullah saw berada di masjid ada seorang datang lalu dia melaksanakan shalat dan sesudah selesai dia mengucapkan salam pada Rasulullah saw. beliau menjawab salamnya dan berkata, “Kembalilah, dirikanlah shalat karena engkau belum shalat”. Pria itu kembali melaksanakan shalat dan sesudah selesai dia kembali menemui Nabi saw dan mengucapkan salam kepada beliau. Beliau menjawab salamnya dan mengucapkan padanya seperti apa yang beliau ucapkan sebelumnya. Sesudah shalat yang ketiga kalinya dan menemui Nabi saw lalu memberi salam pada beliau, beliau mengucapkan padanya seperti yang beliau ucapkan sebelumnya. Dia menjawab, “Demi Yang Mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak dapat melakukan yang lebih baik dari ini. Ajarilah aku”. Beliau lalu bersabda, “Jika engkau mendirikan shalat ucapkanlah takbir lalu bacalah ayat Al Qur’an yang mudah engkau baca. Lalu rukuklah dengan sempurna kemudian bangkitlah sampai tegak. Sesudah itu sujudlah sampai engkau sujud dengan sempurna. Lalu bangkitlah sampai engkau duduk dengan sempurna dan lakukanlah itu di seluruh shalatmu” (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Shalat dengan Khusyu.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Hurairah berkata, “Aku dilarang oleh orang yang paling kucintai, Rasulullah saw, melakukan tiga hal dalam shalat; beliau melarang aku shalat seperti ayam yang sedang mematuk (sangat cepat), menoleh ke kanan kiri seperti musang dan duduk seperti cara duduknya binatang buas” (HR. Ahmad)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Perempuan lebih utama shalat di rumah.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abdullah berkata bahwa Nabi saw bersabda, “Shalatnya seorang perempuan di rumahnya lebih baik daripada shalat di luar rumahnya dan shalatnya dalam kamar lebih baik daripada di luar kamarnya” (HR. Abu Dawud)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Shalat Sunnah di rumah.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ibnu Umar berkata bahwa Nabi sae bersabda, “Shalatlah kalian di rumah kalian, jangan kalian jadikan rumah kalian sebagai kuburan” (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Shalat Sunnah dengan sederhana.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwa Nabi saw memasuki rumahnya dan di sisi Aisyah itu ada seorang wanita. Beliau saw bertanya, "Siapakah ini?" Aisyah menjawab, "Ini adalah si Anu." Aisyah menyebutkan perihal shalatnya wanita tadi – yang sangat luar biasa tekunnya. Beliau saw bersabda, "Jangan demikian, hendaklah engkau semua berbuat sesuai dengan kekuatanmu semua saja. Sebab demi Allah, Allah itu tidak bosan - memberi pahala -sehingga engkau semua bosan - melaksanakan amalan itu. Adalah cara melakukan agamayang paling dicintai oleh Allah itu ialah apa-apa yang dikekalkan melakukannya oleh orangnya itu - yakni tidak perlu banyak-banyak asalkan langsung terus." (Muttafaq 'alaih)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Tidur terlebih dahulu jika merasa mengantuk.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwa Rasulullah saw bersabda, "Jikalau seseorang dari engkau semua mengantuk dan ia sedang ber shalat, maka baiklah ia tidur dulu, sehingga hilanglah kantuk tidurnya. Sebab sesungguhnya seseorang dari engkau semua itu jikalau ber shalat sedang ia mengantuk, maka ia tidak tahu, barangkali ia memulai memohonkan pengampunan - kepada Allah, tetapi ia lalu mencaci maki dirinya sendiri." (Muttafaq 'alaih)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Istiqamah dalm mendirikan shalat sunnah.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, berkata, Rasulullah saw pernah bersabda kepadaku, "Hai Abdullah, janganlah engkau seperti si Fulan itu. Dulu ia suka bangun ber shalat malam, kemudian ia meninggalkan bangun malam itu." (Muttafaq 'alaih)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Haram Mengangkat Mata Ke Langit.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Anas, berkata, "Rasulullah saw bersabda, "Bagaimanakah keadaan kaum - yakni orang-orang - itu. Mereka sama mengangkat mata mereka ke langit - yakni ke atas -dalam shalat mereka." Selanjutnya mengeraslah sabdanya dalam mengingatkan hal itu sehingga bersabda, "Niscayalah mereka wajib menghentikan kelakuan mereka semacam itu atau kalau tidak suka, maka akan disambarkan semua penglihatan mereka - yakni menjadi buta semuanya." (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Makruh Menoleh Dalam Shalat Tanpa Adanya Uzur.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aisyah radhiallahu 'anha, berkata, "Saya bertanya kepada Rasulullah saw perihal menoleh di waktu shalat, lalu beliau saw bersabda, "Menoleh itu adalah sambaran karena lengah yang dilakukan oleh syaitan dengan cara penyambaran yang cepat sekali dalam shalatnya seseorang hamba." (HR. Bukhari) Anas, berkata, "Rasulullah saw bersabda kepada saya, "Takutlah engkau akan menoleh di waktu shalat, sebab se-sungguhnya menoleh di waktu shalat itu menyebabkan kerusakan. Jikalau terpaksa harus menoleh, maka lakukanlah dalam shalat sunnah saja, jangan dalam shalat fardhu." (HR. Tirmidzi)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Haram Shalat Menghadap Ke Arah Kubur.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Martsad yaitu Kannaz bin al-Hushain, berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, "Janganlah engkau semua bershalat menghadap ke arah kubur dan jangan pula duduk di atas kubur itu." (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b> Tidak menahan buang air. </b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aisyah radhiallahu 'anha, berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, "Tidak sempurnalah shalatnya seseorang di muka makanan dan tidak sempurna pula shalatnya di waktu ia menahan dua macam kotoran" - yakni ada keinginan akan kencing atau berak dan termasuk pula ingin kentut. (HR. Muslim)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04199785852151737294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-30204107420480905062013-11-12T22:54:00.002-08:002013-11-12T22:54:31.618-08:00Al-Quran The Miracle of Miracles<div>
By Ahmed Deedat</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Say: If the whole of mankind and jinn's were to gather together to produce the like of this Qur'an, </div>
<div>
they could not produce the like thereof, even if they backed up each other with help and support."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
What is a miracle?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
I think it is necessary that we have a clear picture of what we mean by a miracle. Here are some definitions:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"An event that appears so inexplicable by the laws of nature, that it is held to be supernatural in origin or an act of God."</div>
<div>
"A person, thing or event that excites admiring awe."</div>
<div>
"An act beyond human power, an impossibility."</div>
<div>
It is logical that greater the impossibility, greater the miracle. For example, should a person expire before our very eyes and is certified dead by a qualified medical man, yet later on a mystic or a saint commands the corpse to 'arise!', and to everybody's astonishment the person gets up and walks away , we would label that as a miracle. But if the resurrection of the dead took place after the corpse had been in the mortuary for three days, then we would acclaim this as a greater miracle. And if the dead was made to arise from the grave, decades or centuries after the body had decomposed and rotted away, then in that case we would label it the greatest miracle of them all!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
A Common Trait</div>
<div>
<br /></div>
<div>
It has been a common trait of mankind since time immemorial that whenever a guide from God appeared to redirect their steps into the will and plan of God; they demanded supernatural proofs from these men of God, instead of accepting message on its merit.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
For example, when Jesus Christ (pbuh) began to preach to his people - "the children of Israel" - to mend their ways and to refrain from mere legalistic formalism and imbibe the true spirit of the laws and commandments of god, his 'people' demanded miracles from him to prove his bona fides (his authenticity , his genuineness), as recorded in the Christian scriptures:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Then certain of the scribes and the Pharisees answered, saying master, we would have a sign ( miracle ) from thee. But he answered and said unto them, "an evil and adulterous generation seeketh after a sign (miracle) and there shall no sign be given to it, but the sign of the prophet Jonas (matthew 12:38-39 holy bible).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Though on the face of it, Jesus (pbuh) refuses to pamper the Jews here, in actual fact, he did perform many miracles as we learn from the gospel narratives.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
The holy bible is full of supernatural events accredited to the prophets from their lord. In reality all those 'signs' and 'wonders' and 'miracles' were acts of God, but since those miracles were worked through his human agents, we describe them as the miracles of prophets (i.e. Moses or Jesus (pbuh) by those hands they were performed).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Quirk Continues</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Some six hundred years after the birth of Jesus (pbuh), Muhammad (pbuh) the messenger of God was born in Makkah in Arabia. When he proclaimed his mission at the age of forty, his fellow countrymen, the mushriks of makkah made an identical request for miracles, as had the Jews, from their promised Messiah. Text book style, it was as if the Arabs had taken a leaf from the Christian records. History has a habit of repeating itself!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
And they say: why are not signs sent down to him from his lord? [Qur'an 29:50]</div>
<div>
<br /></div>
<div>
SIGNS! WHAT SIGNS!!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Miracles ? Cries he, what miracles would you have? Are not you yourselves there? God made you 'shaped you out of a little clay.' Ye were small once; a few years ago ye were not at all. Ye have beauty, strength, thoughts, 'ye have compassion on one another.' Old age comes-on you, and grey hairs; your strength fades into feebleness: ye sink down, and again are not. 'Ye have compassion on one another': This struck me much: Allah might have made you having no compassion on one another, how had it been then! this is a great direct though, a glance at first-hand into the very fact of things...." "(On heroes hero-worship and the heroic in history"), by Thomas Carlyle.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"This Struck Me Much"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
This, that "ye have compassion on one another", impressed thomas carlyle most from his perusal of an English translation. I presume, there verse that motivated this sentiment is:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
1. And among his signs is this, that he created for you mates from among yourselves, that ye may dwell in tranquillity with them. and he has put love and mercy between your (hearts): verily in that are signs for those who reflect. (emphasis added) Translation by A Yusuf ALi [Qur'an 30:21]</div>
<div>
<br /></div>
<div>
2. And one of his signs it is, that he hath created wives for you of your own species that ye may dwell with them, and hath put love and tenderness between you. herein truly are signs for those who reflect (emphasis added) Translation by Rev. J.M. Rodwell(M.A.)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
3. By another sign he gave you wives from among yourselves, that ye might live in joy with them, and planted love and kindness into your hearts. surely there are signs in this for thinking men (emphasis added) Translation by N.J. Dawood.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
The first example is from the translation by Yusuf Ali, a muslim. The second is by a Christian priest the rev. Rodwell and the last example is by an Iraqi Jew, N.J. Dawood.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Unfortunately Thomas Carlyle had no access to any one of these because none of them had seen the light of day in his time. The only one available to him in 1840 was as he said on page 85 of his book under referance - "We also can read the Koran; our translation of it, by sale, is known to be a very fair one."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Taint is in the Motive</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Carlyle is very charitable to his fellow countryman. The motives of george sale, who pioneered an English translation of the Holy Quran, were suspect. He makes no secret of his antagonism to the holy book of Islam. In his preface to his translation in 1734 he made it known that it was his avowed intention to expose the man Mohammad and his forgery. He records: "who can apprehend any danger from so manifest a forgery?... The protestants alone are able to attack the Koran with success; and for them, I trust, providence has reserved the glory of its overthrow." George Sale, And he set to work with his prejudiced translation. You will be able to judge how 'fair' and scholarly george sale was from the very verse which 'struck' (carlyle) 'much!' Compare it with the three example already given by a Muslim, a Christian and a Jew: And of his signs another is, that he had created you , out of yourselves, wives that ye may cohabit with them, and hath put love and compassion between you.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
I don't think that George sale was a 'a male chauvinist pig' of his day to describe our mates, wives or spouses as sexual objects. He was only keeping to his promise, which Carlyle overlooked. The Arabic word which he (sale) perverted is 'li-tas-kunoo' which means to find peace, consolation, composure or tranquillity; and not 'cohabit' meaning 'to live together in a sexual relationship when not legally married' (the reader's digest universal dictionary.)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Every word of the Qur'anic text is meticulously chosen, chiselled and placed by the All-Wise himself. They carry God's 'fingerprint', and are signs of God. And yet, the spiritually jaundiced...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ask For A Sign</div>
<div>
<br /></div>
<div>
What signs?? They mean some special kinds of signs or miracles such as their own foolish minds dictate. Everything is possible for God, but God is not going to humour the follies of men or listen to their false demands. He has sent his messenger to explain his signs clearly, and to warn them of the consequences of rejection. Is that not enough? The trend of their demand is generally as follows:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
In specific terms they asked that he - Muhammad (pbuh) - 'Put a ladder up to heaven an bring down a book from God in their very sight' - "Then we would believe," they said. Or "ye see the mountain yonder, turn it into gold' - "then we would believe." or 'make streams to gush out in the desert' - "then we would believe."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Now listen to the soft, sweet reasoning of Muhammad (pbuh) against the unreasonable and sceptical demands of the mushriks - "Do I say to you, verily I am an angel? Do I say to you, verily in my hands are the treasures of God? Only, what is revealed to me do I follow." Listen further to the most dignified reply he is commanded by his Lord to give the unbelievers.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Say (O Muhammad): 'The signs (miracles) are indeed with Allah: </div>
<div>
And most certainly I am only a clear warner!"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
In the following ayah the holy prophet is made to point to the holy Qur'an itself as an answer to their hypocritical demand for some special kind of 'sign' of 'miracle' for which their foolish pagan mentality craved. For indeed all miracles are 'signs'; and it is their disbelief, their scepticism, their lack of faith which motivates their request for a sign. They are asked to - 'look at the Qur'an' and again, 'look at the Qur'an!'</div>
<div>
<br /></div>
<div>
It is not enough for them that we have sent down to thee (O Muhammad) the book (al-Qur'an) which is rehearsed to them? Verily, in it (this perspicuous book) is a mercy and reminder to those who believe. [Qur'an 29:51].</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Two Proofs</div>
<div>
<br /></div>
<div>
As a proof of the divine authorship and the miraculous nature of the Qur'an, two arguments are advanced by the almighty Himself:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
1. 'that we' (God Almighty) have revealed to you (O Muhammed!) 'the book to you' who art absolutely an unlearned person. An 'ummi' prophet. One who cannot read or write. One who cannot sign his own name. Let Thomas Carlyle testify regarding the educational qualifications of Muhammad -</div>
<div>
<br /></div>
<div>
2. one other circumstance we must not forget: that he had no school learning; of the thing we call school-learning none at all.' Moreover the divine author (God Almighty) himself testifies to the veracity of Muhammad's (pbuh) claim that he could never have composed the contents of the holy Qur'an; he could not have been its author:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"And thou (O Muhammad) was not (able) to recite a book before this (book came), nor art thou (able) to transcribe it with thy right hand: In that case, indeed, would the talkers of vanities have doubted."</div>
<div>
[Qur'an 29:48].</div>
<div>
<br /></div>
<div>
The author of the Qur'an is reasoning with us, that had Muhammad (pbuh) been a learned man, and had he been able to read or write, then in that case the babblers in the market places might have had some justification to doubt his claim that the holy Qur'an is God's word. In the event of Muhammed (pbuh) being a literate person, the accusation of his enemies that he had probably copied his book (Qur'an) from the writings of the Jews and Christians, or that perhaps he had been studying Aristotle and Plato, or that he must have browsed through the 'Torat,' the 'Zabur' and the 'Injeel' and had rehashed it all in a beautiful language, might have carried some weight. Then, 'the talkers of vanities' might have had a point. But even this flimsy pretence has been denied to the unbeliever and the cynic: a point hardly big enough to hang a fly upon!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
2. 'The book'? Yes, the 'book' itself, carries its own evidence proving its divine authorship. Study the book from any angel. Scrutinize it. Why not take up the author's challenge if your doubts are genuine? Do they not consider the Qur'an (with care) had it been from other than Allah, they would surely have found therein much discrepancy.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Consistency</div>
<div>
<br /></div>
<div>
It is inconceivable that any human author would remain consistent in this teachings and his preachings for a period of over two decades. From the age of forty, when Muhammad (pbuh) received his first call from heaven to the age sixty-three when he breathed his last, for twenty-three years the holy prophet practised and preached Islam. In those twenty-three years, he passed through the most conflicting vicissitudes of life. Any man, during the course of such a mission, would be forced by circumstances to make 'honourable' compromises, and cannot help contradicting himself. No man can ever write the same always, as the message of the holy Qur'an is: consistent with itself, throughout! Or is it that the unbelievers objections are merely argumentive, refractory, against their own better light and judgement.? Furthermore, the holy Qur'an contains or mentions many matters relating to the nature of the universe which were unknown to man before but which subsequently through evolution and discoveries of Science have fully confirmed - a field where an untutored mind would have most certainly lost in wild and contradictory speculations!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Self-Evident Proof</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Again and again when miracles are demanded from the prophet of God by the cynical and frivolous few, he is made to point to the Qur'an - message from high - as 'the miracle.' The miracle or miracles! And men of wisdom, people with literary and spiritual insight, who were honest enough to themselves, recognised and accepted al-qur`an as an a genuine miracle.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Says the holy Qur'an:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Nay here are signs self-evident in the hearts of those endowed with knowledge: </div>
<div>
And none but the unjust reject our signs." </div>
<div>
