Adab Kepada Rasulullah | Pondasi Seorang Muslim

Adab Kepada Rasulullah


Mengikuti sunnah Rasulullah.


Dari'Abis bin Rabi'ah, berkata, "Aku melihat Umar bin Alkhaththab  mencium batu hitam - hajar aswad -dan ia berkata, "Aku mengetahui bahwa engkau itu adalah batu, engkau tidak dapat memberikan kemanfaatan dan tidak pula dapat membahayakan. Andaikata aku tidak melihat Rasulullah  saw sendiri menciummu, pastilah aku juga tidak suka menciummu." (Muttafaq 'alaih)
“Barang siapa mencontohkan dalam Islam sunnah yang baik, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkan setelahnya. Barang siapa yang mencontohkan sunnah yang buruk, maka ia akan menanggung dosanya dan dosa orang yang mengamalkan setelahnya tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka.” (HR. Muslim)

Mengikuti Perintah Rasulullah.  

Abu Hurairah  dari Nabi  saw bersabda, "Tinggalkanlah apa yang aku tinggalkan untukmu semua -maksudnya, Jangan ditanyakan apa yang tidak aku terangkan kepadamu semua, karena hanyasanya yang menyebabkan kerusakan orang-orang - ummat - yang sebelumnya itu ialah sebab banyaknya mereka bertanya-tanya - yang tidak berfaedah - lagi pula mereka suka menyalahi kepada Nabi-nabi mereka. Oleh sebab itu jikalau aku melarang padamu akan sesuatu hal, maka jauhilah itu dan jikalau aku memerintah padamu semua akan sesuatu perkara, maka lakukanlah itu sekuat usahamu." (Muttafaq 'alaih)

Menghindari bid’ah.

Aisyah radhiallahu 'anha, berkata, "Rasulullah  saw bersabda, "Barangsiapa yang mengada-adakan dalam perkara - agama -kita ini akan sesuatu yang semestinya tidak termasuk dalam agama itu, maka hal itu wajib ditolak."(Muttafaq'alaih)

Mengimani bahwa Beliau adalah hamba dan Rasul-Nya.

Pernyataan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hamba menghendaki kita untuk tidak bersikap ifrath (berlebihan) terhadap Beliau; tidak seperti orang-orang Nasrani yang berlebihan terhadap nabi mereka sampai menuhankannya. Dan pernyataan bahwa Beliau sebagai Rasul menghendaki kita untuk tidak bersikap tafrith (meremehkan) Beliau, karena Beliau adala utusan Allah.
“Demi Allah yang jiwa Muhammad di Tangan-Nya, tidak ada seorang pun yang mendengar tentang diriku dari umat ini; baik orang Yahudi maupun Nasrani, lalu ia meninggal dalam keadaan tidak beriman kepada yang aku bawa kecuali ia pasti termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim)

Mencintainya di atas kecintaan kepada diri sendiri, anak, ayah, dan manusia seluruhnya.

"Tidak (sempurna) iman salah seorang di antara kalian, sampai aku lebih dicintainya daripada ayahnya, anaknya, dan manusia semuanya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam, bahwa Umar bin Khaththab pernah berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu selain diriku," maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak, demi Allah yang diriku di Tangan-Nya, bahkan sampai aku lebih dicintai olehmu daripada dirimu." Umar berkata, "Sekarang, demi Allah. Engkau lebih aku cintai daripada diriku." (HR. Bukhari) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bersabda, "Sekarang (sempurna imanmu), wahai Umar."

Mengedepan perkataan Beliau di atas semua perkataan manusia.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata, "Hampir saja kalian ditimpa hujan batu dari langit. Aku mengatakan, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda," tetapi kalian mengatakan, "Abu Bakar dan Umar berkata."
Imam Abu Hanifah pernah berkata,
"Jika aku mengatakan sebuah perkataan yang menyelisihi kitab Allah Ta'ala dan berita dari Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku."
Imam malik pernah berkata,
"Tidak ada seorang pun setelah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melainkan pendapatnya boleh diambil dan ditinggalkan selain Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam."
Imam Syafi'i pernah berkata,
"Kaum muslim sepakat, bahwa barang siapa yang telah jelas baginya sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya meninggalkannya karena pendapat seseorang."
Imam Ahmad pernah berkata,
"Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka dia berada di tepi jurang kebinasaan."

Menjadikan Beliau sebagai hakim terhadap semua masalah yang diperselisihkan.

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS. An Nisaa': 65)

Bershalawat dan salam kepadanya.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al Ahzaab: 56)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Orang yang bakhil (pelit) adalah orang yang ketika disebut namaku di dekatnya, namun tidak mau bershalawat kepadaku." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Hibban, dan Hakim, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 2878).

0 comments:

Post a Comment

 
Top
notifikasi
close