Kesederhanaan Rasulullah Shaallahu 'alaihi wasallam | Pondasi Seorang Muslim

Kesederhanaan Rasulullah Shaallahu 'alaihi wasallam

Rasulullah Melayani Dirinya Sendiri
Aisyah radhiyallahu 'anha pernah ditanya: "Apakah yang dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di dalam rumah?" Ia radhiyallahu 'anha menjawab: "Beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau sendiri." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Rasulullah Membantu Keluarga
Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: "Aku pernah bertanya kepada 'Aisyahradhiyallahu 'anha: 'Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di rumah?' 'Aisyah radhiyallahu 'anha menjawab: "Beliau biasa membantu keluarga, apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar (untuk menunaikan shalat)." (HR. Muslim)

Umar Menangis Melihat Kondisi Rasulullah
Dari Umar bin Khatthab RA, ia berkata, "Aku menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan beliau sedang berada di atas tikar." Umar berkata, "Lalu aku duduk, maka tiba-tiba (aku dapatkan) beliau hanya mengenakan sebuah kain, dan tidak ada kain lain selain itu, dan tikar itu telah membuat bekas pada pipinya. Aku juga (melihat) segenggam gandum sekitar satu sha', dan daun pohon untuk menyamak yang terletak di suatu sisi kamar, serta kulit yang tergantung. Maka kedua mataku pun mengucurkan air mata. Beliau bertanya, 'Apa yang membuatmu menangis, wahai Ibnu Khatthab?' Aku menjawab, 'Wahai Nabi Allah. Bagaimana aku tidak menangis, sementara tikar ini membekas di pipimu. Dan ini, lemarimu yang tidak kulihat di dalamnya kecuali apa yang aku lihat. Sedangkan Kisra (Persia) dan Kaisar (Romawi) dipenuhi buah-buahan dan sungai-sungai. Engkau adalah Nabi Allah dan pilihan-Nya, dan ini adalah lemarimu!' Beliau menjawab,'Wahai Ibnu Khatthab, tidakkah kamu ridha kita mendapatkan Akhirat dan mereka mendapatkan dunia?'Aku menjawab, Tentu'."(HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Menggadaikan Baju Besi
Al A'masy berkata; Kami membicarakan tentang gadai dalam jual beli kredit (Salam) di hadapan Ibrahim maka dia berkata, telah menceritakan kepada saya Al Aswad dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwaNabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah membeli makanan dari orang Yahudi yang akan dibayar Beliau pada waktu tertentu di kemudian hari dan Beliau menjaminkannya (gadai) dengan baju besi. (HR. Bukhari)

Dari Anas radliallahu 'anhu bahwa dia pernah di sore hari bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan hidangan rati terbuat dari gandum dan sayur yang sudah basi. Sungguh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah menggadaikan baju besi Beliau kepada seorang Yahudi untuk mendapatkan makanan di Madinah lalu dengan itu Beliau mendapatkan gandum untuk keluarga Beliau. Dan sungguh aku mendengar Beliau bersabda: "Tidaklah ada satu malampun yang berlalu pada keluarga Muhammad dimana ada satu sha' dari gandum atau satu sha' rati". Padahal Beliau memelilki sembilan isteri. (HR. Bukhari)

Nafkah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam
Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi, diceritakan bahwa Abu Amir Abdullah Al Hawazini bertemu Bilal yang menjadi muadzin Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Abu Amir lalu bertanya kepada Bilal; “Wahai Bilal, beritahukan kepada saya bagaimana Rasulullah memberi nafkah?”
Bilal menjawab; “Rasulullah itu, tidak memiliki sesuatu kecuali sayalah yang memberinya semenjak Allah mengangkat beliau menjadi Utusan-Nya hingga hari ini. Kalau ada orang muslim yang tak punya pakaian mendatangi beliau, beliau lantas menyuruh saya untuk meminjam sesuatu dan membeli pakaian. Lalu saya berikan pakaian tersebut kepada orang yang membutuhkannya, juga memberinya makanan”
Hingga pada suatu saat, ada seorang dari kalangan musyrikin datang kepada saya. Ia berkata, “Wahai Bilal, aku bisa memberimu pinjaman. Karena itu pinjam saja padaku, tak usah kamu pinjam kepada orang lain.” Maka saya lakukan apa yang dia pinta.