[Qur'an 29:49]</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04199785852151737294noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-45671428333902152022013-11-12T06:44:00.001-08:002013-11-12T06:44:29.042-08:00Tafsir Akhir Surat al-Baqarah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis7BwOA4SHtR9OyaZAZ0ZGM3Y6BImMhTybv6T8Aj0ZbWAQxtCgvLgg3H0mgQM-5GI7RxtCX_bAFr80wqI4LL29ErXpkoSMqob615x7vERoKPhqrRn2xsUaYjrKLivdmgG4W0_6xeAlWqoz/s1600/Al-Quran-500x318.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="203" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis7BwOA4SHtR9OyaZAZ0ZGM3Y6BImMhTybv6T8Aj0ZbWAQxtCgvLgg3H0mgQM-5GI7RxtCX_bAFr80wqI4LL29ErXpkoSMqob615x7vERoKPhqrRn2xsUaYjrKLivdmgG4W0_6xeAlWqoz/s320/Al-Quran-500x318.png" width="320" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:</div>
<div>
Pembahasan kita kali ini ialah berkaitan dengan firman Allah tabaraka wa ta'ala pada dua ayat terakhir di dalam surat al-Baqarah, yaitu:</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #274e13; font-size: large;"> ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَد مِّن رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ ٢٨٥ لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡ نَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢٨٦ البقرة: 285-286</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat -Nya, kitab-kitab -Nya dan rasul-rasul -Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul -Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami ta'at." (mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS al-Baqarah: 285-286).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dijelaskan dalam sebuah hadits akan keutamaan dua ayat ini, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:</div>
<div>
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
"Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah dimalam hari, maka keduanya akan menjaganya". HR Bukhari no: 5009. Muslim no: 808.</blockquote>
<div>
<br /></div>
<div>
Diterangkan oleh para ulama, maksud perkataan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam: 'Kafataahu', artinya keduanya akan menjaga orang yang membacanya dari kejelekan serta perkara yang tidak mengenakan. Ada yang mengatakan: 'Akan menjaganya dari setiap setan, sehingga mereka tidak akan mampu mendekati dirinya pada malam hari tersebut'. Ada lagi yang berpendapat, dirinya akan dicukupkan oleh Allah ta'ala dengan karunia serta ganjaran yang besar. Al-Hafidh Ibnu Hajar mengomentari: 'Dan ketiga pendapat tersebut semuanya ada kemungkinan benarnya". </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Diantara salah satu keutamaan surat ini juga, seperti di jelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad didalam musnadnya dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div>
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
"Aku diberi (keutamaan) dengan penutup surat al-Baqarah (yang diambil) dari penyimpanan dibawah Arsy, yang belum pernah ada seorang nabi pun yang diberi semisal itu". HR Ahmad 35/446 no: 21564.</blockquote>
<div>
<br /></div>
<div>
Diriwayatkan oleh Imam Muslim sebuah hadits dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Tatkala Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dibawa naik (pada malam isra dan mi'raj) beliau berhenti di Sidratul muntaha, yang letaknya berada dilangit yang keenam. Disanalah tempat berakhirnya segala perkara yang dibawa naik dari dunia, disana pula tempat berakhir segala hal yang datang dari atas, lalu dilepas. Allah ta'ala berfirman:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya". (QS an-Najm: 16).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Beliau melanjutkan: "Tempat tidur yang terbuat dari emas. Lantas Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam di kasih tiga hal. Di wajibkannya sholat lima waktu, dikasih penutup dari surat al-Baqarah, dan diampuni dosa-dosa besar (dari kalangan) umatnya yang tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun". HR Muslim no: 173.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Imam Nawawi mengomentari hadits diatas sambil mengatakan: 'Yang diinginkan dengan ampunan dalam hadits ini ialah pelakunya tidak akan kekal didalam neraka, bukan berarti dirinya sama sekali tidak terkena siksa, karena telah datang keterangan yang menjelaskan bahwa para pelaku maksiat nantinya juga akan diadzab terlebih dahulu. Atau kemungkinan kedua, yang dimaksud bahwasannya Allah Shubhanahu wa ta’alla akan mengampuni dosa-dosa besar pada sebagian umatnya, dan ini merupakan kekhususan yang diberikan oleh -Nya kepada umatnya". Dalam salah satu redaksi, Imam Muslim membawakan sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Tatkala Jibril sedang duduk disisi Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, beliau mendengar suara dari atas, maka beliau mengangkat kepalanya. Lantas Jibril berkata: "Itu adalah suara pintu dilangit, yang dibuka pada hari ini, yang tidak akan pernah dibuka kembali selain pada hari ini". Kemudian turun malaikat, Jibril mengatakan: "Ini adalah malaikat yang turun ke muka bumi, dirinya tidak akan turun melainkan pada hari ini". kemudian malaikat tadi memberi salam lalu berkata: "Kabar gembira dengan dua cahaya yang diberikan untukmu yang keduanya belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelummu. Yaitu surat al-Fatihah dan penutup dari surat al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca keduanya melainkan engkau pasti akan dikarunia". HR Muslim no: 806.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Penjabaran ayat:</b></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
Dimulai dari firman -Nya azza wa jalla:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<span style="color: #274e13; font-size: large;">ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ</span></div>
<div>
<span style="color: #274e13; font-size: large;"><br /></span></div>
<div>
"Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman". (QS al-Baqarah: 285).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Al-Hafidh Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya: "Firman Allah ta'ala: "Demikian pula orang-orang beriman". Merupakan athaf (kata sambung) dari "Rasul". Selanjutkan Allah Shubhanahu wa ta’alla mengabarkan tentang keberadaan semuanya, Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<span style="color: #274e13; font-size: large;">كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَد مِّن رُّسُلِهِۦۚ</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat -Nya, kitab-kitab -Nya dan rasul-rasul -Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul -Nya". (QS al-Baqarah: 285).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Orang-orang yang beriman mengimani bahwasannya Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah satu dan esa, sendiri tidak beranak pianak, yang tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan diri-Nya, yang tidak ada Rabb selain diri -Nya. Begitu pula mereka mempercayai dengan seluruh para Nabi dan para Rasul, selanjutnya mengimani dengan kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah ta'ala dari langit kepada para hamba -Nya dari kalangan para Rasul dan Nabi. Mereka tidak membedakan antara satu rasul dengan yang lainnya. Sehingga beriman kepada sebagian lalu mengingkari sebagian yang lain, akan tetapi bagi mereka semuanya sama, benar adanya, mengajak kepada kebaikan, yang memperoleh petunjuk, serta memberi petunjuk kepada jalan kebenaran, walaupun ada diantara mereka yang menghapus syari'at yang lainnya, namun, tentunya dengan izin -Nya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sampai akhirnya, semua dihapus dengan syari'at Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, sebagai penutup para Nabi dan Rasul hingga tegak hari kiamat, syari'at ini berada pada agamanya. Dan senantiasa akan tetap ada sekelompok dari umatnya yang berada diatas kebenaran". </div>
<div>
Selanjutnya Allah ta'ala ber firman akan keadaan orang-orang yang beriman tadi:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<span style="color: #274e13; font-size: large;">وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami ta'at." (QS al-Baqarah: 285).</div>
<div>
Maksudnya kami mendengar firman -Mu wahai Rabb kami, dan kami memahaminya, lalu kami mengerjakan serta mentaati dengan mengamalkan isi yang terkandung dalam firman -Mu. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu mereka berdo'a:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<span style="color: #274e13; font-size: large;">غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (QS al-Baqarah: 285).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka memohon kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla ampunan, rahmat serta kasih saying -Nya. Dan tempat kembali itu hanya kepada -Mu kelak pada hari pembalasan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<span style="color: #274e13; font-size: large;">لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya". (QS al-Baqarah: 286).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan: </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Tatkala Allah ta'ala menurunkan firman -Nya yang bunyinya:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<span style="color: #274e13; font-size: large;">لِّلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Kepunyaan Allah -lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi". (QS al-Baqarah: 284). Sampai akhir ayat. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Maka para sahabat merasa keberatan akan hal tersebut, sehingga mereka mendatangi Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mereka menderum diatas tunggangannya. Lalu berkata: "Wahai Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kami telah dibebani dengan amalan yang kami masih sanggup mengerjakannya, seperti sholat, puasa, jihad, dan sedekah. Dan sungguh telah diturunkan kepadamu ayat ini yang kami tidak sanggup untuk mengerjakannya. Maka Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Apakah kalian hendak meniru ucapan seperti yang dulu pernah diucapkan oleh ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) sebelum kalian, yang mengatakan: 'Kami mendengar dan kami ingkari? Akan tetapi, ucapkanlah: 'Kami mendengar dan kami taat, ampunilah kami wahai Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".</div>
<div>
Lantas para sahabat mengatakan: "Kami mendengar dan taat, ampunilah kami wahai Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". Dan manakala hal tersebut baru saja mereka lakukan, sampai kiranya belum kering lisan-lisan mereka, Allah ta'ala menurunkan setelah ayat tersebut, firman -Nya: </div>
<div>
<span style="color: #274e13; font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #274e13; font-size: large;">ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَد مِّن رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ </span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #274e13; font-size: large;"><br /></span></div>
<div>
"Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat -Nya, kitab-kitab -Nya dan rasul-rasul -Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami ta'at." (mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS al-Baqarah: 285).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ketika mereka mematuhi dan mengerjakan hal tersebut, maka Allah menghapus dengan menurunkan ayat berikutnya:</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #274e13; font-size: large;">لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ</span></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
<div>
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah". (QS al-Baqarah: 286). </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Selanjutnya dijawab oleh Allah ta'ala: 'Ia'.</div>
<div>
Selanjutnya mereka berdo'a:</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #274e13; font-size: large;">رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَا ۚ</span></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
<div>
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami". (QS al-Baqarah: 286). </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Allah ta'ala menjawab: 'Ya'.</div>
<div>
Lalu mereka berdo'a kembali:</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #274e13; font-size: large;">رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ</span></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
<div>
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya". (QS al-Baqarah: 286). </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Allah ta'ala menjawab: 'Ya'.</div>
<div>
Kemudian mereka menutup do'anya:</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #274e13; font-size: large;">وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ</span></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
<div>
"Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS al-Baqarah: 286). </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Allah menjawab: 'Ya'. HR Muslim no: 125.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Didalam firmannya Allah tabaraka wa ta'ala:</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #274e13; font-size: large;">لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ </span></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
<div>
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya". (QS al-Baqarah: 286).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Maksudnya Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak membebani seseorang diluar batas kemampuannya. Ini menunjukan tentang kasih sayangnya Allah ta'ala kepada para makhluk -Nya, serta kebaikan yang diberikan pada mereka. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #274e13; font-size: large;">لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ</span></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
<div>
"Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya". (QS al-Baqarah: 286). </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Artinya ia akan memperoleh pahala dari kebaikan yang dulu pernah dilakukan, begitu pula akan mendapat siksa atas perbuatan jeleknya. Dan semua itu, masih masuk pada kisaran amalan yang dibebankan pada mereka. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Sesungguhnya Allah telah mengampuni atas umatku dari perkara yang baru timbul dalam hatinya selagi belum ia kerjakan atau bicarakan". HR Bukhari no: 5269. Muslim no: 127.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Selanjutnya Allah ta'ala berfirman menjelaskan keadaan orang-orang yang beriman tersebut:</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #274e13; font-size: large;">رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ</span></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
<div>
"(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah". (QS al-Baqarah: 286).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Maksudnya apabila kami meninggalkan kewajiban disebabkan karena lupa, atau jika kami mengerjakan perkara yang haram dalam keadaan lupa. Atau ketika kami keliru, sehingga salah dalam mengerjakannya, tidak sesuai dengan apa yang disyari'atkan disebabkan kebodohan kami. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Sesungguhnya Allah memberi keringanan atas umatku ketika salah, lupa dan perkara yang dipaksakan atas mereka". HR Ibnu Majah no: 2043. Dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam Shahih Ibni Majah 1/347 no: 1662.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla melanjutkan firman -Nya:</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #274e13; font-size: large;">رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ</span></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
<div>
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami". (QS al-Baqarah: 286).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Artinya Ya Allah janganlah kami dibebani dengan amalan-amalan yang berat, sekalipun kami masih mampu untuk melakukannya, sebagaimana Engkau syari'atkan pada umat-umat terdahulu sebelum kami dengan dibelenggu dan diikat. Sebagaimana Engkau mengutus Nabi -Mu Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, Nabi pembawa rahmat, yang telah Engkau jadikan sebagai ciri yang menonjol dalam syari'atnya, sebagaimana Engkau telah mengutusnya dengan membawa agama yang lurus, yang penuh dengan kemudahan dan toleransi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Selanjutnya Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #274e13; font-size: large;">رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ</span></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
<div>
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya". (QS al-Baqarah: 286). </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Maksudnya dari beban kewajiban-kewajiban, musibah serta bencana. Janganlah Engkau beri kami musibah atau bencana dari perkara yang kami tidak sanggup menanggungnya.</div>
<div>
Berikutnya Allah ta'ala berfirman: </div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ </span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami". (QS al-Baqarah: 286). </div>
<div>
</div>
<div>
Artinya ma'afkanlah kami dari dosa yang kami lakukan kepada -Mu, dari perkara yang Engkau telah mengetahuinya disebabkan kekurangan serta kekhilafan kami. Lalu ampunilah kami dari dosa yang kami kerjakan antara kami dan hamba -Mu. Janganlah Engkau perlihatkan atas mereka perbuatan buruk kami. Kemudian rahmatilah kami dari perkara yang akan datang, dan jangan Engkau cabut taufik -Mu disebabkan dosa yang lainnya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu Allah ta'ala berfirman:</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #274e13; font-size: large;">أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS al-Baqarah: 286).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Artinya Engkaulah tempat kembali dan sebagai penolong kami, hanya kepada -Mu kami bersandar, tempat memohon pertolongan, bertawakal, yang tidak ada daya serta kekuatan melainkan diri -Mu. Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Yang mengingkari agama -Mu, serta mengingkari ke Esaan Dirimu, dan risalah yang dibawa oleh Nabi -Mu. Yang mana justru mereka menyembah kepada selain Dirimu dan menyekutukan -Mu didalam ibadah bersama yang lainnya. Maka tolonglah kami atas mereka, jangan jadikan kemenangan atas mereka di dunia dan diakhirat. </div>
<div>
Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya. </div>
<div>
<br /></div>
<br />Oleh : Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi<br />Terjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah <br />Editor : Eko Haryanto Abu ZiyadAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-25285278964333721552013-11-11T05:05:00.000-08:002013-11-11T05:05:05.445-08:00Sifat Pemalu Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn55Y_Q8I3AFnH00jTMHwG848QO4uo8D5NbA7fxBp-2FYV6IsSV040Z8Wd7hoRPruiNdTa1JVDESSV3_4rdIFGV38d64HD-LBdfRbeg4I-rON-AKBmqGOV6LmK7Q3fChFcfGdbI2L47boi/s1600/rasulullah-pemalu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Sifat Pemalu Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam" border="0" height="189" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn55Y_Q8I3AFnH00jTMHwG848QO4uo8D5NbA7fxBp-2FYV6IsSV040Z8Wd7hoRPruiNdTa1JVDESSV3_4rdIFGV38d64HD-LBdfRbeg4I-rON-AKBmqGOV6LmK7Q3fChFcfGdbI2L47boi/s320/rasulullah-pemalu.jpg" title="Sifat Pemalu Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam" width="320" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Rasulullah Sangat Pemalu</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu berkata;"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang lebih pemalu dari pada anak gadis perawan yang dipingit di kamarnya". Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Basysyar telah bercerita kepada kami Yahya dan Ibnu Mahdiy keduanya berkata telah bercerita kepada kami Syu'bah seperti hadits ini;"Dan apabila beliau tidak menyukai sesuatu maka dapat dikenali dari wajah beliau". (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Abu Said Al Khudri RA, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sangat pemalu melebihi seorang perawan dalam pingitannya. Apabila beliau tidak menyukai sesuatu, maka kami dapat mengetahui dari raut wajah beliau." (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Malu karena aurat terbuka</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Jabir bin ‘Abdullah, dia berkata: “ketika Ka’bah direnovasi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan ‘Abbas bekerja mengangkut bebatuan, lalu ‘Abbas berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam :’tarik kainmu hingga sebatas lututmu agar kamu tidak terluka oleh bebatuan, namun beliau tetap tersungkur ke tanah dalam posisi terlentang sedangkan kedua mata beliau mengarah ke langit, tak berapa lama kemudian beliau baru tersadar, sembari berkata: ‘mana kainku! mana kainku!’. Lalu beliau mengikat kembali kain tersebut dengan kencang. Dan dalam riwayat yang lain:’maka setelah itu, tidak pernah lagi ‘aurat beliau kelihatan’. (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Menutupi Rasa Malu Orang Yang Bersalah</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
