Kedermawanan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam | Pondasi Seorang Muslim

Kedermawanan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam


Pucat Karena Belum Sedekah

'Uqbah bin Al-Harits berkata: "Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e mengimami kami shalat Ashar. Seusai shalat, beliau segera memasuki rumah, tidak lama kemudian beliau keluar kembali. Aku bertanya kepada beliau, atau ada yang bertanya kepada beliau tentang perbuatan beliau itu. Beliau menjawab: "Aku tadi meninggalkan sebatang emas dari harta sedekah di rumah. Aku tidak ingin emas itu berada di tanganku sampai malam nanti. Karena itulah aku segera membagikannya." (HR. Muslim)

Pucat Karna Belum Sedekah 2

Dari Ummu Salamah, dia berkata,”Nabi memasuki tempat tinggalku dengan rona muka yang muram. Karena khawatir beliau sakit, aku bertanya,”Wahai Rasulullah, mengapa muka engkau tampak muram?” Beliau menjawab,”Gara-gara 7 dinar yang kemarin kita terima, tapi hingga sore hari uang itu masih berada di bawah kasur.” Dalam riwayat lain disebutkan,”Dan kita belum menginfakkannya.” (HR. Ahmad dan Abu Ya’la)

Menyerahkan Sedekah Dengan Tangan Sendiri

Aisyah berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah menyerahkan pemberiannya melalui orang lain, beliau sendirilah yang menyerahkan pemberiannya itu kepada orang yang membutuhkannya” (HR. Ibnu Majah)

Tidak Pernah Menolak Jika Diminta

Jabir radliallahu 'anhu berkata;Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah dimintai sesuatu lalu beliau berkata; "Tidak." (HR. Bukhari)

7 Dirham Yang Menyusahkan

Aisyah berkata, suatu hari, ketika sakit, Rasulullah menyuruhku bersedekah dengan uang tujuh dinar yang disimpannya di rumah. Setelah menyuruhku bersedekah, beliau lalu pingsan. Ketika sudah siuman, Rasulullah bertanya kembali, “Uang itu sudah kau sedekahkan?” “Belum, karena aku kemarin sangat sibuk,” jawabku Rasulullah bersabda, “Mengapa bisa begitu, ambil uang itu!”. Begitu uang itu sudah di hadapannya, Rasulullah lalu bersabda, “Bagaimana menurutmu seandainya aku tiba-tiba meninggal, sementara aku mempunyai uang yang belum kusedekahkan? Uang ini tidak akan menyelamatkan Muhammad seandainya ia meninggal sekarang, sementara ia mempunyai uang yang belum disedekahkan,”. (HR Ahmad).

Seandainya Memiliki Emas Sebesar Uhud

Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"Sekiranya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, maka aku tidak suka jika ia masih berada disisiku selama tiga hari, dan sekiranya aku memiliki sedikit saja dari itu, niscaya aku telah membayarkan untuk hutang." (HR. Bukhari)

Aku Bukan Orang Bakhil

Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam baru kembali dari peperangan Hunain, beberapa orang Arab badui mengikuti beliau, mereka meminta bagian kepada beliau. Mereka terus meminta sampai-sampai beliau terdesak ke sebuah pohon, sehingga jatuhlah selendang beliau, ketika itu beliau berada di atas tunggangan. Beliau lantas berkata: "Kembalikanlah selendang itu kepadaku, Apakah kamu khawatir aku akan berlaku bakhil? Demi Allah, seadainya aku memiliki unta-unta yang merah sebanyak pohon 'Udhah ini, niscaya akan aku bagikan kepadamu, kemudian kalian pasti tidak akan mendapatiku sebagai seorang yang bakhil, penakut lagi pendusta."(HR. Al-Baghawi)

Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam Tidak Takut Miskin

Dari Anas RA, bahwasanya seorang laki-laki pernah meminta seekor kambing dari Rasulullah di antara dua gunung. Kemudian tanpa ragu-ragu, Rasulullah pun memberikan kambingnya itu kepada laki-laki tersebut. Setelah memperoleh kambing, laki-laki tersebut pergi mendatangi kaumnya seraya berkata, "Hai kaumku, masuklah kalian ke dalam agama Islam! Demi Allah, sesungguhnya Muhammad memberikan sesuatu tanpa takut miskin." Anas berkata, "Jika seseorang masuk islam karena harta dunia semata, maka dia belum dikatakan beriman sampai islam menjadi yang lebih dia cintai dari pada dunia dan seisinya." (HR. Muslim)

Sahabat Meminta Baju Untuk Kain Kafan

Dari Sahal bin Sa'ad Radhiallaahu anhu ia berkata: "Seorang wanita datang menemui Rasulullah dengan membawa kain bersulam (berhias). Ia berkata: "Aku menenun dan menyulamnya sendiri dengan tanganku supaya engkau mengenakannya." Rasulullah pun mengambilnya, tam-paknya beliau sangat membutuhkan. Kemudian beliau keluar menemui kami dengan mengenakan kain itu sebagai sarung. Ada yang berkata: "Alangkah indahnya kain itu, hadiahkanlah kain itu kepadaku!" "Boleh!" jawab beliau. Lalu Rasulullah duduk di dalam majlis kemudian kembali. Beliau segera melipat kain itu dan mengirimkannya kepada orang tersebut. Orang-orang berkata: "Alangkah bagusnya engkau ini, Rasulullah lebih membutuhkan kain itu tetapi engkau malah memin-tanya, padahal engkau tahu bahwa Rasulullah tidak pernah menolak permintaan!" orang itu menjawab: "Demi Allah, sesungguhnya aku meminta kain itu kepada beliau bukan untuk kukenakan, akan tetapi aku ingin menja-dikannya sebagai kain kafan." Sahal berkata: "Dengan kain itulah ia dikafani." (HR. Bukhari)

Nasihat Kepada Peminta-Minta

Hakim bin Hizam Radhiallaahu anhu menuturkan: "Aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah , beliau lantas memberikannya. Kemudian aku meminta lagi, beliau pun memberikanya. Kemudian aku meminta lagi, beliau pun memberikannya seraya berkata: "Wahai Hakim, sesung-guhnya harta ini manis dan indah. Barang siapa yang mengambilnya dengan kemurahan hati, ia akan mendapat keberkatan padanya. Barangsiapa yang mengambilnya dengan ketamakan, ia tidak akan mendapat keberkatan padanya. Bagaikan orang yang makan tapi tidak pernah kenyang. Dan tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah." (Muttafaq 'alaih)

Seandainya Punya Banyak Mantel

Jubair bin Muth’im bertutur, ketika ia berjalan bersama Rasulullah, tiba-tiba orang-orang mencegat beliau dan meminta dengan setengah memaksa sampai-sampai beliau disudutkan ke sebuah pohon berduri. Kemudian salah seorang dari mereka mengambil mantelnya. Rasulullah berhenti sejenak dan berseru, ”Berikan mantelku itu! Itu untuk menutup auratku. Seandainya aku mempunyai mantel banyak lebih dari satu, tentu akan kubagikan pada kalian (HR. Bukhari)