Pada suatu hari saya berwudhu lalu bergegas untuk mengumandangkan adzan, sementara orang musyrik itu sedang berdiri di tengah kerumunan pedagang. Ketika melihat saya, ia lantas berseru, “Wahai Orang Habsyi!” Saya menjawab, “Ya, ada apa?” Lalu ia berbicara dengan nada yang agak keras, “Tahukah kamu, berapa jarak antara kamu dan bulan depan?!” Saya menjawab, “Sudah dekat.” Ia balik berkata lagi, “Sesungguhnya jarak antara kamu dan bulan depan adalah empat malam lagi. Pada saat itu aku akan menagih uang yang aku pinjamkan kepadamu. Karena sesungguhnya aku tidak pernah memberikan kamu sesuatu dikarenakan kemuliaanmu atau kemuliaan sahabatmu itu. Kalau kamu tak bisa membayar hutangmu itu, kamu harus menjadi budakku!”

Lantas ia memperlakukan saya sama seperti yang ia lakukan kepada orang lain. Saya lalu mengumandangkan adzan shalat. Ketika saya shalat agak malam dan Nabi kembali ke rumahnya, saya meminta izin untuk bertemu beliau. Setelah diizinkan, saya berkata, “Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku aku rela jadi penebusnya, sesungguhnya orang musyrik yang telah saya ceritakan kepada engkau, menjadikan saya jaminan dari pinjaman yang diberikannya. Dia berkata begini dan begitu. Sementara engkau dan saya tidak memiliki sesuatu yang dapat membebaskan saya darinya, karena dia sangat tidak beradab. Oleh karena itu, izinkan saya mencari beberapa orang Islam untuk mencari pinjaman, sampai Allah menganugerahkan rizki kepada Rasul-Nya untuk menebus saya.”

Kemudian saya pulang. Setelah itu saya berkeliling, membawa pedang, panah dan sandal di kepala saya. Saya terus menelusuri jalan-jalan. Tatkala saya tertidur, saya terkejut. Ketika malam tiba, saya tidur sampai tiba waktu subuh pertama. Pada saat saya mau berangkat, ada orang menghampiri saya, “Wahai Bilal, kamu dipanggil Rasulullah.”

Saya lalu bergegas ke rumah beliau. Ternyata beliau memiliki empat ekor unta tunggangan penuh dengan barang bawaannya. Lantas beliau berkata kepada saya, “Aku beritahukan padamu, sesungguhnya Allah telah memberikan segalanya untuk membebaskan kamu.” Maka saya bersyukur kepada Allah.
Beliau berkata lagi, “Maukah kamu membawa empat unta tersebut?”

Saya menjawab, “Tentu saja saya mau.”

Beliau berkata lagi, “Kamu berhak atas binatang tersebut beserta semua barang bawaannya. Dan untuk kamu ketahui, bahwa barang yang dibawa olehnya adalah pakaian dan makanan. Semuanya saya berikan kepadamu. Sekarang pergilah dan bayarlah hutangmu.”

Lalu saya bawa binatang tersebut. Saya pisahkan sebagian bebannya, lalu saya ikat. Setelah itu saya bergegas untuk mengumandangkan adzan subuh. Setelah shalat, saya pergi menjual barang-barang itu dan membayar hutang-hutang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sampai tidak ada lagi hutang beliau yang tersisa. Sedang uang di tangan saya masih tersisa dua dinar lagi.

Kemudian saya bergegas ke masjid saat matahari telah condong. Pada saat itu, Rasulullah tengah duduk sendirian di masjid. Saya lalu mengucap salam dan menghadap beliau. Beliau berkata kepadaku sambil tersenyum, “Apa yang telah kamu lakukan?”
Saya menjawab, “Allah telah melunasi semua hutang Rasulullah sehingga tiada hutang lagi.”
Beliau bertanya, “Adakah yang tersisa?”
Saya menjawab, “Ada wahai Rasulullah, yaitu dua dinar.”
Beliau berkata lagi, “Secepatnya kamu bebaskan saya dari kedua dinar tersebut. Saya tidak ingin pulang sebelum kamu membebaskan saya dari kedua dinar tersebut.”
Kami menunggu, tetapi tidak ada orang yang datang ke masjid. Lantas kami menunggu sampai menjelang waktu subuh. Kami terus berdiam di masjid sampai hari kedua. Ketika menjelang sore, ada dua orang pengendara kuda datang. Lalu saya pergi menemuinya dan memberikan pakaian serta makanan. Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam selesai shalat, beliau memanggilku, “Apa yang telah kamu lakukan?”
Saya menjawab, “Allah telah membebaskan engkau dari barang-barang tersebut.”

Lantas beliau bertakbir mengagungkan Allah dan memuji-Nya. Beliau sangat sedih jika meninggal dunia, sementara barang-barang tersebut masih ada. Kemudian saya mengikuti beliau sampai istri-istri beliau datang dan mengucapkan salam kepada mereka satu-persatu secara bergiliran.
Demikianlah cerita yang kamu tanyakan kepadaku,” tutur Bilal. (HR. Abu Daud)

0 comments:

Post a Comment

 
Top
notifikasi
close