'Aisyahradhiyallahu 'anhamenuturkan: "Setiap kali disampaikan kepada beliau sesuatu yang kurang berkenan dari seeorang, beliau tidak mengatakan: "Apa maunya si 'Fulan' berkata demikian!" Namun beliau mengatakan: "Apa maunya 'mereka' berkata demikian!" (HR. At-Tirmidzi)</div>
<div>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-25262883044644062192013-11-11T04:45:00.003-08:002013-11-11T04:45:42.106-08:00Kejujuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtAOE3XVWtVa-eA0k3MbAWofrb18MVdHYL1VN4_65dGbX49ZxGLdetLauUbaeTPQ6VryZZ6jnvm65EPQRhw3bz3uLdh6gFbyWf0yHNYONnZGH5aVNJxUPuGTKlwL48E3vpGERjLe9mPBtu/s1600/kejujuran-rasulullah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kejujuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtAOE3XVWtVa-eA0k3MbAWofrb18MVdHYL1VN4_65dGbX49ZxGLdetLauUbaeTPQ6VryZZ6jnvm65EPQRhw3bz3uLdh6gFbyWf0yHNYONnZGH5aVNJxUPuGTKlwL48E3vpGERjLe9mPBtu/s1600/kejujuran-rasulullah.jpg" title="Kejujuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Rasulullah Menyampaikan Apa Yang Beliau Terima</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Masruq dia berkata; Aku bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anhawahai Ibu, Apakah benar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah melihat Rabbnya? Aisyah menjawab; Sungguh rambutku berdiri (karena kaget) atas apa yang kamu katakan. Tiga perkara yang barang siapa mengatakannya kepadamu, maka sungguh ia telah berdusta. Barang siapa mengatakan kepadamu bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pernah melihat Rabbnya, maka ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (Al An'am: 103). Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir. (As Syura: 51). Dan barang siapa yang mengatakan kepadamu bahwa beliau mengetahui apa yang akan terjadi pada hari esok maka ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. (Luqman: 34). Dan barang siapa yang mengatakan kepadamu bahwa beliau menyembunyikan sesuatu, maka ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. (Al Maidah; 67). Hanya saja beliau pernah melihat bentuk Jibril dua kali. (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Jujur Dalam Jual Beli</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah berjalan melewati onggokan makanan yang akan dijual. Lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam onggokan itu, maka tanpa diduga sebelumnya, jari-jari tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah. Kemudian beliau keluarkan jari-jarinya yang basah itu seraya bertanya, "Ada apa di dalamnya ini?" Orang yang mempunyai makanan tersebut menjawab, "Mungkin basah karena kehujanan ya Rasulullah?" Lalu Rasulullah pun bertanya lagi kepadanya,"Mengapa tidak kamu letakkan yang basah itu di atas agar supaya dapat diketahui orang lain? Barang siapa yang menipu, maka ia bukan termasuk umatku" (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Kejujuran Dalam Berdagang</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ketika hendak berangkat ke Madinah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengangkat seorang dari Anshar, Shallallahu ‘alaihi Wasallamwab bin Ghazayyah dari suku Adi, sebagai wakilnya di Khaibar. Kemudian Shallallahu ‘alaihi Wasallamwad membawa buah korma yang paling baik (janib) dan diberikannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya :“Apakah semua korma Khaibar seperti ini ? Ia menjawab : „Tidak wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam . Kami tukarkan dua atau tiga gantang korma yang agak jelek (jam) dengan satu gantang korma yang bagus ini. Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :“Jangan kamu lakukan (cara itu). Juallah korma ynag agak jelek itu terlebih dahulu kemudian dengan uang itu belilah korma ynag bagus. (Siroh Al Buthy)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Bisnis Dengan Kejujuran</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Muhammad mampu benar memperdagangkan barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih banyak menguntungkan daripada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Demikian juga dengan karakter yang manis dan perasaannya yang luhur ia dapat menarik kecintaan dan penghormatan Maisara kepadanya. Setelah tiba waktunya mereka akan kembali, mereka membeli segala barang dagangan dari Syam yang kira-kira akan disukai oleh Khadijah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dalam perjalanan kembali kafilah itu singgah di Marr'-z-Zahran. Ketika itu Maisara berkata: "Muhammad, cepat-cepatlah kau menemui Khadijah dan ceritakan pengalamanmu. Dia akan mengerti hal itu." (Siroh Muhammad Husain Haikal)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Kejujuran Dalam Bercanda</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Subhanallah, sifat jujur Rasulullah tidak hanyatampak dalam kondisi seriusnamun juga saatbercanda.Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, bahwa datang seorang wanita yang sudah lansia menemui Rasulullah dan memohon agar didoakan masuk surga. Lantas Rasulullah menjawab, "Ya umma fulan, innal jannata la tadkhullah 'ajuzun, Wahai ibu, sungguh surga itu tidak akan dimasuki wanita tua". Kontan, wanita tua itu menangis. Kemudian Rasulullah berkata kembali,"Aku mendapat kabar bahwa tidak akan masuk surga wanita yang sudah tua, karena Allah mengatakan, "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta dan sebaya umurmya."(Qs. Al-Waaqi'ah [56]: 35-37). Seketika itu juga wanita yang menangis tadi pun tersenyum, dan mengetauhi bahwa di dalam surga tidak ada lagi yang tua, semuanya dijadikan muda. (HR. Tirmidzi)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menepati janji</b></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<b>Rasulullah Menunggu 3 Hari</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Rasulullah dikenal sebagai seorang Al Amin. Orang terpercaya yangselalu menepati janji dan melaksanakannya dengan baik. Abdullah bin Abi Khansa berkata, “Aku melakukan transaksi jual-beli dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. sebelum beliau diutus, dan ada sisa barang yang belum aku berikan padanya, lalu aku menjanjikan padanya untuk memberikannya di tempatnya itu. Di hari yang telah ditentukan itu dan hari setelahnya ternyata aku lupa mendatanginya, aku datang pada hari yang ketiga, aku dapati beliaumasihberada di tempat itu. Beliau berkata, “Wahai Pemuda, kau telah menyusahkan aku, aku telah berada di sini selama tiga hari menunggumu”. ( HR.Abu Dawud )</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Mengembalikan barang temuan</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad berkata, Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin 'Amru Al 'Aqadi berkata, Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal Al Madini dari Rabi'ah bin Abu Abdurrahman dari Yazid mantan budak Al Munba'its, dari Zaid bin Khalid Al Juhani bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya oleh seseorang tentang barang temuan, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kenalilah tali pengikatnya, atau Beliau berkata; kantong dan tutupnya, kemudian umumkan selama satu tahun, setelah itu pergunakanlah. Jika datang pemiliknya maka berikanlah kepadanya". Orang itu bertanya: "Bagaimana dengan orang yang menemukan unta?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam marah hingga nampak merah mukanya, lalu berkata: "apa urusanmu dengan unta itu, sedang dia selalu membawa air di perutnya, bersepatu sehingga dapat hilir mudik mencari minum dan makan rerumputan, maka biarkanlah dia hingga pemiliknya datang mengambilnya". Orang itu bertanya lagi tentang menemukan kambing, maka Beliau menjawab: "Itu untuk kamu atau saudaramu atau serigala".(HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Gadai rasulullah</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Umayyah bin shafwan bin umayyah, dari ayahnya, bahwa waktu perang Hunain, Rasulullah meminjam beberapa buah baju perang yang terbuat dari besi. Dia bertanya,”Apakah barang-barang ini engkau ambil begitu saja?”beliau menjawab,”Itu merupakan pinjaman yang tentu saja ada jaminanannya.” Lalu sebagian baju perang itu ada yang hilang. Melihat hal ini beliau menegaskan tentang jaminannnya dan tetap akan diganti. Saat itulah Shafwan berkata,”Hari ini aku telah masuk Islam dan aku merasa senang” (HR. Ahmad)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dalam persiapan menghadapi peperangan Hunain, disebutkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bahwa Sofwan bin Umaiyah punya sejumlah baju bersi dan senjata. Kemudian Rasulullahs aw mengutus utusan kepadanya, waktu itu Sofwan bin Umaiyah masih musyrik, untuk meminta baju-baju besi dan senjata tersebut. Lalu Sofwan bertanya :“Apakah dengan cara gasap wahai Rasulullah ?“ Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab :“Bahkan sebagai barang pinjaman. Ia terjamin hingga kami menunaikannya kepada kamu.“ Akhirnya Sofwan meminjamkannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Shallallahu ‘alaihi Wasallam seratus baju besi dan sejumlah senjata. (Siroh Al Buthy)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Rasulullah Membeli Tanah Bani Najjar</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bukhari di dalam sanadnya meriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bahwa ketika masuk wkatu shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam melaksanakan shalat di tempat penambatan kambing. Setelah itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan pembangunan masjid. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memanggil para tokoh Bani Najjar dan berkata kepada mereka,“Wahai Bani Najjar, berapakah harga tanah kalian ini ? Mereka menjawab,“ Demi Allah kami tidak menghendaki harganya kecuali dari Allah swt.“ Selanjutnya Anas bin Malik mengatkaan,“Di tanah itu terdapat beberapa kuburan kaum Musyrikin, puing-puing bangunan tua dan beberapa pohon kurma. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan agar kuburan tersebut dipindahkan , pohon-pohonnya ditebang dan puing-puingnya diratakan.“. Anas bin Malik melanjutkan,“ Kemudian mereka menata batang-batang kurma itu sebagai kiblat masjid“. Dan sambil merampungkan pembangunan masjid bersama mereka , Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengucapkan do‘a : „Allahumma, ya Allah! Tidak ada kebaikan kecuali kebaikan Akhirat, maka tolonglah kaum Anshar dan Muhajirin.“(Siroh Al Buthy)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Menepati Perjanjian Mengenai Abu Jandal </b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pada mulanya kaum Muslimin merasa keberatan menyetujui Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam menerima syarat yang diajukan oleh Suhail bin Amer : „Jika ada seorang dari Quraisy datang kepada Muhammad tanpa ijin walinya maka dia (Muhammad) harus mengembalikan kepada mereka dan barang siapa di antara pengikut Muhammad datang kepada Quraisy maka dia tidak akan dikembalikan.“ Mereka semakin merasa keberatan ketika Abu Jandal (anak Suhail bin Amer) datang melarikan diri dari kaum Musyrikin dalam keadaan terborgol rantai besi, kemudian bapaknya beridri menangkapnya seraya berkata :“Wahai Muhammad , permasalahan sudah kita sepakati sebelum anak ini datang.“ Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menyerahkan Abu Jandal kepada Quraisy, kendatipun Abu Jandal berteriak-teriak dengan suara keras :“Wahai kaum Muslimin ! Apakah aku diserahkan kembali kepada kaum Musyrikin yang akan merongrong agamaku?“</div>
<div>
<br /></div>
<div>
</div>
<div>
Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda kepada Abu Jandal : „Wahai Abu Jandal, bersabarlah dan berserah dirilah (Kepada Allah)! Sesungguhnya Allah pasti memberikan jalan keluar kepada kamu dan orang-orang ynag tertindas. Kita telah membuat perjanjian dengan mereka dan kita tidak boleh mengkhianati mereka.“(Siroh Al Buthy)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Pengakuan Kejujuran Rasul</b></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<b>Kredibilitas Muhammad diakui 2x lipat</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tatkala Abu Talib mengetahui, bahwa Khadijah sedang menyiapkan perdagangan yang akan dibawa dengan kafilah ke Syam, ia memanggil kemenakannya - yang ketika itu sudah berumur duapuluh lima tahun.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Anakku," kata Abu Talib, "aku bukan orang berpunya. Keadaan makin menekan kita juga. Aku mendengar, bahwa Khadijah mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi aku tidak setuju kalau akan mendapat upah semacam itu juga. Setujukah kau kalau hal ini kubicarakan dengan dia?"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Terserah paman," jawab Muhammad.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Talibpun pergi mengunjungi Khadijah: "Khadijah, setujukah kau mengupah Muhammad?" tanya Abu Talib. "Aku mendengar engkau mengupah orang dengan dua ekor anak unta Tapi buat Muhammad aku tidak setuju kurang dari empat ekor."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Kalau permintaanmu itu buat orang yang jauh dan tidak kusukai, akan kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai." Demikian jawab Khadijah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kembalilah sang paman kepada kemenakannya dengan menceritakan peristiwa itu. "Ini adalah rejeki yang dilimpahkan Tuhan kepadamu," katanya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah mendapat nasehat paman-pamannya Muhammad pergi dengan Maisara, budak Khadijah. Dengan mengambil jalan padang pasir kafilah itupun berangkat menuju Syam, dengan melalui Wadi'l-Qura, Madyan dan Diar Thamud serta daerah-daerah yang dulu pernah dilalui Muhammad dengan pamannya Abu Talib tatkala umurnya baru duabelas tahun. (Siroh Muhammad Husain Haikal)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ibnu Ishaq berkata,”Khadiah binti Khuwailid adalah seorang saudagar wanita keturunan bangShallallahu ‘alaihi Wasallaman dan kaya raya. Dia mempekerjakan tenaga laki-laki dan melakukan sistem bagi hasil terhadap harta (modal) tersebut sebagai keuntungan untuk mereka nantinya. Kabilah Quraisy dikenal sebagai kaum pedagang handal. Tatkala sampai ke telinga Khadijah perihal kejujuran bicara, amanah dan akhlak Rasulullah yang mulia, dia mengutus seseorang untuk menemuinya dan menawarkan kepadanya untuk memperdagangkan harta miliknya tersebut ke negeri Syam dengan imbalan paling istimewa yang tidak pernah diberikan kepada para pedagang lainnya, dengan didampingi seorang budak laki-laki milik khadijah bernama Maisarah. Beliau menerima tawaran tersebut dan berangkat dengan barang-barang dagangan Khadijah bersama budak tersebut hingga sampai di negeri Syam.” (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Pengakuan Abu Jahal</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Jahal pernah berkata,”Wahai Muhammad! Sesungguhnya kami tidak pernah mendustakanmu akan tetapi kami mendustakan apa yang engkau bawa.” Lalu turunlah ayat,”Sebenarnya mereka bukan mendustakanmu, tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.”(QS. Al An’am:33) (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Pengakuan Abdullah bin Salam</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pada tahun 622 Muhammad s.a.w meninggalkan Mekkah menuju Yastrib. Ketika sampai di Yastrib dan berhenti di Quba, Seseorang dengan tergesa-gesa memasuki kota, berseru mengabarkan kedatangan Muhammad s.a.w. Saat itu saya sedang mengerjakan sesuatu diatas pohon kurma. Bibi saya Khalidah binti al-Harith sedang duduk dibawah pohon. Begitu mendengar kabar itu, saya berteriak:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Allahu Akbar! Allahu Akbar!" waktu bibi saya mendengar teriakan takbir saya itu, dia mengecam "Semoga Tuhan menyusahkan kamu. Demi Tuhan kalau seandainya yang kamu dengar itu berita kedatangan Musa pasti kamu tidak akan sesenang itu".</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Bibi, Dia itu sungguh utusan Tuhan. Saudara Musa dan mengikuti agamanya, dia diutus untuk misi yang sama dengan Musa". Dia terdiam lama kemudian berkata "Apakah dia itu nabi yang pernah kamu katakan pada kami yang akan membenarkan kebenaran dakwah para nabi terdahulu? dan menggenapi firman Tuhan?", Jawab saya "Ya". Tanpa ragu-ragu atau menunda saya pergi untuk menemui nabi. Saya melihat kerumunan orang banyak di pintu rumahnya, saya lewati kerumunan itu hingga berada didekatnya. Ucapan pertama yang saya dengar darinya:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Wahai saudara-saudara sekalian, Tebarkan salam, Beri makan mereka yang kelaparan, Dirikanlah salat malam hari saat orang terlelap, maka kalian akan masuk surga dalam damai". Saya menghampiri dia, dari dekat mengamati dirinya dengan seksama dan diyakinkan oleh wajahnya bukanlah seorang pendusta, lalu saya mendekatinya dan menyatakan keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah. Nabi menatap saya dan bertanya: "Siapa namamu?" jawab saya: "Al Husayn ibn Sailam",</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Sekarang namamu diganti jadi Abdullah bin Salam" katanya, memberikan nama baru buat saya. "Ya saya setuju, Abdullah bin Salam (memang seharusnya begitu). Demi Dia yang telah mengutus engkau dalam kebenaran, saya tidak berniat memiliki nama lain setelah hari ini". Saya pulang kerumah dan memperkenalkan Islam kepada istri, anak-anak dan semua orang di rumah termasuk bibi Khalidah yang sudah lanjut usia tapi saya meminta mereka menyembunyikan ke-Islaman kami dari orang-orang Yahudi sampai saya mengizinkan dan mereka setuju.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Kesaksian Utbah Ketika Menemui Sahabat sahabatnya.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
lbnu Ishaq berkata, “Setelah itu, Utbah pulang menemui sahabat-sahabatnya. Sebagian di antara mereka berkata kepada sebagian yang lain, Kami bersumpah dengan‘asma Allah,sungguh, Abu Al-Walid datang ke tempat kalian dengan wajah yang berbeda dengan wajah ketika ia berangkat.’</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ketika Utbah telah duduk, mereka berkata kepadanya, ‘Apa yang ada dibelakangmu, wahai Abu Al-Walid?’</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Utbah menjawab, ‘Demi Allah,sungguh aku baru saja mendengar perkataan yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Demi Allah,perkataan tersebut bukan syair. Bukan sihir. Bukan dukun; Hai orang-orang Quraisy, taatlah kepadaku, serahkan persoalan Quraisy kepadaku, dan biarkan orang tersebut (Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam) dan apa yang ia bawa, dan tinggalkan dia! Demi Allah, ucapannya yang aku dengar tadi pada suatu saat akan menjadi berita besar. Jika saja ucapannya tersebut dimiliki orang-orang Arab, sungguh mereka sudah merasa cukup dengannya tanpa kalian. Jika ia berhasil mengalahkan semua orang-orang Arab, maka kekuasaannya ialah kekuasaan kalian,dan kejayaannya adalah kejayaan kalian, kemudian kalian menjadi manusia yang paling berbahagia dengannya.’</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka berkata, ‘Demi Allah, dia telah menyihirmu dengan mulutnya.’</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Utbah berkata, ‘Ini pendapatku tentang dia. Oleh karena itu, kerjakan apa saja yang kalian inginkan!”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam</b> <b>tidak akan berdusta</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak pernah punya niat untuk berdusta kepada manusia dan Allah :</div>
<div>
“Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pedang dia pada tangan kanannya. Kemudian sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu.“ QS al-Haaqqah : 44-47 (Sirah Al Buthy)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Pengakuan 3 tokoh quraisy</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Suatu ketika, tiga orang tokoh Quraisy berkumpul. Masing-masing dari mereka ternyata telah mendengarkan al-Qur’an secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh dua temannya yang lain, namun kemudian rahasia itu tersingkap. Salah seorang dari mereka bertanya kepada Abu Jahal –yang merupakan salah seorang dari ketiga orang tersebut- :</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Bagaimana pendapatmu mengenai apa yang engkau dengar dari Muhammad tersebut?”</div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Apa yang telah aku dengar? Memang kami telah berselisih dengan Bani ‘Abdi Manaf dalam persoalan derajat sosial; manakala mereka makan, kamipun makan; mereka menanggung sesuatu, kamipun ikut menanggungnya; mereka memberi, kamipun memberi hingga akhirnya kami sejajar diatas tunggangan yang sama (setara derajatnya-red). Kami ibarat dua kuda perang yang sedang bertaruh. Lalu tiba-tiba mereka berkata: ‘kami memiliki nabi yang membawa wahyu dari langit!’. Kapan kami mengetahui hal ini? Demi Allah! kami tidak akan beriman sama sekali kepadanya dan tidak akan membenarkannya”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Jahal pernah berkata: “wahai Muhammad! sesungguhnya kami tidak pernah memdustakanmu akan tetapi kami mendustakan apa yang engkau bawa”. Lalu turunlah ayat: “Sebenarnya mereka bukan mendustakanmu, tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah”. (Q,.s.al-An’âm: 33).(Sirah Al Mubarakfury)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Musyawarah Quraisy Untuk Menjuluki Muhammad</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Melihat hal ini, kaum Quraisy merasa gerah dan pemandangan semacam ini amat menyakitkan mereka. Sidang Majlis membahas upaya menghalangi Jemaah Haji agar tidak mendengarkan Dakwah Muhammad. Sepanjang hari-hari tersebut, ada hal lain yang membuat kaum Quraisy gundah gulana; yaitu bahwa belum beberapa hari atau bulan saja dakwah jahriyyah tersebut berlangsung hingga (tak terasa) mendekati musim haji. Dalam hal ini, kaum Quraisy mengetahui bahwa delegasi Arab akan datang ke negeri mereka. Oleh karena itu, mereka melihat perlunya merangkai satu pernyataan yang nantinya (secara sepakat) mereka sampaikan kepada delegasi tersebut perihal Muhammad agar dakwah yang disiarkannya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jiwa-jiwa mereka (delegasi Arab tersebut). Maka berkumpullah mereka di rumah al-Walid bin al-Mughirah untuk membicarakan satu pernyataan yang tepat dan disepakati bersama tersebut. Lalu al-Walid berkata:” Bersepakatlah mengenai perihalnya (Muhammad) dalam satu pendapat dan janganlah berselisih sehingga membuat sebagian kalian mendustakan pendapat sebagian yang lain dan sebagian lagi menolak pendapat sebagian yang lain”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka berkata kepadanya: “Katakan kepada kami pendapatmu yang akan kami jadikan acuan!”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu dia berkata: “justru kalian yang harus mengemukakan pendapat kalian biar aku dengar dulu”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka berkata: “(kita katakan) dia (Muhammad) adalah seorang dukun”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia menjawab: “Tidak! Demi Allah dia bukanlah seorang dukun. Kita telah melihat bagaimana kondisi para dukun sedangkan yang dikatakannya bukan seperti komat-kamit ataupun sajak (mantera-mantera) para dukun”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka berkata lagi: “kita katakan saja; dia seorang yang gila”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia menjawab: “Tidak! Demi Allah! dia bukan seorang yang gila. Kita telah mengetahui esensi gila dan telah mengenalnya sedangkan yang dikatakannya bukan dalam kategori ketercekikan, kerasukan ataupun was-was sebagaimana kondisi kegilaan tersebut”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka berkata lagi: “kalau begitu kita katakan saja; dia adalah seorang Penya’ir’ “.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia menjawab: “Dia bukan seorang Penya’ir. Kita telah mengenal semua bentuk sya’ir; rajaz, hazaj, qaridh, maqbudh dan mabsuth-nya sedangkan yang dikatakannya bukanlah sya’ir”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka berkata lagi: “Kalau begitu; dia adalah Tukang sihir”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia menjawab: “Dia bukanlah seorang Tukang sihir. Kita telah melihat para tukang sihir dan jenis-jenis sihir mereka sedangkan yang dikatakannya bukanlah jenis nafts (hembusan) ataupun ‘uqad (buhul-buhul) mereka”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mereka kemudian berkata: “kalau begitu, apa yang harus kita katakan?”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dia menjawab: “Demi Allah! sesungguhnya ucapan yang dikatakannya itu amatlah manis dan mengandung sihir (saking indahnya). Akarnya ibarat tandan anggur dan cabangnya ibarat pohon yang rindang. Tidaklah kalian merangkai sesuatupun sepertinya melainkan akan diketahui kebathilannya. Sesungguhnya, pendapat yang lebih dekat mengenai dirinya adalah dengan mengatakan bahwa dia seorang Tukang sihir yang mengarang suatu ucapan berupa sihir yang mampu memisahkan antara seseorang dengan bapaknya, saudaranya dan isterinya. Mereka semua menjadi terpisah lantaran hal itu”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sebagian riwayat menyebutkan bahwa tatkala al-Walid menolak semua pendapat yang mereka kemukakan kepadanya; mereka berkata kepadanya: “kemukakan kepada kami pendapatmu yang tidak ada celanya!”. Lalu dia berkata kepada mereka: “beri aku kesempatan barang sejenak untuk memikirkan hal itu!”. Lantas al-Walid berfikir dan menguras fikirannya hingga dia dapat menyampaikan kepada mereka pendapatnya tersebut sebagaimana yang disinggung diatas.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dan mengenai al-Walid ini, Allah Ta’ala menurunkan enam belas ayat dari surat al-Muddatstsir, yaitu dari ayat 11 hingga ayat 26; dipertengahan ayat-ayat tersebut terdapat gambaran bagaimana dia berfikir keras, Dia Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya) [18]. maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan,[19]. kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan, [20]. kemudian dia memikirkan, [21]. sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, [22]. kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, [23]. lalu dia berkata:”(al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), [24]. ini tidak lain hanyalah perkataan manusia”. [25].</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah majlis menyepakati keputusan tersebut, mereka mulai melaksanakannya; duduk-duduk di jalan-jalan yang dilalui orang hingga delegasi Arab datang pada musim haji. Setiap ada orang yang lewat, mereka peringatkan dan singgung kepadanya perihal Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam .</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sedangkan yang dilakukan oleh Rasululllah Shallallâhu ‘alaihi wasallam manakala sudah datang musimnya adalah mengikuti dan membuntuti orang-orang sampai ke rumah-rumah mereka, di pasar ‘Ukazh, Majinnah dan Dzul Majaz. Beliau mengajak mereka ke jalan Allah namun Abu Lahab yang selalu membuntuti di belakang beliau memotong setiap ajakan beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam dengan berbalik mengatakan kepada mereka: “jangan kalian ta’ati dia karena sesungguhnya dia adalah seorang Shabi’ (orang yang mengikuti syari’at nabi-nabi zaman dahulu atau orang yang menyembah bintang atau menyembah dewa-dewa) lagi Pendusta”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Akhir yang terjadi, justru dari musim itu delegasi Arab banyak mengetahui perihal Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sehingga namanya menjadi buah bibir orang di seantero negeri Arab. (Sirah Al Mubarakfury)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-10069541375345428802013-11-11T03:15:00.000-08:002013-11-11T03:15:07.363-08:00Akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzk4UgX6cF-WgLjztggz5TkTJzFKx3kPvfoxf3C3ihmTmJQGoQZgnnlhHEqHpzjzXncQ1JFma2Jc9iI65bBIjctAcP_SCaOQTcWHA1iS9IkS-QdgJ2SkCpM-MA1p_WSuk8REMoAAHGvuPM/s1600/iman-dan-akhlak.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzk4UgX6cF-WgLjztggz5TkTJzFKx3kPvfoxf3C3ihmTmJQGoQZgnnlhHEqHpzjzXncQ1JFma2Jc9iI65bBIjctAcP_SCaOQTcWHA1iS9IkS-QdgJ2SkCpM-MA1p_WSuk8REMoAAHGvuPM/s1600/iman-dan-akhlak.png" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<strong><br /></strong>
<strong>Sifat Rasulullah</strong><br />
<strong><br /></strong>
Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan: Rasulullah bukanlah seorang yang keji dan tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan. (HR. Ahmad)<br />
<br />
<strong>Kesaksian Husein bin Ali Tentang Akhlak Rasulullah</strong><br />
<strong><br /></strong>
Al-Husein cucu beliau menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata: "Aku bertanya kepada ayahku tentang adab dan etika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau, ayahku menuturkan:<br />
<br />
"Beliau shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti lagi rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja yang mengharapkanya pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas. Beliau meninggalkan tiga perkara: "riya', berbangga-bangga diri dan hal yang tidak bermanfaat."<br />
<br />
Dan beliau menghindarkan diri dari manusia karena tiga perkara: "beliau tidak suka mencela atau memaki orang lain, beliau tidak suka mencari-cari aib orang lain, dan beliau hanya berbicara untuk suatu maslahat yang bernilai pahala."<br />
<br />
Jika beliau berbicara, pembicaraan beliau membuat teman-teman duduknya tertegun, seakan-akan kepala mereka dihinggapi burung (karena khusyuknya). Jika beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak pernah membantah sabda beliau. Bila ada yang berbicara di hadapan beliau, mereka diam memperhatikannya sampai ia selesai bicara.<br />
<br />
Pembicaraan mereka disisi beliau hanyalah pembicaraan yang bermanfaat saja. Beliau tertawa bila mereka tertawa. Beliau takjub bila mereka takjub, dan beliau bersabar menghadapi orang asing yang kasar ketika berbicara atau ketika bertanya sesuatu kepada beliau, sehingga para sahabat shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengharapkan kedatangan orang asing seperti itu guna memetik faedah.<br />
<br />
Beliau bersabda: "Bila engkau melihat seseorang yang sedang mencari kebutuhannya, maka bantulah dia." Beliau tidak mau menerima pujian orang kecuali menurut yang selayaknya. Beliau juga tidak mau memutuskan pembicaraan seeorang kecuali orang itu melanggar batas, beliau segera menghentikan pembicaraan tersebut dengan melarangnya atau berdiri meninggalkan majlis." (HR. At-Tirmidzi)<br />
<br />
<strong>Kesaksian Anas Tentang Akhlak Rasulullah</strong><br />
<strong><br /></strong>
Dari Anas RA, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Pada suatu hari, beliau mengutus saya untuk suatu keperluan. Maka saya berkata, 'Saya tidak akan pergi', tetapi dalam hati saya mengatakan bahwasanya saya akan pergi untuk melaksanakan perintah Rasulullah itu. Kemudian saya keluar dan melewati anak-anak yang sedang bermain di pasar.<br />
Tiba-tiba Rasulullah menepuk pundak saya dari belakang. Anas berkata,"Saya melihat Rasulullah tersenyum kepada saya dan berkata, 'Hai Unais, apakah kamu sudah pergi untuk melaksanakan apa yang aku perintahkan kepadamu?' Anas menjawab, "Ya. Saya akan pergi untuk melaksanakannya ya Rasulullah."<br />
Anas berkata, "Demi Allah, sembilan tahun lamanya saya mengabdi kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan tidak pernah saya dapatkan beliau menegur saya atas apa yang saya kerjakan dengan ucapan, 'Mengapa kamu tidak melakukan begini dan begitu?' ataupun terhadap apa yang tidak saya laksanakan dengan perkataan, 'Begini dan begini.'" (HR. Muslim)<br />
<br /></div>
<strong>Kesaksian Abu Sufyan Tentang Akhlak Rasulullah</strong><br />
<strong><br /></strong>
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman Al Hakam bin Nafi' dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud bahwa Abdullah bin 'Abbas telah mengabarkan kepadanya bahwa Abu Sufyan bin Harb telah mengabarkan kepadanya; bahwaHeraclius menerima rombongan dagang Quraisy, yang sedang mengadakan ekspedisi dagang ke Negeri Syam pada saat berlakunya perjanjian antara Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy. Saat singgah di Iliya' mereka menemui Heraclius atas undangan Heraclius untuk di diajak dialog di majelisnya, yang saat itu Heraclius bersama dengan para pembesar-pembesar Negeri Romawi.<br />
<br />
Heraclius berbicara dengan mereka melalui penerjemah. Heraclius berkata; "Siapa diantara kalian yang paling dekat hubungan keluarganya dengan orang yang mengaku sebagai Nabi itu?."<br />
Abu Sufyan berkata; maka aku menjawab; "Akulah yang paling dekat hubungan kekeluargaannya dengan dia".<br />
<br />
Heraclius berkata; "Dekatkanlah dia denganku dan juga sahabat-sahabatnya." Maka mereka meletakkan orang-orang Quraisy berada di belakang Abu Sufyan.<br />
Lalu Heraclius berkata melalui penerjemahnya: "Katakan kepadanya, bahwa aku bertanya kepadanya tentang lelaki yang mengaku sebagai Nabi. Jika ia berdusta kepadaku maka kalian harus mendustakannya."Demi Allah, kalau bukan rasa malu akibat tudingan pendusta yang akan mereka lontarkan kepadaku niscaya aku berdusta kepadanya."<br />
Abu Sufyan berkata; Maka yang pertama ditanyakannya kepadaku tentangnya (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) adalah: "bagaimana kedudukan nasabnya ditengah-tengah kalian?" Aku jawab: "Dia adalah dari keturunan baik-baik (bangShallallahu ‘alaihi Wasallaman) ".<br />
Tanyanya lagi: "Apakah ada orang lain yang pernah mengatakannya sebelum dia?" Aku jawab: "Tidak ada". Tanyanya lagi: "Apakah bapaknya seorang raja?" Jawabku: "Bukan".<br />
Apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah?" Jawabku: "Bahkan yang mengikutinya adalah orang-orang yang rendah".<br />
Dia bertanya lagi: "Apakah bertambah pengikutnya atau berkurang?" Aku jawab: "Bertambah".<br />
Dia bertanya lagi: "Apakah ada yang murtad disebabkan dongkol terhadap agamanya?" Aku jawab: "Tidak ada".<br />
Dia bertanya lagi: "Apakah kalian pernah mendapatkannya dia berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dikatakannya itu?" Aku jawab: "Tidak pernah".<br />
Dia bertanya lagi: "Apakah dia pernah berlaku curang?" Aku jawab: "Tidak pernah. Ketika kami bergaul dengannya, dia tidak pernah melakukan itu". Berkata Abu Sufyan: "Aku tidak mungkin menyampaikan selain ucapan seperti ini".<br />
Dia bertanya lagi: "Apakah kalian memeranginya?" Aku jawab: "Iya". Dia bertanya lagi: "Bagaimana kesudahan perang tersebut?" Aku jawab: "Perang antara kami dan dia sangat banyak. Terkadang dia mengalahkan kami terkadang kami yang mengalahkan dia".<br />
Dia bertanya lagi: "Apa yang diperintahkannya kepada kalian?" Aku jawab: "Dia menyuruh kami; 'Sembahlah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan tinggalkan apa yang dikatakan oleh nenek moyang kalian. ' Dia juga memerintahkan kami untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim".<br />
Maka Heraclius berkata kepada penerjemahnya: "Katakan kepadanya, bahwa aku telah bertanya kepadamu tentang keturunan orang itu, kamu ceritakan bahwa orang itu dari keturunan bangShallallahu ‘alaihi Wasallaman. Begitu juga laki-laki itu dibangkitkan di tengah keturunan kaumnya.<br />
Dan aku tanya kepadamu apakah pernah ada orang sebelumnya yang mengatakan seperti yang dikatakannya, kamu jawab tidak. Seandainya dikatakan ada orang sebelumnya yang mengatakannya tentu kuanggap orang ini meniru orang sebelumnya yang pernah mengatakan hal serupa.<br />
Aku tanyakan juga kepadamu apakah bapaknya ada yang dari keturunan raja, maka kamu jawab tidak. Aku katakan seandainya bapaknya dari keturunan raja, tentu orang ini sedang menuntut kerajaan bapaknya.<br />
Dan aku tanyakan juga kepadamu apakah kalian pernah mendapatkan dia berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dikatakannya, kamu menjawabnya tidak. Sungguh aku memahami, kalau kepada manusia saja dia tidak berani berdusta apalagi berdusta kepada Allah.<br />
Dan aku juga telah bertanya kepadamu, apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah?" Kamu menjawab orang-orang yang rendah yang mengikutinya. Memang mereka itulah yang menjadi para pengikut Rasul.<br />
<br />
Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah bertambah pengikutnya atau berkurang, kamu menjawabnya bertambah. Dan memang begitulah perkara iman hingga menjadi sempurna.<br />
<br />
Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah ada yang murtad disebabkan marah terhadap agamanya. Kamu menjawab tidak ada. Dan memang begitulah iman bila telah masuk tumbuh bersemi di dalam hati.<br />
Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah dia pernah berlaku curang, kamu jawab tidak pernah. Dan memang begitulah para Rasul tidak mungkin curang.<br />
<br />
Dan aku juga sudah bertanya kepadamu apa yang diperintahkannya kepada kalian, kamu jawab dia memerintahkan kalian untuk menyembah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan melarang kalian menyembah berhala, dia juga memerintahkan kalian untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim.<br />
<br />
Seandainya semua apa yang kamu katakan ini benar, pasti dia akan menguasai kerajaan yang ada di bawah kakiku ini. Sungguh aku telah menduga bahwa dia tidak ada diantara kalian sekarang ini, seandainya aku tahu jalan untuk bisa menemuinya, tentu aku akan berusaha keras menemuinya hingga bila aku sudah berada di sisinya pasti aku akan basuh kedua kakinya.<br />
<br />
Kemudian Heraclius meminta surat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang dibawa oleh Dihyah untuk para Penguasa Negeri Bashrah, Maka diberikannya surat itu kepada Heraclius, maka dibacanya dan isinya berbunyi: "Bismillahir rahmanir rahim. Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya untuk Heraclius. Penguasa Romawi, Keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Kemudian daripada itu, aku mengajakmu dengan seruan Islam; masuk Islamlah kamu, maka kamu akan selamat, Allah akan memberi pahala kepadamu dua kali. Namun jika kamu berpaling, maka kamu menanggung dosa rakyat kamu, dan: Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Rabb selain Allah". Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." Abu Sufyan menuturkan: "Setelah Heraclius menyampaikan apa yang dikatakannya dan selesai membaca surat tersebut, terjadilah hiruk pikuk dan suara-suara ribut, sehingga mengusir kami. Aku berkata kepada teman-temanku setelah kami diusir keluar; "sungguh dia telah diajak kepada urusan Anak Abu Kabsyah. Heraclius mengkhawatirkan kerajaan Romawi."Pada masa itupun aku juga khawatir bahwa Muhammad akan berjaya, sampai akhirnya (perasaan itu hilang setelah) Allah memasukkan aku ke dalam Islam. Dan adalah Ibnu An Nazhur, seorang Pembesar Iliya' dan Heraclius adalah seorang uskup agama Nashrani, dia menceritakan bahwa pada suatu hari ketika Heraclius mengunjungi Iliya' dia sangat gelisah, berkata sebagian komandan perangnya: "Sungguh kami mengingkari keadaanmu.<br />
<br />
Selanjutnya kata Ibnu Nazhhur, "Heraclius adalah seorang ahli nujum yang selalu memperhatikan perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta yang bertanya kepadanya; "Pada suatu malam ketika saya mengamati perjalanan bintang-bintang, saya melihat raja Khitan telah lahir, siapakah di antara ummat ini yang di khitan?" Jawab para pendeta; "Yang berkhitan hanyalah orang-orang Yahudi, janganlah anda risau karena orang-orang Yahudi itu. Perintahkan saja keseluruh negeri dalam kerajaan anda, supaya orang-orang Yahudi di negeri tersebut di bunuh." Ketika itu di hadapakan kepada Heraclius seorang utusan raja Bani Ghasssan untuk menceritakan perihal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, setelah orang itu selesai bercerita, lalu Heraclius memerintahkan agar dia diperiksa, apakah dia berkhitan ataukah tidak. Seusai di periksa, ternyata memang dia berkhitam. Lalu di beritahukan orang kepada Heraclius. Heraclius bertanya kepada orang tersebut tentang orang-orang Arab yang lainnya, di khitankah mereka ataukah tidak?" Dia menjawab; "Orang Arab itu di khitan semuanya." Heraclius berkata; 'inilah raja ummat, sesungguhnya dia telah terlahir." Kemudian heraclisu berkirim surat kepada seorang sahabatnya di Roma yang ilmunya setarf dengan Heraclisu (untuk menceritakan perihal kelahiran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam). Sementara itu, ia meneruskan perjalanannya ke negeri Himsha, tetapi sebelum tiba di Himsha, balasan surat dari sahabatnya itu telah tiba terlebih dahulu. Sahabatnya itu menyetujui pendapat Heraclius bahwa Muhammad telah lahir dan bahwa beliau memang seorang Nabi. Heraclius lalu mengundang para pembesar Roma supaya datang ke tempatnya di Himsha, setelah semuanya hadir dalam majlisnya, Heraclius memerintahkan supaya mengunci semua pintu. Kemudian dia berkata; 'Wahai bangsa rum, maukah anda semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau, akuilah Muhammad sebagai Nabi!." Mendengar ucapan itu, mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan yang demikian, Heraclius jadi putus harapan yang mereka akan beriman (percaya kepada kenabian Muhammad). Lalu di perintahkannya semuanya untuk kembali ke tempatnya masing-masing seraya berkata; "Sesungguhnya saya mengucapkan perkataan saya tadi hanyalah sekedar menguji keteguhan hati anda semua. Kini saya telah melihat keteguhan itu." Lalu mereka sujud di hadapan Heraclius dan mereka senang kepadanya. Demikianlah akhir kisah Heraclius. Telah di riwayatkan oleh Shalih bin Kaisan dan Yunus dan Ma'mar dari Az Zuhri.(HR. Bukhari)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-31229722533868552812013-11-10T22:10:00.003-08:002013-11-10T22:10:33.238-08:00Adab Wudhu<div align="center">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZogO7tzQHXSZq36AZq_HwwL2qV7-Tm6dLerL9E2FvkRlMFHQNJUfUZGZcJxsm5q66AXA3ZvVFYi7WPlaT3AVDaOkIZiAdgS7kv66LK4f0R6KuTntQ4Sy9l4Niowx1O6D73TwTAODpgZDD/s1600/berwudhu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Adab Wudhu" border="0" height="177" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZogO7tzQHXSZq36AZq_HwwL2qV7-Tm6dLerL9E2FvkRlMFHQNJUfUZGZcJxsm5q66AXA3ZvVFYi7WPlaT3AVDaOkIZiAdgS7kv66LK4f0R6KuTntQ4Sy9l4Niowx1O6D73TwTAODpgZDD/s320/berwudhu.jpg" title="Adab Wudhu" width="320" /></a></div>
<br />
<br /></div>
<strong>Memulai dengan Basmalah.</strong><br />