Penuhilah Untanya

Abu Hurairah bertutur,suatu hari kami duduk bersama Rasulullah di masjid. Ketika beliau berdiri, lalu kami pun bediri. Ketika beliau sampai ke pertengahan masjid, tiba-tiba seorang laki-laki menarik mantel Rasulullah dengan keras, padahal mantelnya itu terbuat dari bahan yang kasar. Saking kerasnya, leher Rasulullah pun tampak memerah. Laki-laki berkata, ”Wahai Muhammad, isikan kedua untaku dengan apa saja, karena kau tidak pernah membawa harta, baik dengan hartamu sendiri maupun dari harta bapakmu.” Rasulullah menjawab, ”Tidak, dan aku memohon ampun kepada Allah. Aku tidak akan memenuhi kedua untamu sehingga kau terlebih dahulu melepaskan tarikanmu dari leherku”. Laki-laki dusun itu berkata kembali: “Tidak, demi Allah, aku tidak akan melepaskannya sebelum kau memenuhi permintaanku.” Rasulullah salallahu alaihi wassalam lalu mengulang perkataannya tadi tiga kali. Namun, laki-laki itu tetap tidak mau melepaskan tarikannya. Begitu mendengar jawaban laki-laki dusun tadi, kami para sahabat segera bermaksud menghampiri laki-laki tersebut, namun Rasulullah segera berpaling dan menahan para sahabat. Rasulullah lalu berkata kepada seorang sahabat, “Wahai fulan, penuhi unta laki-laki tadi dengan gandum, dan untanya yang satu lagi dengan kurma.” Setelah dipenuhi, Rasulullah bersabda, “Ayo bubarlah kalian.” (HR. Abu Daud)

Membagikan 80000 Dirham

Dari Humaid bin Hilal, dari Abu Burdah, dari Abu Musa Al Asy’ary, bahwa Al Alla bin Hadhramy pernah mengirimkan 80.000 dirham kepada Rasulullah dari Bahrain. Sementara beliau tidak pernah menerima kiriman sebanyak itu sebelum maupun sesudahnya. Beliau memerintahkan agar uang itu digelar di atas tikar lalu beliau mendirikan shalat. Seusai shalat beliau menghampiri tumpukan uang itu, berdiri di sisinya lalu membagi-bagikan uang itu kepada orang-orang yang menemui beliau. Semua uang habis dan hanya menyisa sekitar satu genggaman telapak tangan. Al Abbas datang sambil berkata,”Wahai Rasulullah, uangku sudah habis karena kugunakan untuk menebus diriku sendiri dan diri Aqil sewaktu perang Badar, karena memang dia tidak mempunyai harta lagi. Maka berilah aku sebagian dari harta itu.” “Ambillah,” sabda beliau. Al Abbas mengisi kantongnya hingga penuh sesak. Ketika hendak mengangkatnya, dia tidak kuat. Sambil mendongakkan kepala ke arah beliau, dia berkata,”Wahai Rasulullah, bantulah aku mengangkat kantong ini.” Beliau menyunggingkan senyuman lalu bersabda,”Tidaklah Allah berjanji melainkan Dia memenuhinya bagiku, dan aku tidak mengetahui yang lain.” Lalu beliau membaca ayat, “Katakanlah,’Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu’.” (QS. Al Anfal:79. Beliau bersabda lagi,”Ini lebih baik dari apa yang pernah diambil dariku, dan aku tidak tahu ampunan yang akan diberikan-Nya.” (HR. Hakim)

Membantu Kemiskinan Keluarga Paman Abu Thalb

Tuhan telah mengajarkan Nabi bersembahyang, maka iapun bersembahyang, begitu juga Khadijah ikut pula sembahyang. Selain puteri-puterinya, tinggal bersama keluarga itu Ali bin Abi Talib sebagai anak muda yang belum balig. Pada waktu itu suku Quraisy sedang mengalami suatu krisis yang luarbiasa. Abu Talib adalah keluarga yang banyak anaknya. Muhammad sekali berkata kepada Abbas, pamannya - yang pada masa itu adalah yang paling mampu di antara Keluarga Hasyim: "Abu Talib saudaramu anaknya banyak. Seperti kaulihat, banyak orang yang mengalami krisis. Baiklah kita ringankan dia dari anak-anaknya itu. Aku akan mengambilnya seorang kaupun seorang untuk kemudian kita asuh."