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada shalat bagi yang tidak berwudhu dan tidak ada wudhu bagi yang tidak mengucapkan bismillah” (HR. Abu Dawud)<br />
<strong>Dahulukan yang kanan dalam berwudhu.</strong><br />
Ummu 'Athiyyah radhiallahu 'anha bahwa Nabi saw bersabda kepada kaum wanita dalam memandikan puterinya yakni Zainab - atau Ummu Kultsum di waktu wafatnya - radhiallahu 'anha, "Dahulukanlah olehmu semua anggota-anggotanya yang bagian kanan serta tempat-tempat berwudhu' daripada tubuhnya itu." (Muttafaq 'alaih)<br />
<strong>Berwudhu dengan kaifiyat yang benar.</strong><br />
Humran, budak Usman bin Affan, berkata bahwa dia melihat Usman bin Affan suatu kali mengambil air kemudian dia siramkan pada kedua tanganna tiga kali. Sesudaih itu dia memasukkan tangan kanannya ke tempat air tadi kemudian berkumur dan beristinsyak (memasukkan air ke dalam hidung). Dia mengusap wajahnya tiga kali dan menyiram kedua tangannya sampai siku tiga kali. Setelah selesai dia berkata, “Ku lihat Nabi saw berwudhu seperti wudhuku ini dan bersabda, “Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku ini lalu mendirikan shalat dua rakaat dengan khusyu’ maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari)<br />
<strong>Membasuh sela-sela jari tangan dan istinsyaq.</strong><br />
Laqith bin Sabrah berkata, “Aku lalu bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku perihal wudhu”. Beliau menjawab, “Sempurnakanlah wudhu dan masukkanlah jari dalam jari jemari dan lebihkanlah air saat memasukkannya ke dalam hidung, kecuali jika kamu sedang berpuasa” (HR. Abu Dawud)<br />
<strong>Membasuh jenggot.</strong><br />
Anas berkata, “Rasulullah saw jika berwudhu beliau mengambil air sebanyak telapak tangan lalu memasukkanya pada jenggotnya dan bersabda, “Beginilah Tuhanku memerintahkanku” (HR. Abu Dawud)<br />
<strong>Membasuh sela-sela jari kaki.</strong><br />
Mustawrid bin Syaddad berkata, “Ku lihat Rasulullah saw jika berwudhu memasukkan jari kelingkingnya pada sela-sela jari-jari kakinya” (HR. Abu Dawud)<br />
<strong>Menyempurnakan wudhu.</strong><br />
Anas bin Malik berkata bahwa ada seorang pria menemui Nabi saw Dia sudah berwudhu tetapi meninggalkan tempat selebar kuku pada telapak kakinya. Rasulullah saw lalu bersabda padanya, “Kembalilah dan sempurnakanlah wudhumu” (HR. Muslim)<br />
<strong>Memperpanjang anggota wudhu.</strong><br />
Abu Hurairah, berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya ummatku itu akan dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya wajahnya dan amat putih bersih tubuhnya sebab bekas-bekasnya berwudhu'. Maka itu, barangsiapa yang dapat di antara engkau semua hendak memperpanjang - yakni menambahkan - bercahayanya, maka baiklah ia melakukannya -dengan menyempurnakan berwudhu' itu sesempurna mungkin." (Muttafaq 'alaih)<br />
<strong>Berdoa setelah wudhu.</strong><br />
Umar bin al-Khaththab Nabi saw,sabdanya, "Tiada seorangpun engkau semua yang berwudhu' lalu ia menyampaikan yakni menyempurnakan wudhu'nya, kemudian mengucapkan, Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarika lah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh, melainkan di-bukakanlah untuknya pintu syurga yang delapan buah banyaknya. la diperbolehkan masuk pintu manapun juga yang dikehendaki olehnya." (HR. Muslim)<br />
<strong>Menjaga Wudhu meskipun dalam kesukaran.</strong><br />
Abu Hurairah berkata, "Rasulullah saw bersabda, "Sukakah engkau semua aku tunjukkan pada sesuatu amalan yang dengannya itu Allah akan menghapuskan segala macam kesalahan serta mengangkat pula dengannya tadi sampai beberapa derajat?" Para sahabat menjawab; "Baik, ya Rasulullah." Beliau saw bersabda, "Yaitu menyempurnakan wudhu' sekalipun menghadapi kesukaran-kesukaran banyaknya, melangkahkan kaki untuk pergi ke masjid serta menantikan shalat setelah selesai shalat yang satunya. Yang sedemikian itulah yang dinamakan perjuangan." (HR. Muslim)<br />
<strong>Berwudhu di setiap akan shalat.</strong><br />
Abu Asad bin Amr berkata, “Aku bertanya kepada Anas mengenai wudhu. Dia menjawab, “Nabi saw berwudhu pada setiap shalat dan kami melaksanakan beberapa shalat dengan sekali wudhu” (HR. Abu Dawud)<br />
<strong>Berwudhu setelah buang air.</strong><br />
Hakam bin Sufyan Ats Tsaqafi berkata, “Rasulullah saw jika buang air kecil, beliau lanjutkan berwudhu dan memerciki (kemaluannya)” (HR. Abu Dawud)<br />
<strong>Berwudhu jika mengeluarkan madzi.</strong><br />
Ali bin Abi Thalib berkata, “Aku adalah seorang pria yang suka mengeluarkan madzi. Aku selalu mandi karenanya sampai hancur punggungku (lelah). Aku lalu menanyakan hal tersebut pada Nabi saw. Beliau menjawab, “Jangan lakukan itu. Jika engkau melihat madzi bersihkanlah kemaluanmu lalu berwudhulah seperti wudhu untuk shalat. Tetapi jika engkau meliaht air mani maka mandilah” (HR. Abu Dawud)<br />
<strong>Berwudhu sebelum menuju masjid.</strong><br />
Usman bin Affan ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang berwudhu dan menyempurnakannya lalu berangkat menuju ke masjid kemudian melaksanakan shalat bersama imam akan diampuni dosanya” (HR. Ibnu Khuzaimah)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-87741317779020330882013-11-09T22:47:00.002-08:002013-11-09T22:47:19.015-08:00Adab Kepada Rasulullah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfSC_B88CJlCQufW1cayDuqpISVbdBLA-kZtzLrzxZLUkVVfg0aSZIBq7QeKKCJRkcdtc2rCJlgvSa2i2PLrSyiB11EOZXaxoq-9J-dD2B0knphwb7TNgfu0YCqFFrv_PF2N7JsPAyXITo/s320/m003-690x414.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Adab Kepada Rasulullah" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfSC_B88CJlCQufW1cayDuqpISVbdBLA-kZtzLrzxZLUkVVfg0aSZIBq7QeKKCJRkcdtc2rCJlgvSa2i2PLrSyiB11EOZXaxoq-9J-dD2B0knphwb7TNgfu0YCqFFrv_PF2N7JsPAyXITo/s320/m003-690x414.jpg" title="Adab Kepada Rasulullah" /></a></div>
<h2>
<br /></h2>
<h2>
<strong>Mengikuti sunnah Rasulullah.</strong></h2>
<span style="background-color: #c7ab74;"></span><br />
Dari'Abis bin Rabi'ah, berkata, "Aku melihat Umar bin Alkhaththab mencium batu hitam - hajar aswad -dan ia berkata, "Aku mengetahui bahwa engkau itu adalah batu, engkau tidak dapat memberikan kemanfaatan dan tidak pula dapat membahayakan. Andaikata aku tidak melihat Rasulullah saw sendiri menciummu, pastilah aku juga tidak suka menciummu." (Muttafaq 'alaih)<br />
“Barang siapa mencontohkan dalam Islam sunnah yang baik, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkan setelahnya. Barang siapa yang mencontohkan sunnah yang buruk, maka ia akan menanggung dosanya dan dosa orang yang mengamalkan setelahnya tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka.” (HR. Muslim)<br />
<br />
<h3>
<strong>Mengikuti Perintah Rasulullah. </strong> </h3>
Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda, "Tinggalkanlah apa yang aku tinggalkan untukmu semua -maksudnya, Jangan ditanyakan apa yang tidak aku terangkan kepadamu semua, karena hanyasanya yang menyebabkan kerusakan orang-orang - ummat - yang sebelumnya itu ialah sebab banyaknya mereka bertanya-tanya - yang tidak berfaedah - lagi pula mereka suka menyalahi kepada Nabi-nabi mereka. Oleh sebab itu jikalau aku melarang padamu akan sesuatu hal, maka jauhilah itu dan jikalau aku memerintah padamu semua akan sesuatu perkara, maka lakukanlah itu sekuat usahamu." (Muttafaq 'alaih)<br />
<br />
<h3>
<strong>Menghindari bid’ah.</strong></h3>
Aisyah radhiallahu 'anha, berkata, "Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang mengada-adakan dalam perkara - agama -kita ini akan sesuatu yang semestinya tidak termasuk dalam agama itu, maka hal itu wajib ditolak."(Muttafaq'alaih)<br />
<br />
<h3>
<strong>Mengimani bahwa Beliau adalah hamba dan Rasul-Nya.</strong></h3>
Pernyataan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hamba menghendaki kita untuk tidak bersikap ifrath (berlebihan) terhadap Beliau; tidak seperti orang-orang Nasrani yang berlebihan terhadap nabi mereka sampai menuhankannya. Dan pernyataan bahwa Beliau sebagai Rasul menghendaki kita untuk tidak bersikap tafrith (meremehkan) Beliau, karena Beliau adala utusan Allah.<br />
“Demi Allah yang jiwa Muhammad di Tangan-Nya, tidak ada seorang pun yang mendengar tentang diriku dari umat ini; baik orang Yahudi maupun Nasrani, lalu ia meninggal dalam keadaan tidak beriman kepada yang aku bawa kecuali ia pasti termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim)<br />
<br />
<h3>
<strong>Mencintainya di atas kecintaan kepada diri sendiri, anak, ayah, dan manusia seluruhnya.</strong></h3>
"Tidak (sempurna) iman salah seorang di antara kalian, sampai aku lebih dicintainya daripada ayahnya, anaknya, dan manusia semuanya." (HR. Bukhari dan Muslim)<br />
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam, bahwa Umar bin Khaththab pernah berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu selain diriku," maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak, demi Allah yang diriku di Tangan-Nya, bahkan sampai aku lebih dicintai olehmu daripada dirimu." Umar berkata, "Sekarang, demi Allah. Engkau lebih aku cintai daripada diriku." (HR. Bukhari) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bersabda, "Sekarang (sempurna imanmu), wahai Umar."<br />
<br />
<h3>
<strong>Mengedepan perkataan Beliau di atas semua perkataan manusia.</strong></h3>
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata, "Hampir saja kalian ditimpa hujan batu dari langit. Aku mengatakan, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda," tetapi kalian mengatakan, "Abu Bakar dan Umar berkata."<br />
Imam Abu Hanifah pernah berkata,<br />
"Jika aku mengatakan sebuah perkataan yang menyelisihi kitab Allah Ta'ala dan berita dari Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku."<br />
Imam malik pernah berkata,<br />
"Tidak ada seorang pun setelah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melainkan pendapatnya boleh diambil dan ditinggalkan selain Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam."<br />
Imam Syafi'i pernah berkata,<br />
"Kaum muslim sepakat, bahwa barang siapa yang telah jelas baginya sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya meninggalkannya karena pendapat seseorang."<br />
Imam Ahmad pernah berkata,<br />
"Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka dia berada di tepi jurang kebinasaan."<br />
<br />
<h3>
<strong>Menjadikan Beliau sebagai hakim terhadap semua masalah yang diperselisihkan.</strong></h3>
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS. An Nisaa': 65)<br />
<br />
<h3>
<strong>Bershalawat dan salam kepadanya.</strong></h3>
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,<br />
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al Ahzaab: 56)<br />
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,<br />
"Orang yang bakhil (pelit) adalah orang yang ketika disebut namaku di dekatnya, namun tidak mau bershalawat kepadaku." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Hibban, dan Hakim, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 2878).<br />
<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-36601460985129416812013-11-09T01:00:00.000-08:002013-11-09T01:00:29.056-08:00Rasulullah Cinta Al-Quran<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-R8Jvkr3NkVI/UeMha_2bi8I/AAAAAAAAD9Q/Mf26zt-cjmg/s1600/Download+Gratis+MP3+Audio+Al-Quran+Full_lagu_agunkzscreamo.blogspot.com_download.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Rasulullah Cinta Al-Quran" border="0" height="231" src="http://2.bp.blogspot.com/-R8Jvkr3NkVI/UeMha_2bi8I/AAAAAAAAD9Q/Mf26zt-cjmg/s320/Download+Gratis+MP3+Audio+Al-Quran+Full_lagu_agunkzscreamo.blogspot.com_download.jpg" title="Rasulullah Cinta Al-Quran" width="320" /></a></div>
<h2>
<br /></h2>
<h2>
Rasulullah dan Al-Quran</h2>
<h3>
Cara Turunnya Wahyu</h3>
<br />Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya dari Aisyah Ibu Kaum Mu'minin, bahwa Al Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:"Wahai Rasulullah, bagaimana caranya wahyu turun kepada engkau?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Terkadang datang kepadaku seperti suara gemerincing lonceng dan cara ini yang paling berat buatku, lalu terhenti sehingga aku dapat mengerti apa yang disampaikan. Dan terkadang datang Malaikat menyerupai seorang laki-laki lalu berbicara kepadaku maka aku ikuti apa yang diucapkannya". Aisyah berkata: "Sungguh aku pernah melihat turunnya wahyu kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari yang sangat dingin lalu terhenti, dan aku lihat dahi Beliau mengucurkan keringat." (HR. Bukhari)<br /><br /><h3>
Cara Nabi Menerima Wahyu</h3>
<br />Sebelum beranjak ke penjelasan detail mengenai kehidupan di bawah naungan risalah dan nubuwwah, kami melihat perlu kita mengetahui urutan kronologi turunnya wahyu yang merupakan sumber risalah dan tinta dakwah. Ibnu al-Qayyim berkata, ketika menyinggung urutan kronologi turunnya wahyu tersebut:<br /><br />Pertama, berupa ar-Ru’ya ash-Shaadiqah (mimpi yang benar); ini merupakan permulaan turunnya wahyu kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam.<br /><br />Kedua, berupa sesuatu yang ditimbulkan oleh malaikat terhadap rau’ (hati yang ketakutan, akal) dan hatinya tanpa dapat melihatnya; hal ini sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam : “Sesungguhnya Ruhul Qudus (malaikat Jibril ‘alaihissalam) menghembuskan ke dalam hatiku (yang diliputi ketakutan) bahwasanya jiwa tidak akan mati hingga disempurnakan rizki baginya. Oleh karena itu, bertakwalah kalian kepada Allah, berindah-indahlah dalam meminta serta janganlah keterlambatan rizki atas kalian mendorong kalian untuk memintanya dengan cara melakukan perbuatan maksiat kepadaNya, karena sesungguhnya apa yang ada disisi Allah tidak akan didapat kecuali dengan berbuat ta’at kepadaNya”.<br /><br />Ketiga, berupa malaikat yang berwujud seorang laki-laki; lantas dia mengajak beliau berbicara hingga mengingat dengan jelas apa yang dikatakan kepadanya. Dalam urutan ini, terkadang para shahabat melihat malaikat tersebut.<br /><br />Keempat, berupa bunyi gemerincing lonceng yang datang kepada beliau; peristiwa ini merupakan pengalaman yang paling berat bagi beliau dimana malaikat memakai cara ini hingga membuat keningnya mengerut bersimbah peluh. Ini terjadi di hari yang amat dingin. Demikian pula, mengakibatkan onta beliau duduk bersimpuh ke bumi bila beliau menungganginya. Dan pernah juga wahyu datang seperti kondisi tersebut dan saat itu paha beliau ditaruh diatas paha Zaid bin Tsabit yang seketika dirasakan olehnya (Zaid) demikian berat sehingga hampir saja remuk.<br /><br />Kelima, berupa malaikat dalam bentuk aslinya yang dilihat langsung oleh beliau, lalu diwahyukan kepada beliau beberapa wahyu yang dikehendaki oleh Allah; peristiwa seperti ini dialami oleh beliau sebanyak dua kali sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam surat an-Najm.<br /><br />Keenam, berupa wahyu yang diwahyukan kepada beliau; yaitu saat beliau berada diatas lelangit pada malam mi’raj , diantaranya ketika diwajibkannya shalat dan lainnya.<br /><br />Ketujuh, berupa Kalamullah kepada beliau (dariNya kepadanya) tanpa perantaraan malaikat sebagaimana Allah berbicara kepada Musa bin ‘Imran; peristiwa seperti ini terjadi dan diabadikan secara qath’i berdasarkan nash al-Qur’an. Sedangkan terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam terjadi dalam hadits yang berbicara tentang Isra’ .<br /><br />Sebagian para ulama menambah urutannya menjadi delapan, yaitu; Allah berbicara kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam secara langsung tanpa hijab; ini merupakan permasalahan yang diperdebatkan oleh ulama Salaf dan Khalaf. Demikian, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu al-Qayyim dengan sedikit diringkas dalam penjelasan tentang urutan pertama dan kedelapan. Pendapat yang benar, bahwa urutan terakhir ini (kedelapan) tidak tsabit (valid dan dipercaya keabsahan riwayatnya-red). (Sirah Al Mubarakfury)<br /><br /><h2>
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Cinta Al Qur'an</h2>
<h3>
Kecintaan kepada wahyu</h3>
Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Ketika turun ayat Al Qur'an, 'Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu hingga ayat yang berbunyi, 'Dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah.' hal itu memang ada hubungannya dengan Hudaibiyah. Semula mereka merasa sedih dan gelisah tetapi Rasulullah sempat menyembelih hewan kurban di situ. Setelah itu beliau bersabda, 'Sesungguhnya ada satu ayat yang diturunkan Allah kepadaku yang lebih aku sukai daripada seluruh isi dunia." (HR. Muslim)<br /><br /><h3>
Rasulullah Sedih karena Wahyu Terputus</h3>
Dalam kitab At Ta’bir, imam Bukhari meriwayatkan,”Berdasarkan informasi yang sampai kepada kami, wahyu pun mengalami masa vakum sehingga membuat Nabi sedih dan berulang kali berlari kencang agar dapat terjerembab dari puncak-puncak gunung, namun setiap beliau mencapai puncak gunung untuk mencampakkan dirinya, malaikat Jibril menampakkan wujudnya seraya berkata, ‘Wahai Muhammad! Sesungguhnya engkau adalah benar-benar utusan Allah!’ Spirit ini dapat menenangkan dan menstabilkan kembali jiwa beliau, lalu beliau pulang. Namun manakala masa vakum itu masih terus berlanjut beliau pun mengulangi tindakan sebagaimana sebelumnya; dan ketika dia mencapai puncak gunung, malaikat Jibril kembali menampakkan wujudnya dan berkata kepadanya seperti sebelumnya.” (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri)<br /><br />Dari Al Aswad bin Qais bahwasanya ia berkata, "Saya pernah mendengar Jundab bin Sufyan RA berkata, 'Suatu ketika Rasululllah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sakit sehingga beliau tidak bangun untuk melaksanakan shalat Tahajjud selama dua atau tiga malam. Lalu seorang wanita datang mengunjungi beliau seraya berkata, 'Hai Muhammad, saya benar-benar berharap agar syetanmu meninggalkanmu yang sejak dua atau tiga malam saya tidak melihatnya di dekatmu." Al Aswad berkata, "Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ayat Al Qur'an: Demi waktu Dhuha dan demi waktu malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tidaklah meninggalkanmu dan tidak pula membencimu. (Qs. Adh-Dhuhaa(93): 1-3) (HR. Muslim)<br /><br />Ibnu Abu Umar menceritakan kepada kami, Sufyan bin Uyaynah menceritakan kepada kami dan Al Aswad bin Qais, dari Jundab Al Bajali, ia berkata: Aku pemah bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam sebuah goa, kemudian jari tangan beliau berdarah. Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam kemudian bersabda, "Apakah engkau hanya sebuah jari yang (hanya dapat) berdarah, sedang terhadap jalan Allah engkau tidak (dapat) menemukan?" Malaikat Jibril —alaihi salam— kemudian terlambat datang, sehingga orang-orang musyrik berkata, "Sesungguhnya Muhammad telah ditinggalkan." Allah —Ta'ala— kemudian menurunkan (ayat): 'Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.' (Qs. Adh-Dhuhaa [93]: 3) (HR. Bukhari dan Muslim)<br /><br /><h3>
Membaca Al Qur’an Hingga Selesai</h3>
<br />Dari Aus bin Hudzaifah dia berkata,”Kami menemui Rasulullah dalam rombongan utusan bani Tsaqif. Kami menginap di tempat Al Mughirah bin syu’bah sedang Nabi berada di kemah beliau di Bani Malik. Setiap malam beliau menemui kami selepas isya dan berbicara dengan kami sambil berdiri, sampai kaki beliau kecapaian karena lamanya berdiri. Beliau banyak bercerita tentang apa yang beliau alami karena ulah kaumnya Quraisy. Kemudian beliau bersabda,”Namun aku tidak putus asa. Memang kami dulu lemah dan kalah selagi di Mekah. Lalu setelah kami pergi ke Madinah, maka di antara kami berkobar peperangan. Kadang kami mengalahkan mereka dan kadang mereka mengalahkan kami.”Suatu malam beliau terlambat dari waktu biasanya dalam menemui kami. Setelah beliau datang dan kami bertanya,”Ada apa engkau terlambat menemui kami?” Beliau menjawab,”tadi aku membaca 2 juz Al Qur’an. Sementara aku tidak ingin menemui kalian sebelum aku menyelesaikannya” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)<br /><br /><h3>
Membaca Surat Al Fath Berulang</h3>
<br />Bukhari meriwayatkan dari Mu‘awiya bin Qurah ra, ia berkata :“Aku pernah mendengar Abdullah bin Mughaffal berkata : Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pada waktu fat-hu Makkah berada di atas untanya, seraya membaca surat Al-Fath berulang-ulang dengan bacaan yang merdu sekali. Sabda beliau : Seandainya orang-orang tidak berkerumun di sekitarku niscaya aku akan membacanya berulang-ulang. (Siroh Al Buthy)<br /><br /><h3>
Mendengarkan Al Qur’an</h3>
<br />Dari Anas bin Malik, dia berkata,”Abu Musa Al Asy’ary biasa duduk di rumahnya lalu banyak orang yang datang dan berkumpul di sekelilingnya. Setelah itu dia membacakan Al Qur’an kepada mereka.Ada seseorang yang menemui Rasulullah seraya berkata,”Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak takjub terhadap Abu Musa yang duduk di rumahnya dan orang-orang duduk di sekelilingnya, lalu dia membacaka Al Qur’an kepada mereka?” “Apakah engkau bisa menyusupkan aku ke tengah mereka tanpa diketahui seorang pun?” tanya beliau. “Bisa,” jawab orang itu. Maka beliau pergi dan bergabung bersama mereka, tanpa diketahui seorangpun. Beliau mendengar bacaan Abu Musa dengan seksama, lalu bersabda,”Dia membacakan menurut salah satu kitab Zabur pengikut Daud.” (HR. Abu Ya’la) <br /><br /><h3>
Menangis Mendengar Al Qur’an</h3>
Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan; suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al-Qur’an kepada anda sementara al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka beliau berkata, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata.” (HR. Bukhari [4763] dan Muslim [800]).<br /><br /><h3>
Mendoakan Pembaca Al Qur’an</h3>
<br />Dari Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendengar seseorang membaca suatu surat di malam hari, maka beliau pun bersabda: "Semoga Allah merahmati si Fulan, sungguh, ia telah mengingatkanku ayat ini dan ini aku telah dilupakan dari surat ini dan ini." (HR. Bukhari)<br /><br /><h3>
Mendahulukan Jenazah Penghafal Qur’an</h3>
Selang sekian lama pertempuran di antara kedua belah pihak pun mulai mereda, dan berakhir. Kaum Musyrikin mulai meninggalkan medan pertempuran dengan rasa bangga atas kemenangan yang diraihnya. Sementara itu kaum Muslimin terkejut melihat para sahabat yang berguguran di antaranya Hamzah bin Abdul Muttalib, Al Yaman, Anas bin Nadhar, Mush‘ab bin Umair dan lainnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sendiri sangat berduka cita atas kematian pamannya, Hamzah bin Abdul Muttalib, apalagi setelah melihat mayatnya yang dibedah perutnya dan diiris hidung serta telinganya oleh musuh. Selanjutnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menguburkan mayat-mayat itu dua-dua dalam satu kain lalu bertanya :“Siapakah yang paling banyak hafal al-Quran ?“ Setelah diberitahukan lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memasukkannya lebih dahulu ke liang lahat. Sesudah itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam besabda :“Aku menjadi saksi bagi mereka pada Hari Kiamat.“ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan agar mereka dikuburkan berikut pakaian dan darah mereka apa adanya, dengan tidak perlu dimandikan dan dishalatkan. (Siroh Al Buthy)<br /><br /><h2>
Cara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Membaca Al-Quran</h2>
<h3>
Membaca Qur’an dengan tartil</h3>
Qatadah ia berkata; Aku pernah bertanya kepada Anas bin Malikmengenai bacaan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka ia pun menjawab, "Bacaan beliau adalah memanjangkan sehingga bisa dibaca." (HR. Bukhari)<br /><br /><h3>
Membaca Al Qur’an Dengan Suara Pertengahan</h3>
Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma mengenai firman Allah: "dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya…, " (Al Israa: 110). Ibnu Abbas berkata; ayat ini turun ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sembunyi-sembunyi di Makkah. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bila mengimami shalat para sahabatnya, beliau mengeraskannya saat membaca al Qur`an. Tatkala orang-orang musyrik mendengarkan hal itu, mereka mencela al Qur`an, mencela yang menurunkannya dan yang membawakannya. Maka Allah Azza Wa Jalla berfirman kepada NabiNya: (Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu) maksudnya adalah dalam bacaanmu sehingga orang-orang musyrik mendengarnya dan mereka mencela al Qu`ran dan: Dan janganlah pula merendahkannya dari para sahabatmu sehingga mereka tidak dapat mendengarkan dan mengambil Al Qu`ran darimu dan: Maka carilah jalan tengah di antara kedua itu. (HR. Bukhari)<br /><h3>
Membacakan Ayat Untuk Orang Lain</h3>
Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah bersabda kepada Ubay bin Ka'ab,'Hai Ubay, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkanku untuk membacakan surah Al Bayyinah kepadamu.' Ubay bertanya, "Apakah Allah telah menyebutkan nama saya kepada engkau ya Rasulullah?" Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab, "Ya." Anas berkata, "Lalu Ubay langsung menangis." (HR. Muslim)<br /><h3>
Membaca Al Qur’an Di Pangkuan Istri Yang Haidh</h3>
'Aisyah menceritakan kepadanya,"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyandarkan badannya di pangkuanku membaca Al Qur'an, padahal saat itu aku sedang haid." (HR. Bukhari)<br /><h3>
Mempelajari Al Qur’an Dengan Istri</h3>
Dari Aisyah, katanya: Saya berkata, "Wahai Rasulullah, saya tahu ayat yang paling menyenangkan dalam Al Qur'an," beliau menjawab, "Ayat apa itu hai Aisyah? " Aisyah berkata, "Yaitu Firman Allah SWT, "Siapa yang melakukan kejahatan maka ia akan dibalasnya" (Qs. An-Nisaa [4]: 123) Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, "Wahai Aisyah, tidakkah kamu tahu bahwa seorang mukmin kadang ditimpa bencana atau penderitaan sehingga ia melakukan perbuatan yang buruk. Siapa yang pemeriksaan amalnya lama, maka ia telah disiksa. "(HR. Abu Daud)<br /><h3>
Meningkatkan Membaca Al Qur'an Di Bulan Ramadhan</h3>
Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata:"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebaikan. Dan kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadhan ketika Jibril alaihissalam datang menemui Beliau. Dan Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur'an) hingga Al Qur'an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Apabila Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau, maka Beliau adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus". (HR. Bukhari)<br /><h3>
Menghafal Al Qur’an Dengan Tenang</h3>
Dari Ibnu 'Abbas tentang firman Allah Ta'ala: (Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat ingin (menguasainya)." Berkata Ibnu 'Abbas: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat kuat keinginannya untuk menghafalkan apa yang diturunkan (Al Qur'an) dan menggerak-gerakkan kedua bibir Beliau." Berkata Ibnu 'Abbas: "aku akan menggerakkan kedua bibirku (untuk membacakannya) kepada kalian sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukannya kepadaku". Berkata Sa'id: "Dan aku akan menggerakkan kedua bibirku (untuk membacakannya) kepada kalian sebagaimana aku melihat Ibnu 'Abbas melakukannya. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menggerakkan kedua bibirnya, Kemudian turunlah firman Allah Ta'ala: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya". Maksudnya Allah mengumpulkannya di dalam dadamu (untuk dihafalkan) dan kemudian kamu membacanya: "Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu". Maksudnya: "Dengarkanlah dan diamlah". Kemudian Allah Ta'ala berfirman: "Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. Maksudnya: "Dan Kewajiban Kamilah untuk membacakannya" Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sejak saat itu bila Jibril 'Alaihis Salam datang kepadanya, Beliau mendengarkannya. Dan bila Jibril 'Alaihis Salam sudah pergi, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membacakannya (kepada para sahabat) sebagaimana Jibril 'Alaihis Salam membacakannya kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam (HR. Bukhari)<br /><br /><h2>
Sikap Kafir Quraisy Terhadap Al Qur'an</h2>
<h3>
Orang Kafir Menghalangi orang agar tidak dapat mendengarkan al-Qur’an</h3>
Disebutkan bahwa an-Nadhar bin al-Harits pergi ke Hirah. Disana dia belajar cerita-cerita tentang raja-raja Persia, cerita-cerita tentang Rustum dan Asvandiar. Jika Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sedang duduk-duduk di suatu majlis dalam rangka berwasiat kepada Allah dan mengingatkan manusia akan pembalasan-Nya, maka seusai beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam melakukan hal itu; an-Nadhar berbicara kepada orang-orang sembari berkata: “Demi Allah! ucapan Muhammad tersebut tidaklah lebih baik dari ucapanku ini”. Kemudian dia mengisahkan kepada mereka tentang cerita raja-raja Persia, Rustum dan Asvandiar. Setelah itu, dia berceloteh: “Kalau begitu, bagaimana bisa ucapan Muhammad lebih bagus dari ucapanku ini?”.<br /><br />Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas disebutkan bahwa an-Nadhar membeli seorang budak perempuan. Maka, setiap dia mendengarkan ada seseorang yang tertarik terhadap Islam, dia segera menggandengnya menuju budak perempuannya tersebut, lalu berkata (kepada budak perempuannya): “beri dia makan, minum dan penuhi kebutuhannya. Ini adalah lebih baik dari apa yang diajak oleh Muhammad kepadamu”. Maka turunlah ayat mengenai dirinya, Allah berfirman: “Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah…”. (Q.S.31/Luqman: 6).<br /><h3>
Pengakuan Gembong Kafir Tentang Al Qur’an</h3>
Abu Sufyan b. Harb, Abu Jahl b. Hisyam dan al-Akhnas b. Syariq malam itu pergi ingin mendengarkan Muhammad ketika sedang membaca Qur'an di rumahnya. Mereka masing-masing mengambil tempat sendiri-sendiri untuk mendengarkan, dan tempat satu sama lain tidak saling diketahui. Muhammad yang biasa bangun tengah malam, malam itu juga ia sedang membaca Qur'an dengan tenang dan damai. Dengan suaranya yang sedap itu ayat-ayat suci bergema ke dalam telinga dan kalbu.<br /><br />Tetapi sesudah fajar tiba, mereka yang mendengarkan itu terpencar pulang ke rumah masing-masing. Di tengah jalan, ketika mereka bertemu, masing-masing mau saling menyalahkan: Jangan terulang lagi. Kalau kita dilihat oleh orang-orang yang masih bodoh, ini akan melemahkan kedudukan kita dan mereka akan berpihak kepada Muhammad.<br /><br />Tetapi pada malam kedua, masing-masing mereka membawa perasaan yang sama seperti pada malam kemarin. Tanpa dapat menolak, seolah kakinya membawanya kembali ke tempat yang semalam itu juga, untuk mendengarkan lagi Muhammad membaca Qur'an. Hampir fajar, ketika mereka pulang, bertemu lagi mereka satu sama lain dan saling menyalahkan pula. Tetapi sikap mereka demikian itu tidak mengalangi mereka untuk pergi lagi pada malam ketiga.<br /><br />Setelah kemudian mereka menyadari, bahwa dalam menghadapi dakwah Muhammad itu mereka merasa lemah, berjanjilah mereka untuk tidak saling mengulangi lagi perbuatan mereka demikian itu. Apa yang sudah mereka dengar dari Muhammad itu, dalam jiwa mereka tertanam suatu kesan, sehingga mereka satu sama lain saling menanyakan pendapat mengenai yang sudah mereka dengar itu. Dalam hati mereka timbul rasa takut. Mereka kuatir akan jadi lemah, mengingat masing-masing adalah pemimpin masyarakat, sehingga dikuatirkan masyarakatnyapun akan jadi lemah pula dan menjadi pengikut Muhammad juga. (Siroh Muhammad Husain Haikal)<br /><br />Suatu ketika, tiga orang tokoh Quraisy berkumpul. Masing-masing dari mereka ternyata sudah pernah mendengarkan Al Qur’an secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh dua temannya yang lain, namun kemudian rahasia itu tersingkap. Salah seorang dari mereka bertanya kepada Abu Jahal-yang merupakan salah seorang dari ketiga orang tersebut,”Bagaimana pendapatmu mengenai apa yang engkau dengar dari Muhammad tersebut?”<br /><br />“Apa yang telah aku dengar? Memang, kami telah berselisih dengan Bani Abdi Manaf dalam persoalan derajat sosial, manakala mereka makan, kami pun makan; mereka menanggung sesuatu, kami pun ikut menanggungnya; mereka memberi, kami pun memberi hingga akhirnya kami seaar di atas tunggangan yang sama. Dan ibarat dua orang yang bertarung secara seimbang, tiba-tiba mereka berkata,”Kami memiliki Nabi yang membawa wahyu dari langit!’ Kapan kami mengetahui hal ini? Demi Allah! Kami tidak akan beriman sama sekali kepadanya dan tidak akan membenarkannya.” (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri)<br /><h3>
Al Qur’an Lebih Baik Dari Kata Hikmah</h3>
Suwaid bin'sh-Shamit adalah seorang bangShallallahu ‘alaihi Wasallaman terkemuka di Yathrib. Karena ketabahannya, pengetahuannya, kebangShallallahu ‘alaihi Wasallamanan dan keturunannya, masyarakatnya sendiri menamakannya al-Ramil (yang sempurna). Pada waktu membicarakan ini Suwaid sedang berada di Mekah berziarah. Muhammad lalu menemuinya dan diajaknya ia mengenal Tuhan dan menganut Islam.<br /><br />"Barangkali yang ada padamu itu sama dengan yang ada padaku," kata Suwaid.<br />"Apa yang ada padamu?" tanya Muhammad.<br />"Kata-kata mutiara oleh Luqman."<br />Lalu Muhammad minta supaya hal itu dikemukakan.<br />"Memang itu kata-kata yang baik," kata Muhammad setelah oleh Suwaid dikemukakan. "Tapi yang ada padaku lebih utama tentunya, yaitu Qur'an sebagai bimbingan dan cahaya."<br />Lalu dibacakannya ayat-ayat Qur'an itu kepadanya disertai ajakan agar ia sudi menerima Islam. Gembira sekali Suwaid mendengar ini.<br />"Memang baik sekali ini," katanya. Lalu ia pergi hendak memikirkan hal tersebut. Ada sementara orang yang berkata ketika ia dibunuh oleh Khazraj, bahwa ia mati sebagai Muslim.<br /><br />Peristiwa Suwaid b. Shamit ini bukan contoh satu-satunya yang menunjukkan adanya pengaruh Yahudi dan Arab di Yathrib yang bertetangga itu, dari segi rohani. (Siroh Muhammad Husain Haikal)<br /><br />Kenapa Al Qur’an Tidak Diturunkan Kepada Kami?<br /><br />Atau seperti kata al-Walid bin'l-Mughira: "Wahyu didatangkan kepada Muhammad, bukan kepadaku, padahal aku kepala dan pemimpin Quraisy. Juga tidak kepada Abu Mas'ud 'Amr b. 'Umair ath-Thaqafi sebagai pemimpin Thaqif. Kami adalah pembesar-pembesar dua kota."<br /><br />Untuk itulah firman Tuhan memberi isyarat: "Dan mereka berkata: 'Kenapa Qur'an ini tidak diturunkan kepada orang besar dari dua kota itu?' Adakah mereka membagi-bagikan kurnia Tuhanmu? Kamilah yang membagikan penghidupan mereka itu, dalam hidup dunia ini." (Qur'an 43: 13-32) (Siroh Muhammad Husain Haikal)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-91212505936132785342013-11-07T22:50:00.002-08:002013-11-07T22:50:47.893-08:00Ibadah Rasulullah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6d-FdOZMG03yfGdcSjq6e0Rhr1Eatt44DLqT94fr03GS7GURWqNB0J7cV4Yc5MQ_TMDLE1tyAMp64AhZHlFjWWKWX1S-U_2lbjzD8tfAsXfI1DXtW396KBYiTYn0ehgtVuhwt6qDXnM-7/s1600/Nabi+Muhammad+SAW.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Ibadah Rasulullah" border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6d-FdOZMG03yfGdcSjq6e0Rhr1Eatt44DLqT94fr03GS7GURWqNB0J7cV4Yc5MQ_TMDLE1tyAMp64AhZHlFjWWKWX1S-U_2lbjzD8tfAsXfI1DXtW396KBYiTYn0ehgtVuhwt6qDXnM-7/s200/Nabi+Muhammad+SAW.jpg" title="Ibadah Rasulullah" width="200" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ibadah Rasul</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Sa'ad bin Hisyambahwa dia pernah berjumpa dengan lbnu Abbas, dia bertanya kepadanya tentang shalat witir. Lalu ia menjawab; "Maukah kamu aku beri tahu penghuni bumi yang paling mengetahui tentang shalat witir Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam?" Dia menjawab; "Ya, mau." lbnu Abbas berkata; "Dia adalahAisyah. Datangi dan tanyakanlah hal itu kepadanya, dan kembalilah kepadaku untuk memberitahukan jawabannya kepadaku." Kemudian dia (Hisyam) datang kepada Hakim bin Aflah untuk meminta menemaninya datang kepada Aisyah. Lalu ia menjawab, 'Aku bukan tak mau mendekatinya. Aku pernah melarangnya untuk berbicara sesuatu tentang dua kelompok yang bertengkar, namun ia menolaknya, ia terus saja melakukan!" Lalu ia (Hisyam) bersumpah kepadanya, dan akhirnya dia mau datang kepada Aisyah bersamanya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu ia masuk ke tempat Aisyah. Kemudian Aisyah bertanya kepada Hakim, "Siapa yang bersamamu?" la menjawab; "Sa'ad bin Hisyam." la bertanya lagi, " Hisyam yang mana?" la menjawab; "Anaknya Amir." Lalu ia mendoakan baginya dan berkata, "Sebaik-baik lelaki adalah`Amir!" </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Hakim bertanya, "Wahai Ummul Mukminin, kabarkanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam?" Aisyah menjawab, "Bukankah kamu membaca Al Qur'an?" Hakim menjawab, "Ya." Aisyah lalu berkata, "Akhlak Nabi Allah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam adalah Al Qur'an." Aku ingin berdiri (pamit pulang), namun timbul keinginan untuk mengetahui cara Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam melakukan shalat malam, maka ia bertanya lagi, "Wahai Ummul Mukminin! Kabarkanlah kepadaku tentang shalat malam Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam?" Aisyah menjawab; "Bukankah kamu membaca surah Al Muzammil?" Hakim menjawab, "Ya." Aisyah berkata; "Allah Azza wa Jalla mewajibkan shalat malam pada permulaan surah ini, lalu Rasulullah bersama para sahabatnya menegakkan shalat malam dengan sekuat tenaga sampai telapak kaki mereka membengkak. Kemudian Allah Azza wa Jalla menahannya -yang ujungnya dua belas bulan- lalu menurunkan keringanannya pada akhir surah ini (Al Muzammil), sehingga shalat malam yang semula hukumnya wajib menjadi sunnah." </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku ingin berdiri, namun aku juga ingin mengetahui shalat witir Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam, maka aku bertanya; "Wahai Ummul Mukminin! Kabarkanlah kepadaku tentang shalat witir Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam?" Aisyah menerangkan, "Kami mempersiapkan siwak dan air wudlunya, lalu Allah Azza wa Jalla membangunkannya sekehendakNya pada malam hari, kemudian beliau bersiwak dan berwudlu lalu mengerjakan shalat delapan rakaat tanpa ada duduk, kecuali pada rakaat kedelapan. Beliau berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla dan berdoa kepada-Nya, lalu mengucapkan salam dengan salam yang terdengar oleh kami. Kemudian beliau shalat dua rakaat sambil duduk- setelah salam, dan shalat lagi satu rakaat, sehingga berjumlah sebelas rakaat. Wahai anakku, setelah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam mencapai umur senja dan mulai gemuk, beliau mengerjakan witir tujuh rakaat, lalu shalat dua rakaat sambil duduk setelah salam, sehingga semuanya menjadi sembilan rakaat. Wahai anakku, bila Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam mengerjakan suatu shalat, maka beliau senang untuk melakukannya secara terus-menerus. Bila beliau berhalangan untuk shalat malam karena ketiduran atau sakit, maka beliau mengerjakan shalat dua belas rakaat pada siang harinya. Aku tidak mengetahui bahwa Nabi Allah pernah membaca Al Qur'an seluruhnya dalam satu malam. Aku juga tidak mengetahui bahwa beliau shalat malam secara sempurna hingga pagi, dan aku pun tidak mengetahui bahwa beliau berpuasa satu bulan penuh selain pada bulan Ramadlan." </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu ia (Hisyam) datang kepada Ibnu Abbas dan menceritakan hal tersebut kepadanya. Dia mengomentarinya dengan berkata; "Beliau (Aisyah) benar. Seandainya aku yang masuk (datang) kepadanya pasti aku akan menemuinya sehingga dia (Aisyah) berbicara langsung kepadaku." Abu Abdurrahman berkata, "Begitulah yang tertera dalam kitabku! Aku tidak mengetahui ini kesalahan siapa, dalam posisi witir beliau shallallahu 'alaihi wasallam." (HR. Nasai)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Wudhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Menyempurnakan Wudhu</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Humran, maula (pelayan) Utsman bin Affan pernah melihat Utsman bin Affan meminta air wudhu’. Kemudian beliau berwudhu’ dengan cara menuangkan air pada kedua telapak tangan nya, lalu beliau mencucinya sebanyak tiga kali. Kemudian Utsman ra. mengambil air dari bejana dengan tangan kanannya, lalu beliau berkumur-kumur (madhmadhah) dan beristinsyaq (menghirup air ke hidung). Setelah itu beliau mencuci wajahnya tiga kali, lalu mencuci kedua tangannya sampai kedua sikunya tiga kali. Kemudian mengusap kepalanya, kemudian beliau mencuci kedua kakinya sebanyak tiga kali. Setelah itu Utsman bin Affan berkata: “Demikianlah aku melihat Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam berwudhu’ seperti cara yang aku lakukan, kemudian Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda: “Barang siapa yang berwudhu' seperti wudhu’ku ini (sesuai dengan bimbinganku), sesudah itu dia sholat dua raka’at dengan penuh konsentrasi, tidak memikirkan yang lainnya, pasti ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lampau"(HR.Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Memperpanjang Anggota Wudhu</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Hurairah, berkata, "Saya mendengar Rasulullah salallahu alaihi wassalam bersabda, "Sesungguhnya ummatku itu akan dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya wajahnya dan amat putih bersih tubuhnya karenabekas berwudhu'. Maka dari itu, barangsiapa di antara kalian yang dapat memperpanjang cahayanya, maka hendaklah melakukannya -dengan menyempurnakan berwudhu' itu sesempurna mungkin." (HR. Muttafaq 'alaih) </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Awal Perintah Shalat</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Perintah Shalat</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Termasuk wahyu pertama yang turun adalah perintah mendirikan shalat. Ibnu Hajar berkata: “sebelum terjadinya Isra’, beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam secara qath’i pernah melakukan shalat, demikian pula dengan para shahabat akan tetapi yang diperselisihkan apakah ada shalat lain yang telah diwajibkan sebelum (diwajibkannya) shalat lima waktu ataukah tidak?. Ada pendapat yang mengatakan bahwa yang telah diwajibkan itu adalah shalat sebelum terbit dan terbenamnya matahari”. Demikian penuturan Ibnu Hajar.