Karena itu Abbas lalu mengasuh Ja'far dan Muhammad mengasuh Ali, yang tetap tinggal bersama sampai pada masa kerasulannya. (Siroh Muhammad Husain Haikal)

Memberikan Apa Yang Punya

Dari seseorang dari bani Asad, sesungguhnya dia berkata, "Aku dan keluargaku telah mampir di Baqi' Al Gharqad, maka keluargaku berkata kepadaku, 'Pergilah kamu (menemui) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, maka mintalah kepadanya sesuatu yang dapat kami makan, maka mereka mulai menyebutkan kebutuhan-kebutuhan mereka, aku pergi menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, dan aku dapatkan di sisi beliau ada seorang yang sedang meminta kepada beliau.' "Rasulullah berkata (kepada orang itu), "Aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat aku berikan kepadamu, " maka orang itu pergi meninggalkannya dengan kondisi marah seraya berkata, 'Aku bersumpah, sesungguhnya kamu dapat memberikan siapa yang kamu kehendaki, " maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berkata, "la marah karena aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat aku berikan kepadanya, barangsiapa yang telah meminta, maka ia mendapat satu "uqiyah " (seper dua belas dari timbangan yang ada di negeri Mesir) atau sebanding dengannya; ia telah meminta dengan cara mendesak. " Al Asadi berkata, "Aku berkata, 'Unta betina yang banyak susunya lebih baik dari pada satu Uqiyah, dan satu Uqiyah itu harganya empat puluh dirham,'" ia (seorang dari bani Asad) berkata, "Aku kembali, dan aku belum meminta kepada beliau, maka datang setelah itu gandum dan kismis, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam membagi kepada kami dari (gandum dan kismis) itu, -atau sebagaimana yang beliau sabdakan- sehingga Allah SWT mencukupkan kami. " (HR. Abu Daud)

Melunasi Hutang Sahabat

Dari Jabir, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak mau menshalati orang yang mati dalam keadaan masih mempunyai hutang. Pernah di datangkan kepadanya mayat. Rasulullah bertanya, "Apakah dia masih punya hutang? " Para sahabat menjawab, "Ya, dia masih punya hutang dua Dinar." Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda,"Shalatilah teman kalian ini!" Lalu Abu Qatadah Al Anshari berkata, "Dua dinar itu aku yang menanggungnya wahai Rasul?" Jabir berkata: Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menyalati mayat tersebut. Tatkala Allah membukakan (hati) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, beliau bersabda, "Aku lebih berhak atas setiap mukmin daripada dirinya sediri. Maka siapa yang meninggalkan hutang, akulah yang wajib membayarnya dan siapa yang meninggalkan harta maka harta itu untuk ahli warisnya. " (HR. Bukhari dan Muslim)

Kambing Satu Lembah Untuk Shafwan

Ketika Rasulullah berjalan di dekat harta rampasan yang melimpah ruah banyaknya, beliau hanya memandangi harta rampasan itu, yang disamping beliau ada Shafwan bin Umayyah, yang saat itu dia belum masuk islam. Pandangan mata Shafwan tak pernah lekang dari sekumpulan domba dan ternak-ternak lainnya.Sementara Rasulullah melihat apa yang dilakukan Shafwan itu. Maka beliau bertanya,”Wahai Abu Wahb, apakah engkau heran melihat hewan-hewan sebanyak itu?” Shafwan menjawab,”Ya.” “Semua hewan itu menjadi milikmu,”Sabda beliau. “Tidak ada orang yang sebaik ini kecuali seorang nabi. Maka aku bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan rasul Allah” (HR. Ibnu Asakir)

300 Kambing Untuk Shafwan

Dari Ibnu Syihab, dia berkata, "Pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berangkat ke medan pertempuran dalam penaklukan kota Makkah. Setelah itu, beliau keluar bersama kaum muslimin ke medan perang Hunain hingga Allah Subhanahu wa Ta'ala memenangkan Islam dan kaum muslimin. Setelah perang berakhir, Rasulullah pun memberikan seratus hadiah kepada Shafwan bin Umayyah. Setelah itu, beliau pun menambahnya seratus lagi dan menambahnya seratus lagi." Ibnu Syihab berkata, "Said bin Musayyab pernah memberitahukan kepada saya bahwasanya Shafwan telah berkata, 'Demi Allah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam telah memberiku hadiah yang banyak sekali. Sebenarnya dahulu, Rasulullah adalah orang yang paling saya benci. Tetapi, karena beliau selalu memberi hadiah kepada saya, sehingga beliau kini adalah orang yang paling saya cintai." (HR. Muslim) 