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Al-Harits bin Usamah meriwayatkan dari jalur Ibnu Lahi’ah secara maushul ( disambungkan setelah sanad-sanadnya mu’allaq [terputus di bagian tertentu]) dari Zaid bin Haritsah bahwasanya pada awal datangnya wahyu, Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam didatangi oleh malaikat Jibril; dia mengajarkan beliau tata cara berwudhu. Maka tatkala selesai melakukannya, beliau mengambil seciduk air lantas memercikkannya ke faraj beliau. Ibnu Majah juga telah meriwayatkan hadits yang semakna dengan itu, demikian pula riwayat semisalnya dari al-Bara’ bin ‘Azib dan Ibnu ‘Abbas serta hadits Ibnu ‘Abbas sendiri. Hal tersebut merupakan kewajiban pertama.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa bila waktu shalat telah masuk, Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam dan para shahabat pergi ke perbukitan dan menjalankan shalat disana secara sembunyi-sembunyi jauh dari kaum mereka. Abu Thalib pernah sekali waktu melihat Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam dan ‘Ali melakukan shalat, lantas menegur keduanya namun manakala dia mengetahui bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang serius, dia memerintahkan keduanya untuk berketetapan hati (tsabat).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Perintah Shalat Dalam Kisah Isra' Mi'raj</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Telah menceritakan kepada kami Affan ia berkata, Telah menceritakan kepada kami Hammam bin Yahya ia berkata; Aku mendengar Qatadah menceritakan dari Anas bin Malik bahwa Malik bin Sha'sha'ah telah menceritakan kepadanya bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Salam pernah menceritakan kepada mereka tentang malam Isra`nya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"....Setelah itu, diturunkanlah kewajiban shalat sebanyak lima puluh kali setiap harinya. Aku pun kembali dan melewati Musa 'Alaihis Salam, ia pun bertanya, 'Apa telah diperintahkan kepadamu? ' Aku menjawab, 'Aku diperintahkan untuk menunaikan shalat lima puluh kali setiap harinya.' </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Musa berkata, 'Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup untuk menunaikan shalat lima puluh kali dalam sehari. Sesungguhnya aku telah menguji manusia sebelummu dan aku telah mengobati kaum Bani Isra'il. Kembalilah pada Rabb-mu, dan mintalah keringanan untuk ummatmu.' Maka aku pun kembali, dan Rabb-ku menguranginya sepuluh. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu aku menemui Musa. Ia pun bertanya, 'Apa yang telah diperintahkan kepadamu? ' Aku menjawab, 'Menunaikan empat puluh shalat setiap harinya.' Musa menjawab, 'Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup untuk menunaikan sebanyak empat puluh shalat dalam sehari. Sesungguhnya aku telah menguji manusia sebelummu dan aku telah mengobati kaum Bani Isra'il. Kembalilah pada Rabb-mu, dan mintalah keringanan untuk ummatmu.' Maka aku pun kembali lagi, dan Rabb-ku mengurangi lagi sepuluh. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu aku menemui Musa. Musa bertanya, 'Apa yang telah diperintahkan padamu? ' Aku berkata, 'Aku telah diperintahkan untuk menunaikan tiga puluh shalat dalam sehari.' Musa berkata lagi, 'Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup untuk menunaikan sebanyak tiga puluh shalat dalam sehari. Sesungguhnya aku telah menguji manusia sebelummu dan aku telah mengobati kaum Bani Isra'il. Kembalilah pada Rabb-mu, dan mintalah keringanan untuk ummatmu.' Akhirnya aku pun kembali lagi meminta keringanan, lalu Allah menguranginya lagi sepuluh raka'at. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kemudian aku menemui Musa. Ia bertanya, 'Apa yang telah diperintahkan kepadamu? ' Aku menjawab, 'Menunaikan dua puluh shalat setiap harinya.' Musa menjawab, 'Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup untuk menunaikan sebanyak dua puluh shalat dalam sehari. Sesungguhnya aku telah menguji manusia sebelummu dan aku telah mengobati kaum Bani Isra'il. Kembalilah pada Rabb-mu, dan mintalah keringanan untuk ummatmu.' Maka aku pun kembali lagi, dan Rabb-ku mengurangi lagi sepuluh rakaat. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku menemui Musa, dan ia bertanya lagi, 'Apa yang telah diperintahkan kepadamu? ' Aku menjawab, 'Menunaikan sepuluh shalat setiap harinya.' Musa menjawab, 'Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup untuk menunaikan sebanyak sepuluh puluh shalat dalam sehari. Sesungguhnya aku telah menguji manusia sebelummu dan aku telah mengobati kaum Bani Isra'il. Kembalilah pada Rabb-mu, dan mintalah keringanan untuk ummatmu.' Maka aku pun kembali lagi, dan akhirnya aku diperintahkan untuk menunaikan lima kali shalat dalam sehari. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah itu, aku kembali ke Musa. Ia bertanya, 'Apa yang telah diperintahkan kepadamu? ' Aku menjawab, 'Yaitu menunaikan lima kali shalat dalam sehari.' Musa berkata, 'Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup untuk menunaikan sebanyak sepuluh lima shalat dalam sehari. Sesungguhnya aku telah menguji manusia sebelummu dan aku telah mengobati kaum Bani Isra'il. Kembalilah pada Rabb-mu, dan mintalah keringanan untuk ummatmu.'</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sungguh, aku telah meminta keringanan kepada Rabb-ku hingga aku malu terhadap-Nya. Akan tetapi aku ridla dan menerimanya. Dan ketika aku pergi, sang penyeru menyerukan: 'Aku telah tetapkan faridlah-Ku..dan Aku juga telah memberi keringanan atas hamba-Ku.'"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Contoh Ibadah</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mencontohkan Shalat Kepada Umat</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Abu Hazim bin Dinar, bahwasanya ada beberapa orang yang datang kepada Sahal bin Sa'ad As-Saidi, mereka memperdebatkan tentang dari bahan kayu apakah mimbar itu dibuat? Maka mereka menanyakan hal tersebut kepada Sahl, lalu ia berkata, "Demi Allah, sesungguhnya pasti mengetahuinya, dari kayu apakah mimbar itu dibuat. Sungguh Aku melihatnya ketika pertama kali diletakkan, dan pada hari pertama kali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam duduk di atasnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah mengutus seseorang kepada si Fulanah, seorang wanita yang namanya disebutkan oleh Sahal, katanya, 'Suruhlah budakmu yang tukang kayu itu untuk membuat mimbar untuk aku duduk di atasnya apabila berpidato kepada orang banyak.' Maka wanita itu menyuruhnya. Kayu itu diambil dari daerah Ghabah Tharta' (dekat Madinah). Setelah selesai, dibawanya kepada wanita itu, kemudian dikirim kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Maka beliau Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan supaya diletakkan di sini. Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengerjakan shalat di atas mimbar itu, bertakbir, lalu ruku' sementara beliau masih di atasnya, kemudian turun dengan pelan-pelan mundur ke belakang, terus sujud dekat mimbar itu. Setelah itu, beliau kembali. Setelah selesai shalat, beliau menghadap kepada orang banyak, lalu bersabda, 'Wahai saudara sekalian! Aku berbuat yang demikian itu tak lain supaya kalian mengikuti aku dan mengetahui shalatku. "(HR. Bukhari dan Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kecintaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Pada Shalat</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kecintaan Pada Shalat</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah bersabda,”Yang paling kusenangi adalah wewangian dan wanita, sedangkan kecintaan hatiku terhadap shalat.” (HR. Ahmad dan An Nasai)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Menyesal Karena Shalat Tidak Tepat Waktu</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Ali radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda pada hari perang khandak: "Mereka telah menyibukkan kita dari shalat wustha yaitu shalat asar, hingga matahari terbenam, semoga Allah memenuhi kuburan dan rumah mereka atau perut -Yahya merasa ragu- mereka dengan api." (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Menghindari Penghalang Khusyu’</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Anas radliallahu 'anhu dia berkata;"Bahwa Aisyah memiliki sehelai kain yang bergambar dan digunakan sebagai tabir rumahnya, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya: "Singkirkanlah ia dariku, karena gambarnya selalu memalingkanku dalam shalat." (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aktivitas Rasul di rumah</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Al-Aswad bin Yazid berkata: "Aku pernah bertanya kepada 'Aisyah Radhiallaahu anha tentang shalat malam Rasulullah. 'Aisyah menjawab: "Biasanya beliau tidur di awal malam, kemudian tengah malamnya beliau bangun mengerjakan shalat malam. Bila merasa ada keperluan beliau segera menemui istri. Beliau segera bangkit begitu mendengar seruan azan. Beliau segera mandi bila dalam keadaan junub. Jika tidak, maka beliau segera berwudhu' lalu berangkat (ke masjid untuk) shalat." (HR. Al-Bukhari) </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Rasulullah Shalat Dhuha</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mu'adzah berkata: "Aku bertanya kepada 'Aisyah Radhiallaahu anha: "Apakah Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam sering mengerjakan shalat Dhuha?" ia menjawab: "Tentu, beliau sering mengerjakan shalat Dhuha empat rakaat bahkan lebih dari itu seluang waktu yang diberikan Allah ." (HR. Muslim) </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sifat Shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Memanjangkan Shalat</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Hudzaifah bin al-Yaman al-Anshari yang terkenal sebagai penyimpan rahasia ra berkata, "Aku pernah shalat beserta Rasulullah pada suatu malam maka beliau membuka dalam rakaat pertama dengan surat al-Baqarah. Aku berkata, "Rasulullah membaca hingga ayatkeseratus, kemudianrukuk." Selanjutnya Beliau membuka rakaat kedua dengan surat an-Nisa'kemudiandilanjutkansurat ali Imran. Beliau salallahu alaihi wassalam membacanya itu dengan rapi sekali -tidak tergesa-gesa.Jika melalui ayat yang di dalamnya mengandung memahasucikanAllah–beliaupun mengucapkan tasbih. Jika melalui ayat yang mengandung suatu permohonan, beliaupun memohon.Jika melalui ayat yang menyatakan mohon perlindungan kepada Allah dari sesuatu yang tidak baik, beliaupun berta'awwudz untukmohon perlindungan. Kemudian beliau ruku' dan di membacaSubhana rabbiyal 'azhim.Lama ruku'nya adalah sepertidengan berdirinya selanjutnya beliau mengucapkan, Sami'allahu iiman hamidah. Rabbana lakalhamd," lalu berdiri dengan berdiri yang lama mendekati ruku'nya tadi. Seterusnya beliau bersujud lalu mengucapkan, Subhana rabbial a'la, maka sujudnya itu mendekati pula akan berdirinya" (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tahajud Hingga Kaki Bengkak</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Hurairah Radhiallahu anhu menceritakan: Rasulullah biasa mengerjakan shalat malam hingga membengkak kedua telapak kakinya. Ada yang bertanya kepada beliau: "Wahai Rasulullah, mengapa Anda melakukan sedemikian itu, bukankah Allah telah mengampuni segala dosa Anda yang lalu maupun yang akan datang?" beliau menjawab: "Bukankah selayaknya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?"(HR. Ibnu Majah).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Aisyah radliallahu 'anha bahwaNabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat malam hingga kaki beliau bengkak-bengkak. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, kenapa Anda melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu dan yang akan datang? Beliau bersabda: "Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yang bersyukur?" Dan tatkala beliau gemuk, beliau shalat sambil duduk, apabila beliau hendak ruku' maka beliau berdiri kemudian membaca beberapa ayat lalu ruku.'(HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Shalat Dengan Tumakninah</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Hurairah berkata bahwa suatu kali saat Rasulullah salallahu alaihi wassalam berada di masjid, datanglah seseorang untuk menunaikan shalat dan sesudah shalat, dia mengucapkan salam pada Rasulullah salallahu alaihi wassalam. beliau menjawab salamnya dan berkata, “Kembalilah, dirikanlah shalat karena engkau belum shalat”. Pria itu kembali melaksanakan shalat dan sesudah selesai dia kembali menemui Nabi salallahu alaihi wassalam dan mengucapkan salam kepada beliau. Beliau menjawab salamnya dan mengucapkan padanya seperti apa yang beliau ucapkan sebelumnya. Sesudah shalat yang ketiga kalinya dan menemui Nabi salallahu alaihi wassalam lalu memberi salam pada beliau, beliau mengucapkan padanya seperti yang beliau ucapkan sebelumnya. Dia menjawab, “Demi Yang Mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak dapat melakukan yang lebih baik dari ini. Ajarilah aku”. Beliau lalu bersabda, “Jika engkau mendirikan shalat ucapkanlah takbir lalu bacalah ayat Al Qur’an yang mudah engkau baca. Lalu rukuklah dengan sempurna kemudian bangkitlah sampai tegak. Sesudah itu sujudlah sampai engkau sujud dengan sempurna. Lalu bangkitlah sampai engkau duduk dengan sempurna dan lakukanlah itu di seluruh shalatmu” (HR. Muslim)</div>
<div>
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Meluruskan Shaf</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Wajibnya Meluruskan Shaf</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Jabir bin Samurah dia berkata: Nabi -alaihishshalatu wassalam- bersabda: “Tidakkah kalian berbaris sebagaimana malaikat berbaris di sisi Rabbnya?” Maka kami berkata, ”Wahai Rasulullah, bagaimana malaikat berbaris di sisi Rabbnya?” Beliau bersabda, “Mereka menyempurnakan shaf-shaf pertama & mereka rapat dlm shaf.” (HR. Muslim no. 430)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Abu Mas’ud -radhiallahu Ta’ala anhu- dia berkata: “Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengusap pundak kami ketika akan shalat seraya bersabda, “Luruskanlah, & jangan berselisih sehingga hati kalian bisa berselisih. Hendaklah yang tepat di belakangku adalah orang yang dewasa yang memiliki kecerdasan & orang yang sudah berakal di antara kalian, kemudian orang yang sesudah mereka, kemudian orang yang sesudah mereka.” (HR. Muslim no. 432)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Anas bin Malik -radhiallahu Ta’ala anhu- dari Nabi -alaihishshalatu wassalam- beliau bersabda, “Luruskan shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya meluruskan shaf termasuk kesempurnaan sholat”. (HR. Muslim no. 433)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari sahabat Nu’man bin Basyir -radhiallahu anhu- berkata: “Dulu Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- meluruskan shaf kami sehingga seakan beliau meluruskan anak panah (ketika diruncingkan,pen), sampai beliau menganggap kami telah memahaminya. Beliau pernah keluar pada suatu hari, lalu beliau berdiri sampai beliau hampir bertakbir, maka tiba-tiba beliau melihat seseorang yang membusungkan dadanya dari shaf. Maka beliau bersabda, “Wahai para hamba Allah, kalian akan benar-benar akan meluruskan shaf kalian atau Allah akan membuat wajah-wajah kalian berselisih.” (HR.Muslim no. 436)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Anas bin Malik -radhiallahu Ta’ala anhu- bercerita, “Sholat telah didirikan (telah dikumandangkan iqomah), lalu Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- menghadapkan wajahnya kepada kami seraya bersabda: “Tegakkanlah shaf-shaf kalian & rapatkan karena sesungguhnya aku bisa melihat kalian dari balik punggungku”. (HR. Al-Bukhari no. 719)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Shalat Malam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Membiasakan Bangun Malam</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aisyah ra bahwa, “Rasulullah tidur di awal malam dan bangun di akhirnya” (HR. Ahmad)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ali bin Abi Thalib juga berkata bahwa Nabi salallahu alaihi wassalam mendatanginya dan Fathimah di waktu malam, lalu beliau bersabda, "Apakah engkau berdua tidak bershalat?" (HR. Muttafaq 'alaih)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash ra, berkata, "Rasulullah salallahu alaihi wassalam bersabda, "Hai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti si Fulan itu. Dulu ia suka sekali bangun bershalat di waktu malam, tetapi kini meninggalkan bangun shalat waktu malam itu." (HR. Muttafaq 'alaih)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Shalat Malam Selama 1 Tahun</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Ibnu Abbas RA, dia berkata, "Ketika turun awal surah Al Muzammil, mereka bangun seperti bangunnya di bulan Ramadhan, sampai turun akhir surah Al Muzammil. Rentang waktu turunnya antara awal surah Al Muzammil dengan akhirnya itu selama satu tahun." (HR. Abu Daud)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sifat Shalat Malam Rasulullah</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma dia berkata;suatu ketika aku bermalam di rumah bibiku Maimunah, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berbincang-bincang bersama istrinya sesaat. Kemudian beliau tidur. Tatkala tiba waktu sepertiga malam terakhir, beliau duduk dan melihat ke langit lalu beliau membaca; "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (Ali Imran; 190). Lalu beliau berwudlu dan bersiwak, kemudian shalat sebelas raka'at. Setelah mendengar Bilal adzan, beliau shalat dua raka'at kemudian beliau keluar untuk shalat subuh. (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ibadah Malam Rasulullah</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ya'la bin Mamlakmengabarkan kepadanya bahwasanya ia bertanya kepada Ummu Salamahtentang shalat Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam, maka ia menjawab; "Beliau Shalallahu 'Alaihi Wa Sallaw shalat isya' kemudian bertasbih. Setelah itu beliau shalat lagi sebagaimana yang dikehendaki-Nya di waktu malam, lalu beliau pulang dan tidur yang lamanya sebagaimana beliau shalat. Kemudian beliau bangun kembali dan shalat yang lamanya sebagaimana beliau tidur tadi. Shalat ini adalah shalat malam beliau yang terakhir hingga subuh." (HR. Nasai)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tidak Meninggalkan Shalat Malam</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Abul Qais, dia berkata,”Aisyah berkata,”Janganlah kau tinggalkan shalat malam, karena Rasulullah juga tidak pernah meninggalkannya. Jika sedang sakit atau malas, maka beliau mengerjakannya dengan duduk.” (HR. Syaikhani)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mengqadha Shalat Malam</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aisyah radhiallahu 'anha, berkata, "Rasulullah salallahu alaihi wassalam itu apabila terlambat melakukan shalat malam karena sakit atau lain-lain, maka beliau salallahu alaihi wassalam mendirikan shalat duabelas rakaat di waktu siang harinya." (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Shalat Malam Meski Dalam Safar</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Raja' berkata, telah bercerita kepada kami 'Imran bin Hushain bahwamereka pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan. Mereka terus berjalan sepanjang malam itu hingga ketika menjelang Shubuh, mereka beristirahat di suatu tempat lalu mereka mengantuk hingga tertidur sampai matahari meninggi. Orang yang pertama kali bangun adalah Abu Bakr, dia tidak membangunkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sampai beliau terbangun sendiri. Kemudian 'Umar terbangun, Abu Bakr duduk dekat kepala beliau shallallahu 'alaihi wasallam lalu bertakbir dengan mengeraskan suaranya hingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam terbangun. Kemudian beliau keluar (dari tenda) lalu menunaikan shalat Shubuh bersama kami. Sementara itu ada seorang laki-laki dari suatu kaum yang memisahkan diri (mengisolir diri) tidak ikut shalat bersama kami. Setelah selesai, beliau bertanya; "Wahai fulan, apa yang menghalangimu untuk shalat bersama kami?. Orang itu menjawab; "Aku mengalami junub". Beliau memerintahkan orang itu untuk bertayamum dengan debu, orang itu pun melaksanakan shalat. (HR. Bukhari)</div>
<div>
Malam Ramadhan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Meningkatkan Ibadah Di Bulan Ramadhan</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata:"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebaikan. Dan kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadhan ketika Jibril alaihissalam datang menemui Beliau. Dan Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur'an) hingga Al Qur'an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Apabila Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau, maka Beliau adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus". (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Cara Rasulullah Shalat Di Bulan Ramadhan</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Abu Salamah bin 'Abdur Rahman bahwa dia bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anhu; "Bagaimana tata cara shalat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada bulan Ramadlan?".. 'Aisyah radliallahu 'anhu menjawab; "Beliau shalat (sunnah qiyamul lail) pada bulan Ramadlan dan bulan-bulan lainnya tidak lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat raka'at, maka jangan kamu tanya tentang kualitas bagus dan panjangnya, kemudian beliau shalat lagi empat raka'at, maka jangan kamu tanya tentang kualitas bagus dan panjangnya kemudian beliau shalat tiga raka'at. Aku pernah bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah baginda tidur sebelum melaksakan shalat witir? '. Beliau menjawab: "Mataku memang tidur tapi hatiku tidaklah tidur". (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Meningkatkan Ibadah Di 10 Akhir Ramadhan</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), Beliau mengencangkan sarung Beliau, menghidupkan malamnya dengan ber'ibadah dan membangunkan keluarga Beliau". (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Membangunkan Keluarga Untuk Ibadah</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Aisyah RA, dia berkata, "Jika tiba sepuluh hari yang terakhir, beliau menghidupkan malam hari (untuk beribadah), beliau membangunkan keluarganya dan bersungguh-sungguh (beribadah) serta mengencang kan kainnya." (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sederhana Dalam Ibadah</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Seimbang Dalam Beribadah</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Anasraberkata, "Rasulullah salallahu alaihi wassalam pernahtidak berpuasa sebulan penuh, sehingga kita menyangka bahwa beliau tidak pernah berpuasa dalam bulan itu, tetapi kadang-kadang beliau salallahu alaihi wassalam berpuasa sebulan penuh, sehingga kita menyangka bahwa beliau tidak pernah berbuka sedikitpun dalam bulan itu. Tidaklah engkau menginginkan melihat beliau shalat di waktu malam, melainkan engkau akan dapat melihat beliau shalat, tetapi jika engkau menginginkan beliau tidur, maka engkau akan dapat melihat beliau sedang tidur." Maksudnya antara shalat malam dengan tidurnya itu demikian teratur waktunya, juga dilakukan tanpa berlebih-lebihan antara keduanya.(HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sederhana Dalam Beribadah</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Anas bin Malik radhiallaahu anhu menuturkan: "Tiga orang sahabat pernah datang ke rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menanyakan ibadah yang beliau lakukan. Setelah diceritakan tentang ibadah beliau, mereka merasa ibadah yang mereka kerjakan terlalu sedikit dibandingkan dengan ibadah beliau. Mereka berkata: "Alangkah jauh kedudukan kita dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam! padahal telah diampuni dosa beliau yang lalu maupun yang akan datang. Seorang di antara mereka berkata: "Aku akan shalat malam selamanya." Yang lain berkata: "Sedangkan aku akan berpuasa terus menerus tanpa berbuka." Seorang lagi berkata: "Adapun aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selamanya." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi mereka dan berkata: "Kaliankah yang mengatakan begini dan begini?! Demi Allah, aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan yang paling bertakwa kepada-Nya dari pada kalian semua. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat malam dan juga tidur, aku juga menikahi wanita. Barangsiapa yang membenci Sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku." (Muttafaq 'alaih)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Rasulullah Paling Taqwa dan Takut Allah</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Aisyah berkata:"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bila memerintahkan kepada para sahabat, Beliau memerintahkan untuk melakukan amalan yang mampu mereka kerjakan, kemudian para sahabat berkata; "Kami tidaklah seperti engkau, ya Rasulullah, karena engkau sudah diampuni dosa-dosa yang lalu dan yang akan datang". Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjadi marah yang dapat terlihat dari wajahnya, kemudian bersabda: "Sesungguhnya yang paling taqwa dan paling mengerti tentang Allah diantara kalian adalah aku". (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mengatur Waktu Untuk Shalat dan Tidur</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ummu Salamah berkata, “Beliau melaksanakan shalat lalu tidur dengan lama waktu yang sama yang digunakan untuk shalat. Kemudian beliau bangun melaksanakan shalat dengan lama waktu yang sama yang digunakan untuk tidur. Lalu tidur kembali dengan lama waktu yang digunakan untuk shalat, hingga datang waktu shubuh” (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Shalat Ketika Segar Tidak Ngantuk</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Anas RA, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah masuk ke dalam masjid, lalu ada tali yang terbentang antara dua tiang. Beliau bertanya, 'Tali apakah ini?' Maka dijawab, 'Wahai Rasulullah, ini Hamnah bind Jahsy sedang mengerjakan shalat, apabila dia merasa lelah, dia bergantung di tali ini.' Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, 'Hendaklah dia mengerjakan shalat sesuai kemampuannya. Apabila dia merasa lelah, maka duduklah.'" (HR. Bukhari dan Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kata Ziyad, Beliau bertanya, "Apakah ini? " Maka mereka menjawab, "Itu kepunyaan Zainab untuk shalat, jikalau dia lelah atau mengantuk maka dia berpegang di situ." Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam pun lalu bersabda, "Lepaskanlah tali itu! Seseorang itu hendaklah shalat selagi dia segar, dan jikalau telah lelah atau mengantuk, maka sebaiknya dia tidur." (HR. Bukhari dan Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Meringankan Shalat</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir berkata, telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Ibnu Abu Khalid dari Qais bin Abu Hazim dari Abu Al Mas'ud Al Anshari berkata,seorang sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, aku hampir tidak sanggup shalat yang dipimpin seseorang dengan bacaannya yang panjang." Maka aku belum pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberi peringatan dengan lebih marah dari yang disampaikannya hari itu seraya bersabda: "Wahai manusia, kalian membuat orang lari menjauh. Maka barangsiapa shalat mengimami orang-orang ringankanlah. Karena diantara mereka ada orang sakit, orang lemah dan orang yang punya keperluan".(HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Taubat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Zikir Setiap Waktu</div>
<div>
<br /></div>
<div>
'Aisyahradhiyallahu 'anhaberkata:"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa berdzikir kepada Allah setiap waktu." (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Istighfar 70x</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Hurairah berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar (meminta ampunan) dan bertaubat kepada Allah dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali." (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bertaubat 100x Sehari</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Aghar Al Muzani, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, 'Sesungguhnya hatiku tertutup kabut (lupa). Sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah sebanyak seratus kali setiap hari.'" (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Ibnu Umar RA, dia berkata, "Sungguh, jika kami hitung dalam sekali pertemuan dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, beliau mengucapkan sebanyak seratus kali bacaan 'Rabbighfirlii watub 'alayya, innaka anta tawwaabur rahiim (Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang)'" (HR. Abu Daud)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Umrah dan Haji Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mencontohkan Manasik Haji</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ibnu Ishaq berkata : Ketika Umrah Qadha, Kaum Quraisy menyebarkan berita bohong, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan para sahabatnya sedang menghadapi kesukaran, kesulitan dan kepayahan. Ia berkata : Saat itu kaum Musyrikin Quraisy berbaris di pintu Darun-Nadwah, ingin melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Setibanya di Mekkah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam langsung masuk ke dalam masjid al-Haram, kemudian duduk menghamparkan burdahnya dan sambil mengangkat tangan kanannya lalu beliau berucap :</div>
<div>
<br /></div>
<div>
„Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada orang ynag hari ini dapat menyaksikan kekuatan yang datang dari hadhirat-Nya.“ Kemudian beliau mencium Hajar Aswad, lalu berjalan cepat bersama para sahabatnya mengelilingi Ka‘bah. Dalam thawaf ini beliau berlari kecil tiga keliling dan selebihnya berjalan biasa. Ibnu Abbas berkata : Orang-orang mengira bahwa hal itu bukan sunnah umum,Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam melakukan hal itu sekedar untuk membantah desas-desus yang disebarkan oleh orang-orang Quraisy tersebut. Tetapi pada haji wadah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam juga melakukannya sehingga hal ini menjadi sunnah. (Siroh Al Buthy)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Rasulullah Umrah 4 Kali</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Anas RA, bahwasanya Rasulullah pernah umrah empat kali, yang semuanya dilakukan pada bulan Dzul Qa'dah, kecuali umrah yang menyertai haji beliau, Pertama, umrah pada masa Hudaibiyah di dalam bulan Dzul Qa'dah. Kedua, umrah pada tahun berikutnya juga di bulan Dzul Qa'dah. Ketiga, umrah dari Ji'ranah ketika beliau membagikan harta rampasan perang Hunain, juga di bulan Dzul Qa'dah, dan keempat, umrah yang menyertai haji beliau (tidak di bulan Dzul Qa'dah)." (HR. Muslim)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Rasulullah Naik Haji 1 Kali</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Abu Ishaq dia berkata; Telah menceritakan kepadaku Zaid bin Arqam bahwaNabi shallallahu 'alaihi wasallam telah berperang sebanyak sembilan belas peperangan. Dan beliau melaksanakan haji setelah hijrah sebanyak satu kali, beliau tidak melaksanakan haji wada' setelah itu. Abu Ishaq berkata; dan beliau juga pernah melaksanakan haji ketika beliau berada di makkah. (HR. Bukhari)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Rasulullah Selamat Dari Godaan duniawi</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ibnu al-Atsir meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “aku hanya dua kali pernah berkeinginan untuk melakukan apa yang pernah dilakukan oleh Ahli Jahiliyyah namun semua itu dihalangi oleh Allah sehingga aku tidak melakukannya, kemudian aku berkeinginan lagi untuk melakukannya hingga Dia Ta’ala memuliakanku dengan risalahNya. (Pertama kalinya-red);Suatu malam aku pernah berkata kepada seorang anak yang menggembala kambing bersamaku di puncak Mekkah; ‘sudikah kamu mengawasi kambingku sementara aku akan memasuki Mekkah dan bergadang ria seperti yang dilakukan oleh para pemuda tersebut?’. Dia menjawab: ‘ya, aku sudi! ‘. Lantas aku pergi keluar hingga saat berada di sisi rumah yang posisinya paling pertama dari Mekkah, aku mendengar suara alunan musik (tabuhan rebana), lalu aku bertanya: apa gerangan ini?, mereka menjawab: ‘prosesi pernikahan si fulan dengan si fulanah! ‘. Kemudian aku duduk-duduk untuk mendengarkan, namun Allah melarangku untuk mendengarkannya dan membuatku tertidur. Dan tidurku amat lelap sehingga hampir tidak terjaga bila saja terik panas matahari tidak menyadarkanku. Akhirnya, aku kembali menemui temanku yang langsung bertanya kepadaku tentang apa yang aku alami dan akupun memberitahukannya. Kemudian (kedua kalinya-red), aku berkata pada suatu malam yang lain seperti itu juga; aku memasuki Mekkah namun aku mengalami hal yang sama seperti malam sebelumnya; lantas aku bertekad, untuk tidak akan berkeinginan jelek sedikitpun”. (Sirah Al Mubarakfury)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5968539077582410616.post-53210810340327290522013-11-07T17:53:00.001-08:002013-11-07T17:53:35.394-08:00Doa Berhubungan Suami Istri<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqACBTGtqegwqu-P1Sc-PR2vCx4nTKhnpMf4zHJ4_bF5MiIqKFcmBalFTuOif7PCoiGbjirL6J2RH8bnfw_5IzahQQQaXiaUUQkzbYBft2hlLQFgIxyU_PnTeYtFpRSs8uBp3o6TX-LkF_/s1600/Adab+Jima+dalam+Islam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Doa Berhubungan Suami Istri" border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqACBTGtqegwqu-P1Sc-PR2vCx4nTKhnpMf4zHJ4_bF5MiIqKFcmBalFTuOif7PCoiGbjirL6J2RH8bnfw_5IzahQQQaXiaUUQkzbYBft2hlLQFgIxyU_PnTeYtFpRSs8uBp3o6TX-LkF_/s320/Adab+Jima+dalam+Islam.jpg" title="Doa Berhubungan Suami Istri" width="320" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Untuk meraih keberkahan dalam hubungan intim pada pasutri, di antaranya adalah dengan berdo’a ketika hendak mendatangi istri. Keampuhan do’a ini akan memberikan kebaikan pada keturunan yang dihasilkan, itu di antaranya. Juga tentunya hubungan intim yang sesuai ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam akan semakin menambah kemesraan karena keberkahan yang hadir ketika itu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">« لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ فَقَالَ بِاسْمِ اللَّهِ ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا . فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذَلِكَ لَمْ يَضُرُّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Jika salah seorang dari kalian (yaitu suami) ingin berhubungan intim dengan istrinya, lalu ia membaca do’a: [Bismillah Allahumma jannibnaasy syaithoona wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa], “Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan kepada kami”, kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya” (HR. Bukhari no. 6388 dan Muslim no. 1434).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Kapan Do’a Tersebut Dibaca?</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ash Shon’ani berkata bahwa hadits tersebut adalah dalil bahwa do’a tersebut dibaca sebelum bercumbu yaitu ketika punya keinginan. Karena dalam riwayat Bukhari lainnya disebutkan,</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">أَمَا لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ يَقُولُ حِينَ يَأْتِى أَهْلَهُ</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Adapaun jika salah seorang dari mereka mengucapkan ketika mendatangi istrinya …” (HR. Bukhari no. 5165). Makna kata “ketika” (حِينَ) dalam riwayat ini bermakna “berkeinginan”. (Subulus Salam, 6: 91).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (9: 228) berpendapat bahwa do’a ini dibaca sebelum hubungan intim. Begitu pula pendapat Syaikh ‘Abdul Qodir Syaibah dalam Fiqhul Islam, 7: 61-64.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Intinya, do’a ini diucapkan sebelum memulai hubungan intim dan bukan di pertengahan atau sesudahnya. Hukum membaca do’a ini adalah sunnah (mustahab) (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 1: 190). Dan jika dilihat dari tekstual hadits di atas, do’a ini dibaca oleh suami.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Berkah dari Berdo’a Sebelum Hubungan Intim</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Pertama: </b></div>
<div>
Mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini sudah merupakan berkah tersendiri. Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
”Aku tidaklah biarkan satu pun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang” (HR. Bukhari no. 3093 dan Muslim no. 1759).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Kedua: </b></div>
<div>
Setan tidak akan turut serta dalam hubungan intim tersebut karena di dalam do’a ini diawali dengan penyebutan “bismillah”. Demikian pendapat sebagian ulama. Mujahid rahimahullah berkata,</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">أَنَّ الَّذِي يُجَامِع وَلَا يُسَمِّي يَلْتَفّ الشَّيْطَان عَلَى إِحْلِيله فَيُجَامِع مَعَهُ</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Siapa yang berhubungan intim dengan istrinya lantas tidak mengawalinya dengan ‘bismillah’, maka setan akan menoleh pada pasangannya lalu akan turut dalam berhubungan intim dengannya” (Fathul Bari, 9: 229). Ya Allah, lindungilah kami dari gangguan setan kala itu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Ketiga: </b></div>
<div>
Kebaikan do’a ini pun akan berpengaruh pada keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim tersebut. Buktinya adalah riwayat mursal namun hasan dari ‘Abdur Razaq di mana disebutkan,</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">إِذَا أَتَى الرَّجُل أَهْله فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّه اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقَتْنَا وَلَا تَجْعَل لِلشَّيْطَانِ نَصِيبًا فِيمَا رَزَقْتنَا ، فَكَانَ يُرْجَى إِنْ حَمَلْت أَنْ يَكُون وَلَدًا صَالِحًا</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Jika seseorang mendatangi istrinya (berhubungan intim), maka ucapkanlah ‘Ya Allah, berkahilah kami dan keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim ini, janganlah jadikan setan menjadi bagian pada keturunan kami’. Dari do’a ini, jika istrinya hamil, maka anak yang dilahirkan diharapkan adalah anak yang sholeh” (Fathul Bari, 9: 229).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Keempat: </b></div>
<div>
Keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim ini akan selamat dari berbagai gangguan setan. Jika dipahami dari tekstual hadits, yang dimaksud dengan anak tersebut akan selamat dari berbagai bahaya adalah umum, yaitu mencakup bahaya dunia maupun agama. Namun Al Qodhi ‘Iyadh berkata bahwa para ulama tidak memahami seperti itu. (Minhatul ‘Allam, 7: 348).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ibnu Daqiq Al ‘Ied berkata, “Bisa dipahami dari do’a ini bahwa setan juga tidak akan membahayakan agama anak dari hasil hubungan intim tersebut. Namun bukan berarti anak tersebut ma’shum, artinya selamat dari dosa” (Fathul Bari, 9: 229).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Syaikh Ibnu Baz memahami bahwa yang dimaksud dalam hadits bahwa anak tersebut akan tetap berada di atas fithroh yaitu Islam. Setan bisa saja menggoda anak tersebut, namun segera ia akan kembali ke jalan yang lurus. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya” (QS. Al A’rof: 201) (Lihat Minhatul ‘Allam, 7: 349).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Kelima: </b></div>
<div>
Keberkahan do’a ini berlaku bagi wanita yang akan hamil dengan hubungan intim tersebut atau yang tidak hamil karena lafazhnya umum. Inilah pendapat Al Qodhi ‘Iyadh (Fathul Bari, 9: 229).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Jadikanlah Kebiasaan!</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan hafizhohullah berkata, “Hendaklah seorang muslim bersemangat mengamalkan do’a ini ketika berhubungan intim hingga menjadi kebiasaan. Hendaklah ia melakukannya dalam rangka mengamalkan nasehat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan demi menghasilkan keturunan yang terjaga dan terlindungi dari gangguan setan, juga supaya mendapatkan keberkahan dari do’a ini” (Minhatul ‘Allam, 7: 348).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ibnu Hajar berkata, “Faedah yang ditunjukkan dalam do’a ini adalah disunnahkannya membaca bismillah dan berdo’a serta merutinkannya hingga pada hal yang nikmat semacam dalam hubungan intim”. (Fathul Bari, 9: 229).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Hadits yang kita ulas kali ini menunjukkan bahwa setan akan mengganggu manusia dalam segala kondisi. Ketika tidur, ketika bangun dari tidur, setan akan terus memberikan was-was. Jika seseorang lalai dari mengingat Allah, maka setan akan mengganggu. Namun jika mengingat Allah, setan akan lari bersembunyi. Oleh karena itu, hendaklah kita membiasakan untuk terus berdzikir, membaca ta’awudz, berdo’a, supaya kita terlindungi dari gangguan setan (Nasehat Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan dalam Minhatul ‘Allam, 7: 349).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ya Allah, lindungilah kami dari gangguan setan dalam segala keadaan kami.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Wallahu waliyyut taufiq.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<i>Referensi:</i></div>
<div>
<i><br /></i></div>
<div>
<i>1. Fathul Bari Syarh Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al Asqolani, terbitan Darul Ma’rifah, Beirut, 1379.</i></div>
<div>
<i><br /></i></div>
<div>
<i>2. Fiqhul Islam Syarh Bulughul Marom min Jam’i Adillatil Ahkam, ‘Abdul Qodir Syaibah Al Hamd, terbitan Muassasah ‘Ulumul Qur’an, cetakan ketujuh, 1432 H.</i></div>
<div>
<i><br /></i></div>
<div>
<i>3. Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughil Marom, ‘Abdullah bin Sholeh Al Fauzan, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, 1430 H.</i></div>
<div>
<i><br /></i></div>
<div>
<i>4. Subulus Salam Al Mawshulah ila Bulughil Marom, Muhammad bin Isma’il Al Amir Ash Shon’ani, Tahqiq: Muhammad Shobhi Hasan Hallaq, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan kedua, 1432 H.</i></div>
<div>
<i><br /></i></div>
<div>
<i>5. Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, 1421 H.</i></div>
<div>
<i>6. </i><i>www.rumayhso.com</i></div>
<div>
<i><br /></i></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<i><br /></i></div>
<div>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06168378014627386018noreply@blogger.com0