Membalas Pemberian

Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Ketika kaum Muhajirin datang dari kota Makkah menuju kota Madinah, mereka tidak memiliki sesuatu apapun. Sementara itu orang-orang Anshar mempunyai banyak tanah dan pekarangan. Kemudian orang-orang Anshar membagikan tanah dan pekarangan mereka kepada saudara-saudara mereka kaum Muhajirin, sedangkan mereka memperoleh imbalannya separuh dari hasil tanah tersebut setiap tahunnya. Pekerjaan dan biaya penggarapannya juga telah mereka cukupi." Ibu Anas bin Malik, atau yang biasa dipanggil Ummu Sulaim, dan ibu Abdullah bin Abu Thalhah adalah saudara Anas yang satu ibu. Ibu Anas bin Malik pernah memberikan pohon kurmanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Setelah itu Rasulullah memberikan pohon tersebut kepada Ummu Aiman, budak perempuannya, yaitu ibunya Usamah bin Zaid. Ibnu Syihab berkata, "Anas bin Malik pernah menginformasikan kepada saya bahwa setelah melakukan pertempuran dengan penduduk Khaibar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam kembali ke Madinah. Pada saat itu beliau melihat kaum Muhajirin mengembalikan semua pemberian yang pernah mereka terima dari kaum Anshar. Rasulullah akhirnya juga mengembalikan apa yang pernah diberikan oleh ibu Anas kepada beliau." Ummu Aiman, yaitu ibu dari Usamah bin Zaid, adalah seorang budak milik Abdullah bin Abdul Muthallib, ayah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Ummu Aiman adalah wanita berkebangsaan (Habasyah) Ethiopia. Ketika Aminah melahirkan Nabi Muhammad, setelah ditinggal wafat ayahnya, maka Ummu Aiman lah yang memeliharanya hingga dewasa. Setelah dimerdekakan, Rasulullah menikahkan wanita yang pernah mengasuhnya tersebut dengan Zaid bin Haritsah. Lima bulan setelah Rasulullah meninggal dunia, wanita itu pun menyusulnya. (HR. Muslim)

Saling Memberi Hadiah

'Aisyah Radhiallaahu anhu menuturkan: "Rasulullah biasa menerima bingkisan hadiah dan membalas bingkisan itu." (HR. Bukhari)

Rasulullah Ditarik Paksa

Dari Anas bin Malik, dia berkata,”Suatu hari Rasulullah memasuki masjid sambil mengenakan mantel model najran yang kainnyan cukup tebal. Dari arah belakang muncul seorang Araby, yang kemudian menarik ujung kain mantel beliau. Karena kerasnya tarikan, hingga menimbulkan bekas guratan di kulit leher beliau. Lalu dia berkata dengan suara kasar,”Hai Muhammad, berikan kepadaku sebagian dari harta Allah yang ada padamu.” Rasulullah menengok ke arahnya sambil tersenyum, lalu bersabda kepada orang-orang muslim di sekitarnya,”Berikan apa yang diminta orang ini!” (HR. Ibnu Jarir)

Sekali Lagi, Beliau Ditarik Paksa

'Aisyah radhiyallahu 'anha mengisahkan: "Suatu kali aku berjalan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau mengenakan kain najran yang tebal pinggirannya. Kebetulan beliau berpapasan dengan seorang Arab badui, tiba-tiba si Arab badui tadi menarik dengan keras kain beliau itu, sehingga aku dapat melihat bekas tarikan itu pada leher beliau. ternyata tarikan tadi begitu keras sehingga ujung kain yang tebal itu membekas di leher beliau. Si Arab badui itu berkata: "Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku sebagian yang kamu miliki dari harta Allah!" Beliau lantas menoleh kepadanya sambil tersenyum lalu mengabulkan permin-taannya." (Muttafaq 'alaih)

0 comments:

Post a Comment

 
Top
notifikasi
close